18. Insiden Manis

790 76 3
                                    

Budayakan vote sebelum baca;p

Arvin on mulmed.

***

Sesampainya di parkiran, Isabella terdiam karena ia tak menemukan siapa-siapa di parkiran. Tidak ada Dave. Parkiran sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa.

Isabella mengerutkan keningnya, menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal dengan tatapan yang masih menyapu sekitar parkiran.

Hingga tiba-tiba ada sebuah tangan melingkari matanya dari belakang, menghalangi akses matanya untuk melihat. Dirabanya tangan tersebut, namun perlahan tangan itu terlepas, dan dengan penuh rasa penasaran Isabella membalikkan tubuhnya-didapatilah sosok Dave dengan sebuah sepeda yang berdiri di sampingnya.

"Belum nunggu lama kan?"

Isabella tersenyum singkat lalu menggeleng pelan, "Belum kok."

Dave mengangguk kemudian mengelus puncak kepala Isabella, membuat Isabella sedikit gerogi, "Gimana? Lolipop-nya suka?"

Isabella mengangguk singkat, "Kok lo tau kalo gue suka lolipop sih?"

"Nebak." jawab Dave sambil mengangkat bahunya, "Ngga deh bohong, bukan nebak. Lo kan manis, jadi pasti lo suka yang manis-manis."

Lagi-lagi Isabella menggelengkan kepalanya dengan sisa kekehannya, kok Dave jadi suka gombal receh begini?

"Gak juga tuh, gue suka sama lo, padahal lo gak manis."

Dave langsung terkekeh ketika mendengar ucapan Isabella, ia jadi merasa geli saat mendengar Isabella mengatakan bahwa Isabella menyukainya. Entah mengapa ia ingin terus tersenyum sekarang.

Hingga tiba-tiba Isabella menepuk bahu Dave, membuyarkan Dave dari khayalannya tentang perkataan Isabella sebelumnya, "Nggak deng. Gue cuma bercanda, jangan baper."

Kali ini ucapan dari Isabella berhasil membuatnya terdiam.

Bodoh. Kenapa dia terlalu mengharapkan kata-kata itu akan muncul dari mulut Isabella?

"Dave?" tegur Isabella saat ia melihat Dave mendadak terdiam.

"Eh?" jawab Dave kikuk.

"Lo kenapa? Kok tiba-tiba diem?"

Dave hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia berusaha menyembunyikan perasaannya di hadapan Isabella.

"Yaudah yuk."

Ketika melemparkan tatapannya pada sepeda yang Dave bawa, Isabella baru tersadar ternyata sepeda yang Dave bawa bukanlah sepeda biasa, tetapi sepeda yang dirancang untuk dikendarai oleh dua orang, karena sepeda tersebut memiliki dua buah jok dan dua buah pedal.

"Lo mau di depan apa di belakang?"

"Belakang, mungkin?"

"Yaudah, kalo lo yang di belakang, bisa pake ini?" ujar Dave seraya mengulurkan ragu-ragu gitar yang terbungkus rapi dengan tas nya.

Isabella mengangguk sambil tersenyum, "Iya sini."

"Tapi gue ragu, gitarnya lumayan berat."

Isabella berdecak sambil berkacak pinggang, "Ck. Seberat-beratnya gitar nggak akan bikin gue ke jungkal ke belakang kali. Tenang aja kenapa sih."

Uncontrollable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang