#61

1.2K 112 76
                                    

"Merah, kuning, merah, kuning"

Waktu yang terbuang percuma. Sedari tadi, satu jam lamanya, Nadine masih belum bisa memutuskan jaket mana yang akan ia kenakan.

"Merah, apa kuning? Aaaaarrrgh, Maay. Mayaaaa" teriaknya.

Maya tergesa, meminta Vero mengurus dirinya sendiri dulu. Lalu berlari, menghampiri si tuan putri.

"Maay, gua make yang mana? Merah? Kuning?"
"Lo teriak, cuma buat nanya ini?"
"Cuma? Ini penting Maya. Gua kan harus keliatan cantik"
"Kita cuma mau ke taman. Ribet amat sih"
"Lo kira gua bego. Helena disana kan? Makanya gua musti cakep May. Helena masih marah, gua pokoknya harus cakep biar dia gak marah lagi"
"Helena gak butuh, kalau lo cuma cakep doang. Punya otak, baru Helena bisa mertimbangin lo. Lagian jadi orang bego banget lo Nad, gua kan dulu udah ngasih masukan, jangan ngelakuin hal yang ngerugiin dan nyakitin orang lain. Lo tu begonya kebangetan, pikiran sempit, gak tau apa-apa, dendam doang yang lo gedein"

"........."
"Diem, meweeek"

Nadine mulai sesenggukan. Ia memang cengeng, apalagi jika Maya sudah seperti saat ini. Sudah pasti, ia akan menangis. Tak butuh waktu lama, air matanya berlinang. Nadine yang malu, menutup matanya dengan tangan kanannya.

"Sini. Sini sayang, sini" Maya memeluk Nadine, membawanya duduk di tepi tempat tidur. Menenggelamkan wajah Nadine di lehernya, ia diam membiarkan Nadine menangis sejadi-jadinya. Maya tahu, selama beberapa bulan ini, Nadine menahan diri tak mau menangis.

"Nad, kamu gak perlu maksain diri harus jadi dewasa. Dewasa itu memang perlu, tapi kamu gak boleh jadi orang lain. Jadilah dewasa dengan caramu sendiri, dengan dirimu sendiri. Dan, kamu berhak bahagia. Bahagialah, jangan buat hidupmu susah. Jangan buat hidupmu sakit, yang paling penting sebisa mungkin jangan bikin orang lain sakit juga. Aku tahu, ini susah, aku tahu kamu mikir aku cuma bisa ngomong. Setidaknya, kamu harus punya sikap. Selesaikan ini, pilih salah satu, atau tak usah pilih semuanya. Mereka juga sama, mereka juga sakit, mereka juga butuh kepastian. Kamu tahu itu. Kamu boleh beralasan belum bisa, karena masih mencari apa yang paling kamu butuhkan dan paling kamu inginkan. Tapi, apa kamu pernah ada pikiran kalau salah satu atau keduanya udah gak bisa nunggu lagi? Berapa lama lagi waktu yang bakal kamu buang percuma? Nad, jangan jadi orang yang kaya gini. Atau kamu bakal nyesel sampai nanti"

################$#$$$$################

"Ngapain" Helena melepas paksa genggaman tangan Nadine.

Nadine akhirnya tak memilih jaket merah ataupun kuning, ia memilih tak mengenakan jaket. Maya dan Vero sedang sibuk berkeliling taman, mencoba seluruh makanan yang di jajakan di taman. Saat ini, memang sedang ada acara pameran kuliner. Dan, Helena ikut berpartisipasi disini. Helena membuka stand makanan chinese food. Tentu saja, Nadine tahu betul jika masakan Helena sangat enak. Tak perlu diragukan lagi jika masalah itu.

"Apaan sih!" Helena meninggikan suara.

Nadine akhirnya mengalah, merelakan genggaman tangannya terlepas. Helena menyibukan diri, membersihkan meja-meja, merapikan peralatan memasak. Nadine terus mengekor di belakangnya, mencoba membantu, namun dengan cepat Helena membereskan semuanya sendiri.

Klontaang, braaak, pyaaar

Nadine membeku, ia tak bermaksud merusak dan membuat kacau, ia bermaksud membantu. Tapi, polahnya malah merusak suasana. Suara peralatan memasak Helena dan satu piring jatuh, pecah. Helena menghela nafas, menahan kata umpatan yang sudah tinggal di ujung mulutnya.

"Bisa diam gak sih? Duduk!" Perintah Helena ke Nadine yang mengekorinya.

"Kamu gak bisa ya, sekali aja ngelakuin hal yang gak nyusahin aku? Gak bisa!" Luapan emosi Helena keluar juga. Tak bisa lagi di bendung.

"Kamu!" Tuding Helena memakai jari telunjuknya ke arah Nadine. Baru kali ini, Helena sampai kasar dan semenakutkan itu.

"Duduk!"

Nadine menurut. Ia duduk dengan jantung yang sudah tak karuan detaknya. Keringat dingin, gelisah. Helena membersihkan sisa pecahan, lalu meneruskan mencuci piring dan lain-lain.

"Apa" ucap Helena berdiri di depan Nadine.

"Kangen" Nadine merutuki ucapannya. Bukannya meminta maaf, malah itu yang ia ucapkan. Helena berbalik arah, dengan cepat Nadine berdiri dan memeluknya dari belakang.

"Mau kemana? Aku di diemin, di marah-marahin. Ini mau di tinggalin juga?" Nadine memelas. Tetap saja, Helena tak bergeming.

"Helen. Aku mau di apain lagi? Kamu suruh duduk, aku duduk. Kamu minta diem, aku diem. Kamu mau apain aku lagi?"

"Tuhkan, di diemin. Aku bantuin ya, kamu mau apa? Biar aku yang kerjain. Kamu duduk aja ya. Atau? Aku pergi aja? Iya?ya udah, aku pergi ya sayang. Maaf" Nadine melepas pelukannya, mendudukan Helena di kursi yang tadi ia pakai duduk. Nadine berjongkok, menggenggam kedua tangan Helena. Memberanikan diri, tersenyum, dan menatap mata Helena yang masih melihatnya dengan tatapan datar.

Setelahnya, Nadine hendak pergi. Namun tubuhnya terhuyung jatuh kembali saat kedua tangan Helena menarik tubuhnya. Membuatnya terduduk di pangkuan Helena. Helena memeluk Nadine erat, menarik nafas dalam saat wajahnya berada di ceruk leher Nadine. Nadine merinding. Bukan hanya karena rasa geli, namun ada rasa takut bercampur lega.

"Aku mau gigit kamu"

Tanpa aba-aba, Helena menggigit kecil pundak Nadine. Membuat Nadine menjerit kesakitan. Helena malah semakin menekan gigitannya, Nadine menutup mulutnya. Meringis, merasakan perih. Kulitnya terkoyak, pasti.

"Ini bakal sembuh, gak sampai seminggu. Kamu, disini aja. Tunggu satu jam lagi, kita pulang ke tempatku. Gak ada kata gak bisa, kalau tetap gak mau, kamu jangan pernah nampakin diri lagi di depan mataku. Aku gak bakal sudi lagi Nad. Aku udah buang harga diri. Tapi kenapa bisa aku kaya gini cuma buat orang kaya kamu? Kamu tu gak pantes dapetin hal spesial ini. Kenapa sih Nad? Kamu ngancurin hidupku, sadar gak? Kamu ngerusakin hidupku, ngerenggut kebebasanku. Kamu gak tau itu kan? Yang kamu tau, cuma aku ini tergila-gila sama kamu, aku ketagihan kamu. Kamu bilang aku jahat? Percayalah, yang kamu lakuin ke akupun, sama. Kamu, brengsek"

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang