#10

8.5K 437 24
                                    

"Itu. Pacarmu yang lain itu, nelpon" kataku kesal.

Ku bangunkan Helena yang masih hangover. Entahlah. Emosi, marah, kesal. Ingin ku gigit ini orang sampai minta ampun. Semalam, dia tiba-tiba pergi begitu saja. Tanpa pamit. Tidak ada kabar sama sekali sampai pukul 3 dini hari, panggilan masuk darinya membuatku langsung membuka mata. Ok, sebenarnya aku tidak bisa tidur selepas dia pergi.

"Hallo. Nad, jemput" katanya sambil tertawa tidak jelas.
"Dimana!" Jawabku marah.
"Cafe jamal. Buruan, aku ngantuk"

Sialan. Kenapa aku yang repot sih?
Sebelum denganku, tidak mungkin kan dia tidak pernah seperti ini?

Aku kesal. Sekesal-kesalnya. Marah, tapi buat apa. Toh ini badan juga badan dia, hidup juga hidup dia. Biarkan sajalah. Pikirku seperti itu, tapi tetap saja. Aku pergi dengan tergesa, ngebut di jalanan sepi itu.

"Hehe. Hai Nadine, datang juga" Helena masuk ke mobil memegangi kepalanya.

Ku lihat beberapa temannya, mengantarkannya sampai kepadaku.

"Kalian pulang juga ya. Makasih udah antar Helen ke saya" kataku.
"Iya kak. Maaf tadi gak maksud gini. Cuma pas maen game, dia kalah terus. Jadi kebanyakan minum" kata salah satu temannya.

"Oh. Iya sudah. Kalian cewek semua?" Aku penasaran juga.
"Ah enggak. Ada kakak laki-laki saya yang jagain kami. Suwer kak, gak ada yang lain selain maen game. Ya kan La, Re" kedua temannya mengangguk.

Ya begitulah. Sekarang sudah pukul 8 pagi. Dan gadis ini masih belum bangun. Ahh mau ku apakan nanti ini manusia kalau sudah bangun?

Ku kuliti sajalah ya!

"Aaaaarrrgh. Sialan, gue kesel!" Teriakku.

"Kesel kenapa sih?" Kalimat pertama Helena saat sudah membuka matanya.

Ku lihat dia dengan tatapan yang, bisa membunuhnya mungkin jika aku wonder woman. Dia memejamkan matanya lagi. Pura-pura tidur.

"Bangun! Bangun gak!" Ledakan emosiku memang sulit ku bendung saat ini.
"Ya bangun ini. Iya"
"Duduk"

Helena menurutiku. Duduk, menundukkan kepalanya. Takutkah dia kepadaku yang sedang marah?

Ahh gak tega. Tapi aku benar-benar marah.

"Kamu udah enakan" ku peluk dia.

Helena kaget. Terasa dari gerakan tubuhnya saat tiba-tiba ku peluk.

"Udah Nad. Aku gak papa. Kamu gimana?" Katanya masih takut-takut.

"Aku gak papa. Kenapa emang? Kamu ngerasa aku kenapa-kenapa? Kenapa kamu takut? Kamu salah? Salah apa? Sadar? Bikin aku emosi gini. Kamu ngapain? Nelpon aku buat minta jemput. Pulang sendiri gak bisa? Harus ngerepotin aku? Gak punya SIM? Gak bawa mobil? Ahh, takut di marahain bokap kalau balik rumah? Kenapa gak sekalian sampai tutup aja? Ngapain kesana? Sama siapa aja? Ngapain aja kalian? Siapa yang nelpon dari tadi? Kenapa kamu tulis namanya beautiful girl? Pacarmu yang lain? Ahh terserahlah. Mau siapapun juga urusanmu. Jawab"

"Ini kamu marah? Aku gak tahu jawab apa. Pertanyaanmu banyak. Maaf ngerepotin"
"Gitu aja? Dari sekian banyak pertanyaan, itu aja?"
"Apanya? Maaf"
"Salah apa kamu?"
"Ngerepotin kamu"
"Ok. Gak papa"
"Ok. Makasih"

Ku pukul bahunya, dan ku cubit seluruh tubuhnya. KESAL sekali. Padahal kan pertanyaan terakhir-terakhir yang harus di jawab.
Sengaja sekali dia.

Terus ku gelitiki sampai dia tak kuat lagi. Sampai minta ampun. Baru aku berhenti.

"Idih. Kakak-kakak kalau cemburu gini ya? Hahaha"

Tuh kan. Dia itu memang menyebalkan.

"Cemburu kan kamu Nad. Aduh-aduh pacalnya aku cembulu. Ulu-ulu. Udah gede masih ngambekan" godanya sambil menciumi pipiku.

"Ihh jeleknya. Kalau ngambek jelek banget ihh"

Bodo amat. Aku kesal. Aku masih diam saja. Masih dengan raut muka kesalku. Helena tertawa. Dia ini, selalu tenang. Membuatku sulit menebaknya.

"Beautiful girl ini tu ibuku yang di rumah. Bukan mama kandung. Kamu masih ingat kan, aku cuma tinggal sama bokap. Nyokap meninggal, udah lama. Beautiful girl perawatku dari kecil. Gitu"

"Ohh" hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku bingung, memelukknya? Atau bagaimana?

"Gak papa. Aku udah gak papa. Santai aja. Pelan-pelan ajalah kamu ngenal aku. Makasih ya udah jemput aku. Udah gantiin bajuku, udah cuciin mukaku. Udah sikatin gigiku. Udah peluk aku pas tidur"

"Kamu sadar? Kirain tidur" aku kaget. Dia ingat semua.

"Iya. Kan aku gak hangover. Aku cuma ngantuk aja. Belum sampai mabok Nad. Dasar wanita tua, marah-marah terus kerjaannya" Helena menarik hidungku.

#################################

Tok tok

"Ya, masuk aja" kataku.

Salah satu staff ku masuk.

"Iya El. Gimana?" Tanyaku saat dia sudah duduk di depanku.

"Ini kak. Ada surat penawaran dan perijinan dari salah satu yayasan. Buat acara mereka bulan depan" Elsa menyerahkan amplop coklat yang masih tertutup rapi.

"Sip. Makasih ya. Ada lagi?" Tanyaku
"Enggak sih. Cuma itu aja"

Setelah itu Elsa keluar. Aku kembali sibuk dengan kegiatanku.

bip bip

Pesan masuk di ponselku.

Kalau kamu masih marah. Lihat mukaku sekarang juga. Ku jamin kamu akan makin marah hahaha. Cantik kan aku Nad. Kalau kamu suka, aku rela deh ganti style make up gini aja wkwkwk. Tiap pulang kerja, kamu gak akan kecapekan lagi. Ada aku si penghibuuur chu chu chu :D

Bisa jadi alay juga ya ini orang. Khas sekali bahasa anak remaja. Aku membuka pesan keduanya.

"Hahahahahahaha"

Tawaku pecah. Helena mengirimiku beberapa pesan gambar foto dirinya yang sedang memasang mimik muka di buat sensual dan seksi dengan make up konyolnya. Bibir merah cabai, eye shadow hijau tua, blush on oren, alis hitam tebal. Tak lupa memonyongkan bibirnya.

"Gilaaa"

Yang ada aku pingsan tiap lihat mukamu sepulang kerja. Saking cantiknya :D

Ku kirimkan balasanku. Lalu memandangi fotonya kembali. Sumpah, ini lucu.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang