#41

2.3K 159 77
                                    

"may, ini gue mesti apain? Kok bisa sih numpuk gini? Lo gk kerja apa gimana sih?" nadine mengacak rambut frustasi.

"gue cuma ninggalin ini 5 bulanan lho? Aiihh"
"Lo tu bisa gk sih nad kalo gk nyalahin gue?! Lo pikir 5 bulan tu 5 hari?" Maya nge gas
"bodooo, pokoknya Lo kelarin ni pembukuan, sampe kelar! Gue hari ini ada acara, gk bisa di ganggu"
"serah lu lah Nad, biasanya juga gue yg ngurusin. Kemana Lo pas ni tempat butuh Lo? Malah kek anak cewek hilang perawannya"
"emang iya, hilang perawan gue. May, gue pegi ya. Ntar gue nginep rumah. Muach, Bye"
"Oke lah, tiati nad"

Berlari kecil, dengan senyum mengembang.
'moga gk telat' batinnya.

"mbak nadine? Yg pesan go-s**nd?"
"iya pak, Langsung kirim ke alamat ini ya pak. Cari jalan paling cepet"
"iya mbak"
"Oh iya, pastiin di terima langsung ya pak. Ini ongkosnya, makasih"
###############((((#((######
Menunggu. 15 menit berlalu, harusnya kami sudah disini.
Duduk dengan gelisah, tangan berkeringat dingin. Aku merapatkan kedua tanganku, memeluk lutut. Mencoba mengusir kecemasan, aku menatap lurus ke depan. Mengamati setiap mobil, menghitung detik demi detik lampu merah yang berganti ke hijau. Aku beranjak dari rerumputan. Menuju ayunan di dekat pos polisi. Aku suka taman ini, taman dimana aku akan menghabiskan waktuku jika menunggu Helena olahraga atau sekedar lari pagi di sini. Biasanya, ku tunggu dia di anak tangga itu, anak tangga yang berjejer rapi menuju sebuah patung lambang kota ini, di kelilingi kolam ikan. Aku akan duduk disana, membawa air mineral dan handuk kecil untuknya. Saat dia merasa sudah cukup dengan lari paginya, dia akan menghampiriku.
Bukan, bukan untuk beristirahat. Dia masih akan melakukan banyak gerakan olahraga, peregangan otot, push up, sit up, dan masih banyak lagi.
Helena, Helenaku yang gila dengan olahraga.

"hei nad, Sorry ya lama"
"ehh hei, iya len. Sendiri?"
"Hu'um. Maunya aku sama yg laen Gitu?"
"ehh gk gitu, nanya doang" aku segera meralat pertanyaanku.

Helena duduk dengan anggun di ayunan samping kiriku.
'uhh, manisnya. Aku rindu dia tuhan' batinku mulai bergejolak lagi

Rasanya ingin ku peluk gadis itu. Mencurahan semua rasa rinduku yang telah menggerogoti dan perlahan membuatku rapuh ini.

"makasih ya, bunganya bagus"
"emm, iya len. Suka?"
"Hu'um. Kamu gk kerja? Kok gk bareng kak una?"

Aku tak menanggapi pertanyaannya. Beranjak meninggalkan ayunan tempatku duduk. Melangkah menghampirinya.

"aku kangen kamu"
Ku peluk Helena dari belakang.
"aku tau"

Helena melepas pelukanku, aku mengikutinya. Dia berjalan pelan menuju sisi utara lapangan. Aku memilih mengikuti, berjalan di belakangnya.

"kamu kaya apa aja sih, jejeran sini nad"

Arena skateboard. Ada arena basket di sisi kanan. Sayang sekali, kurang terawat.
Kami memilih duduk bawah beringin tua.

"kamu gimana? Sekolahnya lancar? Udah kelas 12, gk boleh banyak bolos lho len!"
"bawel, nadine bawel"
"jawabin aja terus, kalo di kasih tau kapan sih kamu diem, dengerin, jawab iya"
"Iya nadine.. IYAA! Tuh udah kan?"
"hissh!! Serah kamulah"

Kami saling diam, ada yang beda dari kebiasaan kami yang selalu rame, gak peduli di manapun itu. Kini, kami seolah terbatas oleh rasa gengsi.

"len, aku gk tau mesti gimana lagi, aku gk tau bersikap dan bertindak gimana lagi buat kamu. Aku gak bisa di ginian terus sama kamu, ini sakit len. Ngeliat kamu sama mereka, terlebih gerry. Aku gak bisa, aku gak bisa. Aku harus gimana?"

"kamu harus gimana? Menurutmu?"
"aku masih gk ngerti, kita ini apa?"
"menurutmu apa?"
"len, ayolah. Serius"
"aku serius, kita apa?"
"kamu pegi"
"aku disini. Gk kemana-mana nad"
"bukan itu! Kamu pegi"
"Hu'um.. Terus? Intinya apa?"
"buat apa pegi? Kamu nyakitin, tanpa ada rasa salah"
"sok tau, aku yg tau nad. Kamu pikir aku gk sakit?"
"aku liatnya enggak. Malah kamu happy, lebih semangat jalanin hidup"
"kamu buta sih nad"

Aku menghela napas. Menghirup oksigen lebih dalam. Menenangkan diri dari sesak di dada. Tangan kanan ku masukan di saku jaketku.

"kalo kamu mau pegi, ya silahkan nad. Moga kamu bahagia"
"gampang banget sih ngomongnya? Kamu tu kenapa len? Aku salah apa?"
"kamu gk salah. Udah? Ada yg penting lagi? Aku ada janji"

Aku menghela napas beratku kembali. Meremas kuat saku jaketku.

"a-aku. Aku mm-mau... "
"lama! Aku udah di jemput"

Aku menahan tangan kirinya.
"aku, aku mau ngomong"
"apasih nad?! Aku buru-buru"
"bisa kan! Kita ini lebih penting, urusan kita"
"kok kamu kasar nad?! Apaan sih, gerry udah nunggu itu lho"
"gerry aja terus!!! Anjing! Brengsek!"
"udah!? Kalo kamu cuma mau aku dengerin umpatanmu aja, Sorry aku gk ada waktu nad. T-O-L-O-N-G lepasin!"

Aku mengatur emosiku.

"len, aku mau kita selesai dan memulai hidup baru lagi"
"oke"
"a-aku... "
Helena menarik paksa tangannya. Berlalu meninggalkanku yang masih belum menyelesaikan kalimatku.

"Helena aku belum selesai ngomong"

Aku bergumam sendiri, menatap kepergiannya.

####(((((((((###############
"nadine, makan yuk. udah jam 7 malem, kamu masih betah aja liatin tu Cincin"

"un, Helena gk cinta gue"
"dia cinta banget sama kamu nad, Banget"
"dia pegi tanpa mau dengerin gue. Dia pegi un"
"lhah, salahmu sendiri juga nad. Kenapa mesti muter-muter sih? Tinggal bilang aja. Helena, maukan hidup bareng aku, ayo nikah. Udah selesai, gk perlu waktu lama"
"gk Segampang itu una ondel-ondel! Aku mau beri dia kejutan"
"iye dan kamu yg terkejut, kejutannya dia pegi gitu aja. Ninggalin kamu yg udah nyiapin semuanya cuma gegara salah tangkap. Sok romantis, tapi malah ngancuurrin semuanya. Kapok bwahahaha"
"sialan. Rese! Kata-kata yg udah kerancang dengan sempurna. Gue tinggal bilang 'len, ayo kita lanjutin rencana kita nikah' ahh maksud gue kan biar romantis una, dan juga kan bener. Selesai, mulai lagi yg baru, mulai dengan status baru yang lebih dari sekedar ini. Tuhan, matikan saja hamba"
"kebiasaan, ngomongnya! Kalo ada malaikat lewat, di catet, di laporin Tuhan, di cabut beneran gimana?!"
"kalo gue mati, pertama yg gue datengin ya Lo lah"
"haisssh. Aku cium sini bibirnya, make wajan panas. Udah ihh, ayo cari makan. Kamu mau nginep?"
"enggak un, gue balik aja ntar. Lo gk papa nyari makan sendiri?"
"iyah, santai aja nad"

###############((((((########
Nadine masih betah, berlama-lama menikmati udara malam di jembatan ini. Jembatan yang tak pernah sepi. Setiap harinya, orang-orang akan terus berdatangan disini. Sekedar berfoto dan duduk di trotoar pinggir jalan.

"kalo dia gk mau nerima kamu. Orang lainpun gk boleh milikin kamu, kamu cuma buat jarinya Helen. Selamat tinggal"

Nadine mengayunkan tangannya kuat-kuat. Melemparkan 2 cincin yang ia genggam dan simpan di saku jaketnya ke sungai.

Semua berakhir?

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang