#44

1.7K 124 13
                                    

"nah nah nah, Wooww hahaha"

Nadine malah cekikikan melihat Una Yg asyik berlatih sepeda. Dibawanya gadis itu ke sebuah jalan Yg lumayan sepi di daerah wisata berhawa dingin nan sejuk di kaki puncak gunung merapi.

"asyik ya nad, ahh tau gini aku belajarlah dari kecil"
"hem.. Emang kamunya aja tu, masa takut sama sepeda, ayo bonceng aku, kita turun sampe perempatan. Aku laper"

Nadine duduk di belakang, Una mulai mengayuh kembali sepedanya. Pelan pelan, dan masih dengan senyum bahagianya.

"kok ringan ya kamu nad?"
"ringan palamu, ini jalanan turun gimana gk ringan"
"bibirnya itu lho Kalo ngomong, gk usah bawa2 pala"
"lhah, masa aku Gk boleh bawa pala? Hantu jeruk purut dong? Gk ada palanya"
"bukan itulah babe, Kan gk perlu bawa kata kasar. Yg halus"
"ogah..... Masa bibirku mo di alusin? Kamu kira bibirku apa? Papan kayu?"
"iya! Mau aku bentuk jadi papan cucian, biar monyong tu"
"yee, situ juga ngomong kasar. Mau aku alusin? Hem? Make bibirku"
"hihihihi.. Ini masih lurus ya?"
"mau aku alusin gak babe? Malah ngalihin"
"kamu kelaperan ya, Ngomongnya mulai gk jelas. Sabar ya sayang, bentar lagi sampe. Mau makan sate ya, boleh?"
"boleh, makan akupun juga boleh"

Una mencubit tangan yang melingkari perutnya. Membuat Nadine berteriak kesakitan.

"gak sakit pun, Nadine lebay"
"sakit ini, merah gini nih" Nadine mengusap bekas cubitan di tangan kanannya.
"yes sampai"

Nadine memilih langsung duduk, meninggalkan Una. Dia masih kesal.

"bang, dua porsi ya sate ayam nya. Satunya di bakar sampe keriiiiiing, dan pedes. Minumnya air mineral aja dua bang, Makasih"

Nadine bertambah diam saat Una sudah duduk di depannya. Membuang muka.

"marah? Maaf ya, kamu juga sih"
"aku? Jadi ini salahku?"

Nadine mulai sok drama. Malah membuat Una makin cekikikan.

"apa Yg lucu?"
"kamu"
"aku marah, bukan ngelucu"
"kamu emang jago deh ngelawaknya"
"hiiiih!!!! Aku marah Una, m-a-r-a-h"
"di mataku, kamu gak marah. Kamu lagi nunjukin sayangmu ke aku"
"........"
"ciyeee, Nadine sayang aku"
"hishh, kamu ngapain kasih senyum ke orang lain"
"peningkatan lho, kamu cemburu"
"enggak!! Kamu ngapain kasih senyum orang lain?"
"masa aku ngomong make muka jelek?"
"ya gk gitu, kan bisa biasa aja"
"aku kan cuma kasih senyum aja. Yang lain buat kamu semua"

Nadine menahan senyumnya, terlalu gengsi untuk terlihat di depan Una. Menatap ke bawah, tangannya tak bisa diam. Mengetuk pelan meja, mengusap telapak tangan.

Di depannya, Una menikmatinya. Menikmati setiap pergerakan manusia di depannya itu.

"kamu, cantik nad"

Satu kalimat saja, semakin bertambah saja malu yang kini di rasakannya. Nadine menggigit bibir bawahnya.

"kok kamu bisa romantis gini?"

Una hanya membalas pertanyaan Nadine dengan senyuman termanisnya.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang