#21

5.1K 251 25
                                    

Tok tok, tok tok tok

Pintu dibuka, menampilkan sosok gadis jangkung. Lebih tinggi dari Helena. Dengan senyum ramah Nadine mengucapkan selamat pagi ke gadis itu.

"Pagi juga. Hai kakak cantik silahkan masuk. Helena dikamar tuh, langsung naik aja"

"Oke. Kok aku baru liat kamu ya? Kayak kenal tapi"

"Haha, iyalah. Kamu aja kesininya pasti malam atau tengah malam. Aku udah tidurlah. Kenalin, aku Rosi"

"Ohh, kamu yang namanya Rosi. Aku Nadine, salam kenal. Aku langsung ke atas aja ya" Rosi mengangguk, sedikit bergeser memberi jalan, lalu menutup pintu kembali.

Saat Nadine sudah melangkahkan kakinya di tangga, Rosi memanggilnya. Nadine berbalik, menunggu. Terlihat gadis itu ingin mengatakan sesuatu.

"Kakak cantik deh pas make setelan putih-putih kayak waktu itu, yang pas jemput Helen"

Nadine bingung. Rosi ini siapa ya?

"Haha, lupa ya kak. Udah gih naik sana, aku mau bantu ibu dulu. Eh iya mau minum apa?"

"Astagah, iya aku udah inget. Kamu cewek yang godain aku waktu jemput Helen tempo hari itu ya?" Nadine menepuk jidatnya. Bisa-bisanya dia lupa gadis jangkung genit yang itu.

"Iya, akhirnya inget juga. Kakak mau minum apa? Tapi sumpah, kakak makin cantik waktu ngobrol sambil senyum gini"

"Udah biasa sih aku di bilang cantik. Bercanda ya haha. Gak perlu repot kok, ntar aku ambil sendiri aja minumnya. Makasih Rosi"

Nadine melanjutkan niatnya menemui si tuan putri menyebalkan yang selalu bisa mebuatnya merasakan rindu. Perlahan menaiki tangga, baru sadar jika kali ini ia mampir ke rumah Helena di hari yang masih pagi. Membuatnya dapat melihat dengan jelas bagaimana megahnya rumah Helena, di setiap ruangan yang tertata sangat rapi dan elegan. Dinding yang di hiasi beberapa pigura foto berukuran sedang, berjejer sampai ujung atas tangga rumah ini. Nadine sedikit terkagum waktu mendapati sebuah bingkai foto paling ujung. Di sana ada seorang anak gadis kecil tertawa lebar yang sedang di peluk kedua orang tuanya. Nadine yang melihatnya saja sampai ikut tersenyum. Ternyata Helena nya sudah cantik dari kecil. Ia melanjutkan langkahnya, sebuah pintu ruangan yang di tempel papan bertuliskan Punya Helena.

"Helena, Nadine boleh masuk?"

"Iya sayang, masuk aja gak dikunci kok"

Nadine membuka pintu, menutup tak lupa mengunci pintu ruangan 3x4 itu. Iya, kamarnya si tuan putri Helena.

"Hai sayangnya aku, sini duduk. Aku baru belajar, tumben pagi udah mampir. Biasanya juga malem atau tengah malem baru mau mampir. Lagi gak ada kerjaan ya? Kangen aku? Kangen banget kah? Sampai kesini pagi gini?"

"Hadeh sukanya, nyerocos kamu tu. Ya emang aku harus kesini tengah malem terus? Ya aku kan lagi meliburkan diri. Mau ketemu kamu, pacarku. Masa ditumbenin" Gerutu Nadine.

Nadine memilih duduk di bawah. Di karpet depan TV layar datar yang lebar sekali menurutnya. Bagaimana tidak, TV di rumahnya hanya 24", ini 42". Helena apa gak sakit mata ya tiap nonton? Pikir Nadine waktu pertama ke rumah pacarnya.

"Kok duduk disitu Nad? Kamu mau nonton TV?"
"Aku liat TV aja, ntar ganggu belajarnya kamu, makanya aku disini dulu aja ya. Lanjutin gih"

Helena tak berkomentar lagi setelah itu, ia kembali meneruskan belajarnya. Membolak balikan halaman bukunya yang tebal, lalu tangannya bergerak menuliskan sesuatu di buku tulisnya. Nadine sesekali mencuri pandang. Senyum-senyum, lalu sibuk dengan TV lagi. Berapa menit, kembali mengulang hal yang sama, curi pandang lalu tersenyum lagi.

"Kamu kenapa sih? Aku kerasa ya, kamu liatin aku tiap 5 menit sekali. Bikin salah tingkah aja" Ucap Helena tanpa mengalihkan pandangan dari buku tebalnya.
"Kamu bisa juga ya keliatan dewasa gitu. Bikin aku gak bisa konsen" Nadine malu sendiri dengan ucapannya.

Tangan Helena yang sedari tadi sibuk dengan buku dan pulpen itu seketik berhenti mendengar jawaban Nadine. Pandangannya beralih ke manusia di depannya yang sok sibuk dengan remot TV itu.
Helena menahan senyumnya. Tak ingin terlihat senang dengan pujian pacarnya itu. Padahal nyatanya, ia terbang. Lalu kembali ke aktivitasnya lagi, belajar.

"Helen. Aku minta maaf buat yang kemarin. Kamu tahu kan, aku ini kalau ngomong gak maksud buat ngajak berantem tapi pasti jatuhnya gitu. Cuma kemarin itu, aku memang salah. Mood ku jelek, tapi kamu yang kena. Aku gerutu gak jelas ke kamu. Maaf ya sayang"

"Tumben banget seorang Nadine ngakuin salah. Kamu yakin udah tau salahnya kamu apa?"

"Iya, aku udah tau salahku. Habis belajar, ke rumahku ya Len. Harus, aku maksa"

"Ya tergantung. Kalau gak begitu harus kenapa harus ke rumah kamu? Lagian aku belum jawab maafin kamu apa gak tuh"

"Pasti udah dimaafin. Aku mana bisa ditolak. Ahh pokoknya aku mau kamu, jadi kita harus ke rumahku"

"Kenapa kamu mau aku dan kenapa kita harus ke rumah kamu?"

"Ya karena aku mau sama kamu Helena. Memang kamu gak lihat?"

Kali ini Helena tak bisa lagi sok sibuk dengan bukunya. Senyumnya pun tidak berhasil ditahan. Helena menyilangkan kedua tangan di dada. Mengubah posisi duduknya bersender dengan kaki di silangkan.

"Memang aku harus lihat apa Nad?"

Nadine mendengus.

"Ya lihat aku. Aku kan udah bilang aku mau sama kamu. Artinya aku cuma mau berduaan sama kamu. Masa gak paham? Kan keliatan, aku juga dari tadi lihatin kamu terus? Masa gak kerasa sih? Gak peka kamu tu"

"Ya ini juga kan udah berdua Nadine. Apalagi yang aku gak peka?"
"Ya bukan berdua kayak giniiiiiii"

Nadine buru-buru berdiri, berjalan ke pacarnya. Menjatuhkan diri duduk di pangkuan Helena dan memposisikan dirinya menghadap ke Helena. Dengan kedua tangan melingkari di pinggang Helena.

"Apa?" Ejek Helena dibarengi tawa kecilnya. Kedua tangannya yang sudah berada di belakang leher Nadine. Perlahan menarik tengkuk sang pacar, mendekatkan wajah mereka.

"Ohh, kayak gini?"
"Bukan Helen. Kayak gini"

Nadine mencium bibir Helena. Tangannya meremas lembut pinggang Helena. Setelah ciuman ke berapa menit, ciuman mereka bukan lagi ciuman rindu yang lembut. Tangan mereka pun yang sudah tidak lagi berada leher ataupun pinggang.

"Len, ayo kerumah. Yaaaa" Mohon Nadine dengan mimik muka yang membuat Helena semakin terbawa gairah.

"Aku tau kamu udah kunci pintu kamarku pas masuk tadi. Iya nanti kita ke rumahmu, setelah ini tapi"

Helena membuka satu persatu kancing baju Nadine sampai habis. Beralih membuka kancing celana Nadine, menurunkan resleting.

"Helen. Aku suka banget waktu kamu kayak gini" Bisik Nadine pelan, sengaja sedikit menempelkan bibirnya di telinga Helena.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang