#11

7.9K 401 21
                                    

Aku terbangun karena ponselku yang terus-terusan berdering. Mataku sebenarnya masih sangat berat untuk di buka.

"Hem, apa May?

'Baru bangun ya lo? hari ini Vero gak masuk, jadi lo gak usah jemput Nad"

"Ohh, okeh May. Kalian mau kemana?"

'Tau aja lo kalo kita mau pegi, oh ya sekalian ya gue sama Danu gak masuk kerja. Gue vero sama Danu mau jalan-jalan hehehe. Boleh kan Nad, Vero ngrengek mulu minta ke Solo"

"Lo tu kebiasaan ya libur dadakan. Ya udah ati-ati ya May, tumben gak ngajakin gue, haaah? Mau pacaran ya hahaha"

'Hallo momiiiii, Vero kangen oma boleh ya bunda sama Om Danu libur? Yayayayaya'

"Hallo juga sayang, selamat pagih. Kok gak ajak momi?"

'Momi urusin café aja, sama jagain kak Helen. Kak Helen baik, kemarin aja ke sekolah Vero. Buat kasih bunga Bu Salma'

"Ohh gitu ya sayang. Ya deh, momu baik-baik sama Kak Helen. Ya udah siap-siap dulu sana. Muuuah momi sayang Vero"

'Vero sayang momi, mumumuuah'

Aku kembali memeluk Helena. Malas sekali untuk beranjak dari tempat ternyaman ini.

"Kenapa Nad?"
"Ahh. Enggak ada. Si Maya sama Danu ijin libur. Otomatis, aku harus ke dapur buat cover. Kamu mau kemana? Apa di rumah aja? Takut kamu bosen di sini sendirian" kataku sambil mengusap lembut kepalanya.

"Aku gampanglah. Ikut kamu aja. Bisa bantu kok. Kasih arahan aja nanti akunya. Tenang, ada Helen si Jenius. Hehehe"
"Songong" ku acak-acak rambutnya. Membuatnya bangun dan membalasku.

Ting tong ting tong

Tamu?
Di pukul enam pagi?

"Siapa Nad? Tetangga kali ya?"

Kami berdua bangun, beranjak ke kamar mandi. Bersih-bersih.

"Iya kali. Tumben" jawabku mengedikkan bahu.

#################################

Padahal, hanya ku tinggalkan mereka sebentar, baru lima menit yang lalu.

Gerry. Iya, dia yang bertamu. Ku tinggalkan mereka di ruang santai. Ke dapur, aku haus. Sekalian membuatkan teh untuk mereka.

Bisa ku dengar mereka berisik sekali. Aku masih berdiri di dekat ruang santai, sebenarnya aku bukan tipe orang penguping. Namun ini hanya karena aku penasaran saja, penasaran apa yang di ributkan kedua orang ini.

"Lo ngapain disini?"

"Otak lo normal kan? Apa lo buang di empang buat makanan ikan! Ngapain lo nanya kalo udah tau jawabanya"

"Santai aja kali. Nge gas mulu jawabnya. Helen. Gue mau nanya. Lo suka apa sih dari Nadine?"

"Apaan sih. Kepo. Lo bahkan gak bakal bisa ngerti seberapa gilanya gue sama Nadine, gue cinta Nadine, bukan suka doang"

"Kalau gue minta lo mundur Len, gimana? Gue mau nikahin dia. Orang tua gue suka sama Nadine"

"Lo brengsek juga ya ternyata. Wah gak nyangka gue. Di awal lo maksa dia nerima lo. Mutusin sendiri status kalian, koar-koar kalian pacaran. Manfaatin kesempatan, kelemahan dia yang risih sama orang-orang gila di luaran sana. Bener-bener ya, TAI lo tu Gerr!"

Helena bisa marah? Baru ini ku dengar Helena bicara panjang lebar, dan detail. Penuh dengan amarah.

"Gerr, gue tau posisi lo. Gue bisa paham perasaan lo. Tapi, gak gini juga caranya. Gue gak bakal terima"

"Hahaha. Peduli apa gue sama semua itu. Selama Nadine nerima, ya gue bakal bikin dia nyaman. Dan, gue gk peduli sama simpati lo, Helena Erlangga. Yang gue peduliin ya hidup gue kedepannya. Toh, Nadine juga bakal untung kan kalau nikah sama gue"

"Pecundang menyedihkan"

"Kalian mau teh?" Selaku. Sambil berjalan membawa nampan berisi teko dan tiga cangkir.

"He'em" mereka memberi jawaban yang sama dan kompak. Menarik.

"Oke, ini tuang sendiri-sendiri ya. Lanjutin aja ngobrolnya, gue mau masuk lagi bikin sarapan"

'He'em" lagi-lagi hanya itu jawaban mereka. Kekompakan yang hakiki.

"Oke oke, kalian kompak banget ternyata ya"

"OGAAAH!!" Nah kan mereka kompakan lagi jawabanya.

Ku tinggalkan mereka berdua, dengan tawa renyahku. Serenyah memakan kripik tempe yang ku suka.

"Hahahahaha"

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang