#56

1.5K 112 82
                                    

"Kenapa gitu?"
"Ya suka suka saya lah. Kepo"

Helena cemberut. Una masih betah berlama-lama ditempatnya. Tiba-tiba, getar handphone memecah sunyi. Helena sedikit melirik, terpampang nama Nadine disana.

"Kak, tuh nadine tuh"
"Hem.. So?"
"Ya angkat gitu. Ntar nadine berpaling, kamu ngamuk lagi ke aku"
"Percaya diri banget ya(?)"
"Gak percaya? Taruhan"
"Apaan, lagian juga nadine gak bakal nelpon kamu"
"Kalo sampe nelpon, aku mau nadine tiga hari full buatku"
"Kalo kalah?" Una merasa tertantang.
"Ya kalo kalah tiga hari aku gak temuin nadine"

Una memberikan uluran tangannya, disambut Helena.

"Deal" ucap kedua orang itu bersamaan.

Bunyi dering handphone masih ada, masuk panggilan ke enam kali.
Una tersenyum mengejek, ia yakin nadine tak akan berhenti sampai yang ke sepuluh kali, seperti biasanya.

Ke 8, ke 9, dan ke 10. Stop, handphone nya benar-benar berhenti bergetar.
Una tersenyum puas dengan tebakannya sendiri.

"Tuhkan, udah tiga menit ini. Nadine gak bakal telpon kamu"
"Baru tiga menit juga, menit ke tujuh. Iya menit ke tujuh dia bakal telpon aku"

Menit kelima, satu menit terasa sangat lebih lama dari biasanya. Una harap-harap cemas, begitupun Helena. Meraka sama-sama melotot, menahan resah, saling menggertakan gigi. Tingkah polah satu sama lain seolah punya ikatan batin. Seperti anak kembar saja.

Menit ke tujuh, masih tak ada panggilan untuk helena. Menit ke tujuh detik ke 20, masih belum ada juga. Menit ke tujuh detik ke 40, sial masih belum ada. Una nampak semakin melayang, bayangannya benar-benar senang nadine tak akan ada waktu untuk helena sedikitpun.
Menit ke tujuh detik ke 57, Helena menyerah.

"Shitt!!! Ayolah nad. C'mon"

Una tersenyum menang, namun.

Drrttttt...drrrrttt

Senyuman itu, hilang seketika saat menit ke tujuh detik ke 59 terpampang jelas nama Nadine di panggilan masuk Helena. Sementara, Helena sampai melompat-lompat kegirangan. Ia duduk kembali, menetralkan debaran jantung dan rasa bahagianya. Ia menang, menang telak.

"Hallo.. iya sayang"
Una mendelik, helena memasang raut muka tengilnya. Lalu menyentuh tanda loudspeaker.

"Hai Len, jalan yuk"

Una nambah mendelik, namun ditahan saja rasa sebalnya.

"Besok sampai hari minggu, kamu NGINEP sini ya sayang, gantinya jalan hari ini" helana sengaja menekankan kata 'nginep'.

"Aku kayanya gak bisa deh Helen. Masih belum ada kabar dari Una. Aku harus bilang dia dulu"
"Pasti boleh. Yah yah, aku jemput kamu dirumah ya besok pagi"
"Kangen aku ya?" Nadine terdengar manja dan malu-malu sendiri.

Helena tak menjawabnya, hanya tawanya yang menggema. Ia sangat senang melihat Una kelimpungan seperti orang yang menahan pipis. Gerak kesana kemari, meremas-remas handphone nya.

"Aku rindu" kali ini helena sungguh-sungguh. Ia rindu manusia ini.

"Iya sayang, oke jemput aja kapan kamu mau besok"

Helena menjulurkan lidah. Lalu berdiri melakukan tarian bebek didepan Una. Masih dengan menggemgam erat handphone nya.

"Helen, heii kok diem aja"
"Iya, iya sayang, sorry aku mules. Udahan dulu ya.. sampai besok sayangnya aku, muuuah muuuah"

Helena meletakkan handphone dengan gaya cantiknya ke atas meja, lalu menggesernya ke arah Una.

"Selamat ya kak, aku menang" katanya dengan rasa bangga.

Una, diam saja. Rasanya ingin menendang bokong nadine sampai manusia itu minta ampun. Kalau perlu, akan di seretnya nadine di sepanjang jalan dengan kondisi mengikat tangannya seperti tawanan.

Semenit kemudian, helena melihat senyum aneh di bibir Una. Membuatnya penasaran, apa yang dipikirkan manusia di depannya ini.

Dengan gerakan cepat, secepat kilat. Una meraih handphone Helena, lalu melemparkannya ke arah akuarium kecil yang ada di pojokan dekat dengan ruang santai. Dan, ppluung. 

Tepat sasaran.

Helena terbelalak.

"Kak una sialaaaan!!! Data gua disitu semua monyeeet!!" Helena lari, segera.  Harus segera menyelamatkan data-datanya.

Una. Una hanya mengendikan bahu, lalu bersikap biasa kembali. Seperti tak melakukan apapun.

"Kak una kambing, babi, beruk bunting. Hapeku mati ini, taiiiii" helena masih terus memakinya.

"Aaaiiiihhhh dasarrr kebo bunting, gua sumpahin lu jatoh keguguran, kaki lo patah, pantat lo bisulan, ekor lo botak!!! Kebo silaaaan!!"

Una tak menanggapi, seperti biasa. Helena terdengar imut saat marah dan ngedumel apalagi mengeluarkan kata-kata lucu seperti itu.

"Sejak kapan juga kebo bisa bisulan" gumam una, bibirnya tersenyum lalu ia putuskan memejamkan matanya.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang