#47

1.8K 118 34
                                    

#2 tahun yang lalu

Nadine dengan giat datang ke cafenya. Berharap sedikit bisa melupakan sosok gadia yang mencuri hatinya.
Berkutat dengan segala kesibukan, pontang panting kesana kemari.

"mbak nad, istirahat dulu aja"

Nadine mengangguk, elsa menggantikan posisi Nadine yang sedang plating.

"sa, kamu gk ada niat keluar dari sini?" Nadine mengusap keringat yang membanjiri lehernya.

Yang di tanya, malah tertawa terbahak.

"ini rumah kedua aku mbak, buat apa pindah"
"ya kali, di sini kan capek. Mana bosmu kaya anak labil gini"
"mbak nad baru pertama patah hati, aku maklum"
"rasanya sakit ya, kaya ada Yg remukin ni jantung"
"mbak nad, Kalo sakit jangan di tahan. Di luapin aja, biar lega"

"caranya? Huuh.. Sesek sa, cuma mau napas aja sesesek ini"
"mau nangis? Elsa siapin tisue ya buat mbak nad"
"haha, udah capek nangis ni mataku. Sampe gk mau keluar mata airnya"
"lebaynya bos kita kawan-kawan"

"aku pergi dulu ya, bye semua. Semangat!"

"siiiap!!" serempak, semua yang ada di ruangan itu menjawab dengan semangat.

Nadine berjalan pelan, menuju meja kerja sang menejer.

"may, sibuk?"
"menurut lo?"
"temenin makan yuk"
"bentar nad, aku masih banyak ini Yg belum di data"
"ayo! Aku atasanmu lho, cepetan"

Maya menutup laptopnya.

"mau makan apa nad?"
"apa aja, asal masuk ke perutku. Kalo makan di rumah gimana? Mau di masakin kamu sama vero"
"itu bukan apa aja pe'ak!! Ya udah ayo"

##########(##((#########
"Nah, nih mom spesial buat momi" vero dengan semangat menyuapi nadine.

"Enak gk mom? Vero baru di ajarin sama bu salma tadi hehe"
"Iya? Waahhh, bu salma emang the best yah. Bunda mana?"
"Bunda mandi. Mom, kak helen kok gk maen maen lagi sih? Vero mau minta di ajaarin kimia"

Nadine menjawabnya dengan seutas senyum. Membelai puncak kepala vero dengan sayang.
Tangan vero masih semangat menyuapinya. Entah sudah suapan keberapa, bukan apa-apa. Makanan ini memang sangat enak. Gadis kecilnya semakin menunjukan bakat memasaknya.

"Mom?"
"Yah? Apa sayang?"
"Momi sering diem ya akhir akhir ini, jarang anter jemput vero. Gk pernah nemenin vero jalan-jalan"

Vero menundukan wajahnya. Menyembunyikan rasa sedihnya, ia tak mau makin membebani mominya.
Vero mulai tenggelam dengan pikirannya sendiri.
"Apa momi marah ya sama vero? Tapi vero gk ada salah. Sama bunda? Awas aja bunda, bikin momi jadi sedih gini"

"Vero? Hei, vero"
"Ahh iya mom, vero gk papa"
"Vero mikir apa? Momi gk papa sayang"
"Kok momi tau vero lagi mikirin momi?"
"Makanya vero jangan sering boong sama momi, sama bunda juga. Momi bisa tau" dalam hati nadine tersenyum melihat ekspresi putri kecilnya.
"Iya mom" vero menunduk kembali, merasa bersalah saat ia berbohong sakit agar tak masuk sekolah demi kartun kesayanganya yang tayang saat jam sekolahnya.

Maya datang dengan gaya centilnya, lenggak lenggok bak model catwalk.
Tatapannya menggoda nadine dengan sensual. Namun berubah jahil saat menatap vero.

Nadine menggaruk alisnya yang tidak gatal. Di sampingnya, vero pun sama. Menggaruk alisnya, malas melihat bundanya yang suka tiba-tiba bersikap konyol seperti ini.

"Gak anak gak momi sama aja! Gk suka liat bunda cantik"

Nadine dan vero saling melempar pandangan. Sedetik kemudian, keduanya secara bersamaan tertawa, kedua tangan mereka terangkat membuat gerakan tos kebesaran.

"Mom, temenin vero yuk. Pengen nge game"
"Yuk"

Tanpa aba-aba mereka melenggang pergi, mengabaikan tatapan membunuh maya sedari tadi.

"KALIAAAAAAAN!!!!! CUCI PIRING DULUUU!!!!!!"

Terdengar terikan serempak dari ujUng sana, ruang keluarga.

"BUNDA AJA!!"

##########################
Saking asyiknya bermain game dengan putrinya membuat nadine melupakan janji.

"Aduhh, macet lagi. Mana hapenya gk aktif"

Nadine gelisah, pasti orang yang di sana sudah kebingungan menunggunya. Dia melupakan janjinya menjemput di jam 5 sore ini.

Nadine melirik jam tanganya.
Pukul 18:30.

Setelah sampai, dan memarkirkan mobilnya. Nadine segera berlari menuju gedung perkuliahan sastra.

Ia berubah pucat, tak sadar membanting tas ranselnya ke lantai saat melihat Una menangis tersedu.

"Hei hei, kenapa? Kamu kenapa?"

Nadine panik bukan main.

"Sttt sttt, ada aku. Kenapa?"

Nadine mendekap erat tubuh gadia itu. Memberikan ketenangan.

"Kamu kemana sih!" Una mendorong tubuh nadine. Namun nadine mendekapnya kembali.

"Hei, ada apa? Una, jawab. Kenapa? Ada kejadian apa sama kamu?"

"Gak ada apa apa. Kamu kemana sih?! Aku bingung tau gak! Hape mati, gk bawa uang. Aku udah mau jalan tadi"
"Maaf un, aku kelupaan. Maaf"
"Aku malu!! Gara-gara kamu!"

Una semakin galak. Sebalnya semakin menjadi.

"Aku malu Nadine!!! Liat itu, di sana tadi ada orang. Aku malu, ketahuan nangis sama dia!!"
"Pasti sekarang aku jadi konyol, nangis gegara nungguin jemputan yang gk datang-datang. Aku maluuuu nadineee!!!"

"Pffftt.."
Nadine malah ingin tertawa.
"Kamu malah ketawa!!! Aku yang sekeren dan cool ini ketahuan nagis! Ya emang sih, td aku sempet nangis kenceng. Tapi tetep aja! Kamu jahat nad. Aku sebel"

"Lebay!!!"

Nadine menjitak pelan kepala una, lalu berlari membuat una mengejarnya.

Mereka masih berlari dengan riangnya. Komplek kampus yang mulai sepi tak membuat mereka menghentikan kegilaannya. Mereka berjalan santai di jalan setapak meninggalkan gedung sastra, Una bergelayut manja di lengan nadine.
Sesekali nadine menjahilinya, menggelitik atau menarik ujung rambut, membuat una berteriak sebal lalu memukul-mukul pundak nadine.

"Dasar nyebelin!"
"Bwahaha, memalukan! Seorang miss.una menangis menunggu jemputannya yang tak kunjung tiba. Wahh judul yg bagus ya buat artikel mading"
"NADINE!! RESEE"

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang