#26

3.7K 193 16
                                    

Aku masih terjaga, di sini, kamarku. Melamun, tersenyum, sampai tertawa sendiri. Otakku rasanya masih sadar sepenuhnya, hanya karena geli. Aku tak sengaja mendengarkan yang tidak-tidak, eh lebih cocok di bilang hal yang iya-iya sih. Oke, sebenarnya aku tak hanya mendengar, menguping sedikit. Hahahahha kurang ajarnya aku.

"Kamu kenapa sih! Gak malu aja kedengeran Nadine. Nakal"

"Ya biar aja. Toh dia gak suka aku. Lagian kan aku pacarmu. Masa mesra sama pacar gak boleh" Protes Gerry

Itu beberapa obrolan yang kudengarkan dari kamar tamuku. Mereka gila, apa lupa dia ada di rumahku? Ahh salah sendiri, aku juga gak ada niat nguping. Masih saja terasa geli saat aku mengingat kembali obrolan mereka. Tiga menit yang membuatku berpikir 'kok? Aku biasa aja ya? Gak cemburu. Iya ngapain juga cemburu, kan memang Gerry cuma status buat aman doang'

Obrolan ringan mereka mulai tak terdengar, tergantikan dengan seruan nafas yang menderu. Hei? Mereka? Making love? Di rumahku? Di kamar tamuku? Kurang ajar!

'Sialaaan Gerry! Dikira gue gak denger apa ya?'

Dua lelaki itu membuat malam sunyiku penuh dengan deruan nafas kurang ajar.

######@aaaaaaaaaaaaaa######

Pukul 2 dini hari. Mata Nadine masih saja tak mau terpejam. Bibirnya membentuk senyuman geli, malamnya kembali sunyi. Dua anak manusia di kamar tamunya mungkin sudah terlelap, tak ada suara. Ingatan Nadine melayang, menerawang perkataan Helena.

'Gerry pecinta pantat'

'Nadine, kok lo bego sih!'

'Udah deh, kelarin aja. Percuma, dia aja gak bisa jujur sama dirinya sendiri. Manfaatin kamu aja itu'

Lagi, Nadine menertawakan ketidak pekaannya.

'Ahh jadi kangen Helena, telpon ahh'

Tut tut tuut

"Ya Nadine, kenapa sayang?' Suara Helena terdengar serak, ahh seksinya

"Helena lagi apa?"

"Kamu mau aku gigit hahh? Lagi tidurlah"

"Hihii.. Gitu aja marah, kangeeen kamu"

"Makanya ayo bobok, biar cepet pagi"

"Kangennya udah di puncaknya Len, gimana dong?"

"Kangen bangeet? Bisa ditahan?"

"Baangeet sayang. Cara nahanya gimana?"

"Oke, jangan bobok. Tunggu"

Tut tut tut tut

Terdengar suara telepon yang sudah di putus. Ini anak maksudnya apa? Tunggu?

Nadine memutuskan untuk keluar dari kamarnya, kebetulan tenggorokkanya juga sangat kering. Di dapur, Nadine mengambil satu botol air dingin dan beberapa camilan. Lalu menuju ruang santai, menyalakan televisi. Sesekali sibuk dengan smartphone nya, mengecek beberapa hal yang penting. Acara apa ini? Nadine bosan, tapi mau bagaimana lagi? Matanya masih tak mau di pejamkan.

Tok tok tok

Nadine seperti mendengar suara ketokan pintu, mana ada manusia bertamu di jam setengah tiga pagi? Ahh salah denger kali

Tok tok tok

Nadine masih ragu, jangan-jangan? Maling? Mana ada maling ngetok? Bego ah Nadine

Tok tok tok tok tok tok tok tok tok

Suara ketokan semakin beruntun. Jangan-jangan itu? Setaaaaaaan? Iya pasti setaaan. Sialan tu setan ganggu aja, batin nadine. Ia mengacuhkan ketokan itu. Masih fokus dengan acara di televisi, getaran smartphone nya sedikit mengagetkan.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang