#32

2.7K 189 41
                                    

"kamu seneng nad? Kejutaaan kan ini?" Helena memeluk tubuh belakang nadine.

Nadine duduk memeluk lututnya, masih tak percaya dirinya kini berada disini, di rumah orang tuanya.

"papi kenapa balik duluan len? Ini maksud kamu liburan di tempat yg belum pernah kamu datengin? Kamu malah bikin suasana keruh"

"mau sampe kapan lagi sih kamu lari? Sampe tua? Aku gak bisa biarin kamu kesiksa sama rasa bersalah yg gak sepenuhnya salah kamu nad. Kamu sendiri yg bikin ini berlarut-larut dan makin keruh, harusnya aku juga ajak kak maya vero juga biar kalian semua jadi satu disini. Dan terserah kamu sekarang mau gimana, mau jadi pengecut selamanya?" Helena makin mempererat dekapannya.

"kamu helena kan?? Bukan nenek moyangnya kan?? Hahahahahaha" nadine tertawa geli. Selalu saat helena kembali muncul sisi dewasanya membuat nadine tak bisa berhenti tersenyum.

"kamu tu yaa!! Kamu kira aku kesurupan. Tapi sayang, aku gak sangka, kamu punya adek ganteng gitu hahahha.. Cuma kurang di poles aja dikit lagi. Pasti tampan banget deh"

"Iyalah liat kakaknya dulu dong. Hem hem, cakepnya polos juga kan"

"Memang sih, kamu lebih cantik kalo lagi polosan"

"okeeh.. Aku polosan nih ya biar cantik"

Nadine mulai membuka kancing short pant nya, saat tangannya beralih menaikan kaosnya helena menahannya karena terdengar ketokan di pintu kamar mereka.

"mbk nadine, udah tidur po?"

"belum, bentar dek" nadine mengecup bibir helen lalu beranjak membuka pintu.

"kenapa dek?" Tanyanya langsung setelah membuka pintu.

"hehe gk papa sih mbk, mau ngenalin adek iparnya mbk" dheo menggaruk tengkuknya, malu-malu menatap kakaknya.

"adek iparnya mbk?" Nadine menunjuk dirinya sendiri. Melirik helen yg sudah berpindah duduk di kursi dekat meja belajar nadine dulu.

"ayo mbk, keburu bapak berubah pikiran" dheo langsung menarik kakaknya menuju ruang keluarga.

Mata nadine menyipit, di tatapnya seorang gadis yang tengah duduk di apit kedua orang tuanya sedang tertawa lepas. Entah apa yg mereka bicarakan.

"ehh ini mbk nadine? Ayo mbk sini duduk" gadis itu langsung menghampiri nadine saat melihatnya.

Nadine menuruti gadis yg menuntunya itu. Duduk canggung di sisi kiri, lalu gadis itu duduk di samping nadine. Di ikuti dheo duduk di samping gadisnya.

"nadine, kamu gk mau kenalan sama istrinya dheo?"

Nadine melongo saat mendengar ibunya berbicara santai untuk yang pertama kalinya. Matanya langsung beralih menatap dheo dan gadis di sampingnya setelah tersadar dari kagetnya.

"hai mbk nad, Gladys" gadis itu menyodorkan tangan kanannya.

Nadine menyambutnya.

"hai, aku nadine. Kalian udah nikah?"

#########################

"jadi? Kalian kenapa belum mau punya baby? Kan lucuu ya kan nad"

Helena menaik turunkan alisnya.

"hehe iya ini baru program. Kan pas nikah kita masih sama-sama kayak anak kecil len"

Gladys. Cantik, ramah, dan dia adik iparku. Istrinya si dheodorant. Aku awalnya masih mengira mereka bercanda tentang pernikahan ini. Nyatanya mereka sudah tiga tahun menikah dan tahun ini memasuki tahun ke empat. Mereka menikah saat umur 17 tahun. Saat aku meninggalkan rumah ini, dheo masih berumur 13 tahunan lah kira-kira. Aku melewatkan banyak sekali hal penting.

"mbk nad, lagi sibuk apa sekarang? Kalo di liat sih mbk nad makin cantik, gk cupu kayak dulu pas.. Awww" aku menarik kuping dheo.

"aduh mbk, apasih? Kan mbk emng cupu dulu, beneraan deh helen mbk nad tu.. Awwww awwww kupingku mbk aww!!" Dheo mengusap kupingnya yang memerah.

"kamu diem apa mau mbk botakin!" Aku mengancamnya sebelum membongkar semua tentangku.

"kalian kayak anak kecil aja. Dys temenin gue cari makan yuk. Laper nih"

"iya ayok len. Dhe aku pegi dulu ya. Mbk nad, gladys temenin helen dulu gk papa kan? Aku jagain, gk usah tegang gitu"

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Suara mobil menyala, lalu perlahan meninggalkan rumah. Aku menatap dheodorant yang sedari tadi tersenyum menyelidik. Dasar adek gila.

"kamu ngapa senyum-senyum dek. Gak jelas"

"mbk, kok cantik sih sekarang Hahahaha"

"mbk mu ini kan emang cantik, kamu aja tu adek durhaka"

"mbk nad make apa? Bisa dapet pacar cantik banget gitu"

"kamu yg make apa, bisa dapet gladys. Mau-maunya nikah sama kamu dek. Dheodorant ketek"

"aku kan ganteng mbk" dheo berpose seperti foto model di majalah-majalah remaja.

"kerja dimana dek?"

"megang usaha kecilnya mertua mbk. Hehe, mbk nad harus tau aku ini mantu kesayangan. Makanya udah dapet semuanya, materi, kasih sayang, gampang buat aku dapetin dari mertua. Haha, biar tau rasa tu si Tommy"

"wait!! Tommy?" Semoga tebakanku salah.

"iya, gladys tu adeknya Tommy. Si brengsek yg bikin mbk nad pegi" ada nada emosi di kalimat terakhir adekku.

"mbk pegi bukan karena dia dek. Kamu sok tau, awas aja kamu nyakitin gladys! Mbk nad gk sudi punya adek dendaman gitu"

Aku mengusap kepala dheo. Lalu merangkulnya.

"aku beneran sayang sama gladys mbk"

"ya kalo gitu udahan juga kamu musuhin kakaknya. Mbk kan pegi karena mbk yg pengen. Maafin mbk ya dek, mbk gk ada nemenin kamu di saat-saat susah senengmu"

"aku malah ngerasa udah gagal mbk. Aku cuma anak kecil yg gk di dengerin pas belain mbk nad dulu. Aku ini cowok malah gk bisa apa-apa"

"ssst!! Yg dulu udah berlalu. Kamu mau mbk seneng kan?"

"iya pastilah mbk. Kenapa?"

"kasih mbk ponakan lucu taun depan. Oke"

"ahahahhahahhaaa.. Iya deeh taun depan dheo kasih ponakan, mau berapa?"

"sepuluh ya dek, lima cowok lima cewek"

"edan!!! Mbk pikir bojoku kucing po!???"

"Tidak terima protes loh. Mbak udah jauh-jauh dari tempat persembunyian dan balik ke rumah. Tidak mau tau, ponakan lucu tahun depan"
"Hemmmmm.. Otoriter nya keluar" Protes Dheo ketek kudanil

##########################

Hari ketiga aku di rumah. Masih sama, hanya ada aku, helena, dheo, gladys, dan terkadang ada ibu yang sesekali ikut menemani kami. Perlahan semua terasa menghangat, setelah aku di temani helena tadi malam memberanikan diri untuk menemui ibu. Hanya menatapnya saja air mataku terus bercucuran. Dan saat kami mulai saling membuka suara, tangisanku dan ibu tak terbendung lagi. Helena pun ikut menangis tersedu.

"helen kok nangis? Sini mau ibuk peluk?" Ibuku merentangkan kedua tanganya. Helena langsung mengahambur di pelukan ibuku.

"helen sebel buk" helena menarik ingusnya, masih terisak.



LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang