#48

1.7K 118 70
                                    

"Mau langsung pulang?"
"Iya nad. Besok ada kuliah pagi"

Nadine hampir lupa, ya 2 tahun berlalu sudah. Dia hampir lupa, Helena telah lulus dari sekolah menengah atasnya.

"Ohh, mau bareng? Ee kan papi udah balik, kamu bareng aku aja gimana len?"
Nadine berharap gadis itu menerima tawarannya, namun ia cemas. Cemas bagaimana nanti memulai percakapan dengan gadis itu, sedangkan tubuhnya kaku, keringat dingin seperti ini. Benar-benar membuat nadine gerogi saat berhadapan dengan Helena.

"Ya udah, ayo pergi"
"Haa?"
"Kok malah haa? Ya udah ayo anterin aku balik nad. Tadi nawarin, pas di iyain malah haa"
"Eee iiiya ayoo"

Mereka telah selesai berkemas, Helena memilih masuk ke mobil terlebih dahulu. Sebenarnya, ada rasa senang yang tak di perlihatkan di raut wajahnya. Ini bagaikan saat pertama ia menggoda nadine, kebahagiaan yang terasa sudah lama tak ia rasakan.

'Ahh, andai saja aku tak sebego ini'  batin helena sembari tersenyum.

Tanpa disadarinya, mobil sudah meninggalkan area pariwisata kaliurang. Nadine yang sedari tadi gerogi, setengah mati menahan penasarannya. Bukannya tak tahu, karena dari tadi nadine mencuri pandang, melirik helena yang tersenyum menatap lurus jalanan di depan sana. Ingin rasa hati bertanya, tapi apa daya. Dirinya hanya seorang kekasih yang telah di pensiun dinikan.

"Kenapa?"
"Hee?"
"Hahahaha. Kamu kenapa sih nad? Haa hee haa hee"
"Hehhe"
"Tuhkan hehhe lagi, kamu kemasukan jin hee dari india ya???"

Nadine malah tertawa kikuk. Ketahuan ia sedang melirik Helena tadi.

"Vero kelas 4 ya, masih gk suka belajar?"
"Bukan gk suka sih len, tapi gk ada yg ngajarin. Dia pemilih parah, semua guru les yg aku bawa gagal"
"Waah, cerdaslah"
"Cerdas palamu itu"
"Emang palaku cerdaskan, dari duluuu nad"
"Masalahnya, vero tu lemah di itung-itungan len. Padahal dia pengen jadi arsitek. Yang ada salah semua tu ntar itungannya"
"Hiish!!! Kata siapa lemah? Kamu gk tau aja, vero itu cerdas. Dia emang gk suka sama rumus. Kamu tau kenapa dia gk suka?"
"Enggak"
"Momi macam apasih kamu itu hah!!"

'Lhaaaa, ngapa ni anak ngamuk sih? Malah ngatain gua lagi, gila' batin nadine.

"Gini ya nad, vero itu lebih suka nyelesain semua pakai pikirannya sendiri, pakai caranya sendiri. Menurutnya itu lebih gampang, gk rumit kaya benang layangan kusut. Dia sering cerita, mau jawabannya benar akan tetap salah kalo rumusnya gk pake rumus di buku. Itu yg dia malesin"
"Ohh, masa sih? Vero gk pernah cerita. Ini emaknya aku apa kamu, malah tauan kamu"
"Gk kaget. Kamu kan momi gk bertanggung jawab"
"Sembarangan"
"Calon istri gk bertanggung jawab!!"
"Heee!!!! Yg gk tanggung jawab siapa ha?!"
"Kamu itu gk peka, gk pinter, gk tau apa-apa, gk bisa apa-apa, pokoknya gk semua lah. Kaya kentut yg taunya keluar dari pantat aja"
"Wait wait wait.... kamu samain aku sama kentut len? Lagian, kamu yg mutusin aku. Amnesia ya"
"Aku gk pernah ninggalin kamu, kamu yg pergi"
"Aku pergi juga karena kamulah, kamu udah gk butuh aku lagi, mutusin aku, nolak lamaranku"
"Apa aku pernah bilang aku gk butuh kamu?"

Mata Helena berkaca-kaca. Dan, tangisnya pecah

"Apa aku ninggalin kamu nad? Aku hanya bilang kita udahan. APA AKU BILANG AKU GK BUTUH KAMU?"
"Len, so sorry. Please jangan nangis"

Nadine kebingungan sendiri. Ia tak tahu, apa ada yang salah dengan perkataannya sampai membuat Helena menangis. Di tepikan mobilnya, ia bingung harus bagaimana. Apa pelukan bisa membuatnya tenang? Atau malah membuatnya semakin parah.

"Len... aa aku, emm aku bisa peluk kamu, eee maksudku kalo kamu ma.."

Belum selesai Nadine mengutarakan maksudnya, Helena sudah terlebih dahulu memeluknya, erat. Menangis tak karuan, semakin dalam.

"Aku kangen kita nad, apa gak cukup kamu balas aku selama 2 tahun ini? Masih kurang puas? Please, aku gak sekuat itu. Aku manusia bukan angel"

'Ini anak, masih aja bisa narsis pas nangis gini' batin nadine sambil geleng kepala.

"Kamu boleh peluk aku sampe kamu ngerasa udah tenang len"

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang