#37

2.1K 151 21
                                    

"katanya mau sate? Ini bebakaran sayang, gak ada sate?"

"hehe, vero kan mau makan ayam bakar madu juga mom. Ya udah, vero sama bunda turun ya. Momi beliin sate di sebelah"

"curang, gk mau ahh momi. Momi laper, ayo masuk. Lagian mana boleh bawa makanan dari luar? Udah ayo masuk, gk ada protes!"

##########################
Satu jam, duduk termenung disini. Mataku sampai pegal rasanya, mengikuti hilir mudik kendaraan yang berseliweran.
Duduk dengan kedua kaki di tas kursi, bersila.

Kebiasaanku dulu kini muncul kembali. Nongkrong berlama-lama di teras in**maret, al**mart, atau swalayan lainnya yg menyediakan rest area.

Ku raih kembali kotak rokok di meja, kali ini bukan esse changes. Aku rindu rasa dunhil mild.
Entah ini rokok yg keberapa, aku tak peduli. Di temani sebotol bintang redler yang semakin membuat tenang dan hangat.

Aku tahu, setiap orang melihatku aneh. Namun tak sedikit juga yang melihat dengan terpesona. Aku yakin mereka penasaran denganku. Sudah beberapa kali pula, ada yang sekedar sengaja melirik dan duduk di sampingku. Hisapanku semakin dalam, kapalaku serasa melayang. Mungkin 8 batang rokok yg sudah ku bakar. Aku masih asyik bermain dengan asap ini. Sesekali menariknya dengan kepala menengadah, mata memejam, bibir tersenyum simpul. Bayangan, helena di pagi hari, saat ku bangunkan paksa. Bibirnya selalu ngedumel tak jelas. Kata-kata yg hampir selalu muncul dari bibirnya.
"apasih nad! Ngantuk!"
"lima menit lagi yah"
"nantiiiii!!!! Rese ahh"
Gerakan tangannya yang selalu meminta waktu 5 menit. Yang ada 5 jam lagi bukan 5 menit lagi. Dan terkadang, aku membangunkan helena dengan sentuhan lembut bibirku di lehernya. Yah, aku tahu bukan hanya dia yang akan bangun.

"ahh, dunhill. Minta ya"

Baru aku menoleh dan belum sempat mengangguk, gadis di sampingku sudah menempatkan rokok di bibirnya. Sedetik kemudian, mengambil rokok yang sedang aku hisap. Lalu, dia menempelkan bara api dari rokoku di rokoknya. Setelah 4kali hisapan, rokoknya sudah terbakar. Aku merampas kembali rokok milikku.

"itu ada korek"

Dia hanya menjawabku dengan senyuman dan kerlingan mata kanannya.

"asyik ya rasanya, sering ya nongkrong gini?"
"he'em"
"ohh, boleh ikutan lagi?"
"ikut?"
"iya ikut, nongkrong gini. Aku sering liat kamu di sini"
"haha, lo boong. Gue baru 2 kali disini"
"ahhh? Iya, iya maksudku 2 kali. Haha ketahuan deh aku"

Gadis di depanku terlihat tersenyum kikuk. Aku tak sengaja memperhatikan garis mukanya. Mungkin dia seumuranku atau malah lebih.

"ada upil ya? Apa kotoran di mata aku?"
"hahahaha.. Enggak" Kataku
"ngeliatnya biasa aja dong, gk pake nyipitin mata gitu"
"oke oke, sorry. Nih, minum aja kalo mau"

Aku menggeser sebotol redler ke tengah meja. Masih ada setengah botol. Lumayanlah untuk ku bagi.

"gk bisa minum bareng sama orang lain ya? Mau gue pinjemin gelas ke dalem?"

Kataku saat dia hanya menatap kosong botol itu.

"hehe, iya aku gk kebiasa. Tapi gk perlulah pinjem gelas"

Aku beranjak dari dudukku, berencana masuk untuk meminta gelas.

"hei, gk perlu. Aku bisa minum ini"

Genggaman tangannya coba mengehentikan langkahku. Aku hanya tersenyum, memberi tanda 'tunggu' lalu berjalan kembali nemasuki swalayan ini.

"nih, gelas kopi gk papakan?"

Aku kembali duduk, setelah mencoba memebeli gelas ini namun pramuniaga di sini menolak. Dan memeberikannya cuma-cuma. Okelah, lumayan.

"makasih. Kamu masih mau ngerokok lagi?" Tanya dia dengan bibir yang masih dengan tersenyum
"emm.. Iya"
"ini tinggal 5. Satu bungkus isi 20, aku ambil 1. Kamu udah ngerokok 14 batang lho. Masih mau lagi? Yakin kuat? Ini juga nge beer, rumahmu mana? Aku anterin... "
"ssstt.. Berisik"

Aku meneguk kembali beer rasa lemon itu.

"enak ya? Cocok"
"cocok?"

Dia membeo, raut muka yang benar-benar tak mengerti.

"iya, cocok. Kayak lo, cocok jadi temenku. Temen spesial"
"hah? Eee eem maksudnya?"
"jadi orang spesial. Ayo, katanya mau nganter gue pulang" Entahlah, kenapa aku jadi godain gadis itu coba

Aku meninggalkannya, berjalan sedikit sempoyongan. Perasaan cuma 14 batang rokok, plus setengah botol ukuran 620 ml redler. Nikotin+beer, mungkin karena aku saking menikmatinya saja. Jadi rasanya semuanya masuk dengan pas dan nyaman di tubuhku.

"hei, tunggu. Ini di bawa gak?"

Dia menunjuk botol dan kotak rokokku.

"iya, bawa. Cepet kalau mau nganter, gue ngantuk!" Teriakku

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang