#12

6.9K 388 15
                                    

Nadine berlari ke ruang tengah lagi. Di mana ada kedua manusia yang sedang menabuh genderang perang. Lupa, menanyai mereka ingin ku buatkan sarapan apa.

"Kalian gk suka teh nya? Keburu adem" ku lihat cangkir mereka masih kosong.

"Doyan nad" mereka secara ajaib, lagi dan lagi. Menjawab dengan waktu yang hampir bersamaan. Big applause :D

"Lo apaan sih! Niruin gue mulu, naksir gue lo?!" Gerry berbicara tanpa mengalihkan pandanganya dari televisi.

Ohh, mereka memutuskan menonton televisi :D

"Ada juga lo yang naksir gue, ngaku aja deh lo! Ampe meratiin kegiatan gue segitunya" Helena oh Helena. Tidak akan pernah ada kata kalah.

"Lo nya aja yang ke Ge Er an. Heran gue. Otak lo tu dimana sih?"

"Gue gak punya otak. Lagian lebih baik gak ada otak. Daripada otak di taroh di pantat"

Gerry menoleh kearah Helena, memicingkan matanya. Yang di tatap sinis, masih asyik menonton televisi. Lalu meraih remote, mengetuk-ngetuk santai di meja. Menghasilkan suara ketukan yang mirip dengan detik jam.

"Emm, kalian mau sarapan apa?" Tanyaku mencoba mengalihkan perhatian mereka.

"Gerry, Helena. Kalian mau sarapan apa?" Ku ulangi pertamyaanku.

Tak ada satupun yang menjawab. Ok, terserahlah. Ku masak saja sesukaku. Dasar dua makhluk ini.

#################################

Ku suapi Helena. Dia ini orangny tipe yang memang  susah untuk makan pagi alias sarapan. Alasannya, tentu saja itu. D-I-E-T.
Dia beralasan jika makan terlalu pagi bisa membuatnya gemuk.

Gerry duduk di depan kami, menikmati makanan buatanku. Kami melewati makan pagi ini dengan saling diam,tak ada satupun yang berbicara. Setelah selesai. Kami kembali ke ruang santai, saling diam hanya menatap kosong televisi yang menampilkan animasi pagi.

Tepat pukul 08.31, aku memutuskan untuk mandi, bersiap ke Cafe.
Setelah selesai, ku minta Helena untuk bersiap-siap juga.

Aku duduk di samping Gerry, menatapnya dari samping. Gerry ini memang tampan, garis muka yang tegas namun manis. Aku heran, kenapa ada lelaki setampan ini tapi sangat membosankan? Untukku, aku tidak tertarik. Sangat biasa saja.

Kalian. Aku ingin bertanya.

Apakah, karena aku Gay?

"Lo kenapa Nad? Muka gue ada apanya?"
"Lo ganteng Gerr, tapi gue gak tertarik hahaha"

"Waaah senengnya lo ketawa depan gue. Tapi sedih, lo jadi terbuka gini. Terang-terangan bilang gak tertarik sama gue. Apa beneran gak ada kesempatan buat gue?"

Aku tersenyum, lalu menggalengkan kepala sebagai jawaban pertanyaannya.

"Suka pun enggak Nad? Terus buat apa lo nerima gue Nad? Buat apaan?"

"Seperti yang lo tahu. Gue gak pernah nerima lo dari awal. Gue diem aja"

"Tapi Nad, gue cinta lo. Nikah yuk"

"Ogah. Ngapain nikah sama orang yang gak gue mau. Kenapa sih? Jadi aneh gini lo"

Gerry menggenggam tanganku.

"Ayolah Nad, bokap nyokap gue udah suka banget sama lo. Mereka setuju kalo kita nikah secepetnya. Gue bakal di percaya buat pegang usaha keluarga kalau udah nikah. Lagian kata orang cinta kan bisa dateng dengan sendirinya"

"Lo kenapa sih? Kan gue udah bilang, gue gak mau. Lo juga ngapain manut aja, jelasinlah ke mereka kalau kita gak ada apa-apa sebenarnya. Ribet amat"

"Iya gue bisa gila Nad. Ayolah, tolongin gue. Lagian, gue kan pacar pertama lo"
"Kenapa gak nyari orang lain aja sih?! Lo cakep ini, pasti banyak yang suka"

"Besok ke Bali ya. Kita ketemu ortu gue. Mereka udah nyiapin semuanya, tinggal berangkat aja kita" paksanya makin menjadi.

"Pergi" kataku lirih.

Ku tinggalkan Gerry.

"Orang gak tahu malu. Di kasih jantung, minta kepala. Mau bunuh gue apa ya tu orang" kataku sambil mengumpat.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang