"Tuyul kali bi. Masa dia dateng malem malem."

"Beneran den itu ada di depan. Bibi disuruh bangunin aden." Seru Bi Siti hati-hati takut majikannya akan memarahinya.

"Ck bi, suruh masuk aja lah. Ngantuk banget bi."

Bi Siti yang mendengar itu bergegas menuruni tangga tanpa menyahuti ucapan majikannya lagi. Ya, Fariz akhirnya pergi ke rumah Sandy dengan penampilan yang sudah jauh dari kata baik.

"Den Fariz disuruh masuk aja kata Den Sandy katanya dia ngantuk banget." Ucap Bi Siti tersenyum hangat.

Fariz mendengar itu dari mulut Bi Siti hanya bisa mengusap wajahnya kasar membuat rambutnya yang sudah berantakan makin berantakan.

Langkah kakinya sudah sampai di depan kamar Sandy yang sudah menjadi sahabatnya sedari ia masih kecil.

Sandy yang mendengar pintu kamarnya terbuka langsung menegakkan badannya. Melihat Fariz yang mukanya sudah tidak karuan membuatnya mengabaikan rasa kantuk dalam dirinya.

"Kenapa lo malem malem kemari udah kayak jelangkung aja ga diundang dateng." Ucap Sandy mengucek matanya.

Tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulut Fariz. Ia masih setia membungkam bibirnya. Kakinya melangkah menuju ranjang Sandy. Lalu, merebahkan dirinya sambil memejamkan matanya.

Sandy terbelalak melihat Fariz yang langsung tertidur tanpa mengatakan apapun. Ia tahu pasti ada yang menimpa sahabatnya itu. Matanya ikut terpejam di samping Fariz.

Dering ponsel berbunyi dari rak samping Fariz tertidur. Badannya bangun terulur mengambil ponsel Fariz.

Ada beberapa panggilan dan pesan dari tempat pertandingan yang sering cowok itu ikuti dengan nominal uang yang cukup besar.

"Masih aja lo ikutin itu pertandingan. Pas mati aja baru tau rasa lo."

Sandy mengetahui bahwa pertandingan yang sering Fariz ikuti itu adalah pertandingan ilegal. Kalah dengan menyerah atau mati. Beruntungnya sahabatnya itu hanya babak belur setiap pertandingannya. Masih tercetak jelas luka lebam yang ada di daerah wajahnya.

Lama memerhatikan Fariz. Sandy memutuskan untuk kembali tidur. Sudah biasa baginya melihat Fariz seperti ini.

Mentari mulai menampakkan dirinya kembali. Mengintip dari sela sela jendela.

"SANDY BANGUN. YA AMPUN UDAH JAM BERAPA INI." Teriak Linda- Mama Sandy dari lantai bawah.

Matanya mengerjap ngerjap mendengar suara bising dari bawah. Tubuhnya akhirnga bangun melihat ke samping sudah tidak ada orang. Kemana jelangkung satu itu.

"SANDYYYYY BANGUUUUNNN." Teriak Linda-Mama Sandy lagi.

"Iya ya ampun ini sandy udah bangun." Gerutu Sandy sambil berjalan mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Selang beberapa waktu Sandy pun selesai dengan pakaian yang sudah lengkap di tubuh tegapnya.

Sandy berjalan menuruni tangga rumahnya. Matanya terbelalak melihat Fariz yang masih berada di rumahnya. Pakaiannya sudah lengkap.

"Kamu kenapa ga bilang kalo Fariz nginep dirumah?" Tanya Linda yang sibuk menyiapkan sarapan.

"Tu mah Fariz dateng kayak jelangkung."

"Heh. Dede gemes mamah ga boleh dikatain jelangkung. Maap ya ganteng-" Ucap Linda terpotong oleh ucapan Wira-Papa Sandy.

"Mamah ga boleh genit atau nanti papa ga mau beliin tiket buat mama ketemu sama oppa oppa itu." Ucap Wira membuat Linda melotot sempurna.

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now