39-We Love You

11.1K 415 22
                                    

Happy reading..
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yaa, 😘😙😘




Acara malam ini berjalan lancar, semua tamu undangan pun sudah pulang kerumahnya masing-masing. Tidak hanya tamu undangan, namun kami juga akan pulang kerumah.

Aku mengira kami akan menginap dirumah orang tuaku karena kamar tidurku  sudah dirubah sedemikian rupa oleh Kak Vero. Tetapi Kak Vero berkata kami akan pulang kerumah. Bahkan kami sempat berdebat karena hal tersebut.

“Kak, jadi sia-sia hias kamarnya kalau nggak ditempatin.” Ucapku.

“Tidak apa-apa yang penting kamu tidur dengan nyaman.” Ucapnya.

“Disini juga nyaman. Lagian aku capek kalau pulang, udara malam juga nggak baik untuk bumil.” Ucapku membujuknya, tetapi tetap saja.

“Ranjangnya sempit Sya. Aku takut kamu nggak bisa gerak nanti, kasihan juga kamu nantinya. Apalagi ranjangnya dihias juga makin nggak nyaman kamu nanti. Nanti kamu pake jaket tebal kalau perjalanan pulang. Lagian ibu, Kak Dani sama Kak Meira pulang kerumah kita nggak enak juga kan kalau kita disini.” Jawabnya.

“Kalau gitu untuk apa nyiapin kamar kayak gitu kalau nggak mau ditempatin, buang-buang uang saja. Ya sudah, ayo pulang, pengen cepet tidur sudah capek banget, nggak cuma badan yang capek hati juga.” Ucapku kesal kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah perdebatan singkat tadi kamipun pulang kerumah. Dalam perjalanan menuju rumah pun berasa sangat lama karena tidak ada percakapan diantara kami.

Aku masih kesal dengannya,Reyhan yang biasanya menghiasi keheninganpun tidak ada karena dia ikut pulang bersama ibu mertuaku tadi jadilah suasana menjadi semakin mencekam.

Sesampai dirumah pun aku langsung masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Kak Vero, biarkan saja aku masih sangat kesal dengannya. Katanya ingin membahagiakanku tapi nyatanya, dia malah membuatku kesal.

Saat tidur aku pun memunggunginya, berharap dia membujukku dan meminta maaf tapi ternyata dia membiarkanku. Sungguh menyebalkan, padahal aku ingin dipeluk, aku sungguh merindukannya.

Sungguh malam ini di luar dugaanku, kukira akan menjadi malam malam yang romantis namun kini nyatanya semuanya hanya menjadi khayalan yang semu.

Beberapa menit kemudian aku memberanikan diri untuk menghadap kearah Kak Vero. Dan ini yang membuatku ingin menangis, Kak Vero sudah tidur nyenyak. Dia tertidur nyenyak tanpa meminta maaf atau membujukku agar kita berbaikan.

Akupun kembali memunggunginya. Menangis? Ya, aku menangis hanya gara-gara hal itu. kak Vero tega sekali, bahkan tidak seperti biasanya dia seperti ini. Aku takut, aku takut dia kembali seperti dulu, dingin tak berperasaan.

Tiba-tiba aku merasakan tangan kekarnya memelukku dari belakang. Dia pura-pura tidur ternyata, dasar menyebalkan.

“Salah sendiri nyuekin suami. Pengen dipeluk kan sebenarnya?” Ucapnya seraya mempererat pelukannya.

“Ih, sana. Kalau nggak ikhlas ya sudah nggak perlu meluk. Lagian bukan minta maaf tapi ngeledekin.” Ucapku kesal.

“Aku nggak salah untuk apa minta maaf. Semua juga demi kebaikan kamu sama debay. Sudah ayo tidur, bumil itu nggak boleh tidur malem-malem.” Ucapnya.

“Tapi jadi sia-sia dan buang-buang uang.” Jawabku.

“Iya-iya maaf sayangku. Aku cuma nggak mau kamu susah gerak dan nggak nyaman tidurnya. Bayangkan, ranjangmu lebih kecil dan juga dihias bunga sama balon-balon jadi semakin kecil. Aku takut kamu nggak nyaman dan berujung sakit nantinya, lebih baik aku kehilangan uang daripada melihatmu sakit. Maaf ya, maaf sudah egois, jangan marah lagi ya, aku sayang kamu.” Ucapnya kemudian mencium puncak kepalaku.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz