19-Pregnant

12.7K 525 3
                                    

Author Pov

Dengan wajah penuh kecemasan Brian membawa Tasya menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit ia segera meminta dokter untuk secepatnya menangani Tasya.

Sambil menunggu Tasya di periksa oleh dokter dia menelfon orang tua Tasya untuk memberi kabar jika Tasya berada di rumah sakit sekarang.

Beberapa detik kemudian dokter yang menangani Tasya keluar dari ruangan dimana Tasya diperiksa.

“Bagaimana keadaannya Dok?” Tanyanya.

“Anda tidak perlu cemas, istri anda hanya perlu istirahat yang banyak dan saya minta agar anda menjaganya dan jangan membuatnya terlalu lelah atau banyak memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih karena itu dapat membahayakan kandungannya.” Penjelasan dokter kepada Brian.

“Kandungan? Tasya hamil dok?” Tanyanya terkejut.

“Benar Pak, kandungannya baru memasuki minggu ke 3.” Ucap sang dokter.

“Oh.. terima kasih dok, apa saya boleh melihatnya sekarang.” Tanya Brian.

“Tentu. Tapi Bu Tasya masih belum sadar tapi bapak tenang saja karena sebentar lagi beliau akan segera siuman.”

“Kalau begitu saya permisi masuk kedalam dok.”

“Iya silahkan.” Ucap sang dokter tersebut setelah itu Brian melangkahkan kakinya memasuki ruangan Tasya.

Dilihatnya seseorang perempuan cantik sedang tertidur pulas diatas ranjang rumah sakit tersebut.

Seketika ia berguman didalam hatinya “Aku tidak menyangka Sya, gadis yang dulu sering kucium pipinya ketika aku masih duduk dibangku taman kanak-kanak hingga dia pernah menjadi pacarku ketika aku SMP , sekarang dia akan menjadi ibu tapi sayangnya bukan ibu dari anakku melainkan ibu dari anak orang lain. Dia itu kamu Sya, cinta pertamaku yang masih kucintai sampai saat ini tapi aku tidak boleh egois karena aku tau kamu bahagia bersamanya.”

Ketika ia sedang asyik memandangi wajah Tasya, tiba-tiba Tasya perlahan-lahan membuka matanya.

“Brian gue ada dimana?” Tanyanya ketika menyadari bahwa dia berada ditempat berbeda dari sebelum ia pingsan.

“Lo ada di rumah sakit Sya, tadi lo pingsan tapi tenang aja lo baik-baik aja kok. Sekarang lo istirahat aja karena mulai sekarang ada keponakan gue didalam perut lo yang harus lo jaga.” Jawaban Brian.

“Maksud lo, gue hamil Yan?” Tanyanya penasaran.

“Iya Sya, sebentar lagi orang tua lo datang. Oh ya, apa gue perlu hubungin suami lo soalnya tadi gue mau hubungin suami lo tapi gue nggak tau No. Telfonnya.”

“Nanti gue aja yang ngasih tau Kak Vero, gue rasa dia lagi ada penerbangan sekarang.”

“Oh.. ya sudah sekarang lo istirahat aja gue nggak mau calon keponakan gue kenapa-napa gara-gara mamanya kecapekan.”

Belum sempat Tasya menjawab perkataan Brian, suara Reyhan lebih dulu menggema dikamar inap Tasya.

“Mama... mama sakit apa? Gara-gara Rey ya? Rey nakal ya ma?” ucapnya berdiri disamping ranjang Tasya.

“Rey, mama hanya kecapekan kok.” Jawab Tasya.

“Rey sekarang harus jagain mamanya ya soalnya diperut mamamu ada calon dedeknya Rey. Jadi sekarang Rey nggak boleh bandel dan bikin mama capek ya.” Ucap Brian.

“Kamu hamil Sya?” Tanya ibu dan ayah Tasya secara bersamaan.

“Iya bu.” Jawab Tasya.

“Alhamdulillah. Kamu sudah memberitahu Vero?” Tanya ayahnya.

“Belum yah, aku berencana memberi tau Kak Vero kejutan ketika ia pulang.” Jawabnya.

“Ya sudah kalau begitu kamu istirahat saja sekarang.” Ucap ibunya.

“Iya mama istirahat saja, Rey janji nggak bakal bandel dan selalu nurut sama mama, Rey juga akan jagain mama dan dedek bayi diperut mama.” Ucap Reyhan yang masih berdiri disamping ranjang Tasya.

“Iya sayang, makasih ya.” Ucap Tasya sambil mengusap lembut pipi Reyhan.

***


Setelah dua hari dirawat di rumah sakit dan satu minggu istirahat total dari kesibukannya dikampus maupun pekerjaan rumah, kini Tasya kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa walaupun ibunya sekarang memperkerjakan ART dirumahnya agar dapat membantu dia  mengerjakan pekerjaan rumah dan juga menyiapkan keperluan Reyhan.

Dia melangkahkan kakinya menuju kekantin kampus untuk menemui teman-temannya karena anggota Pink Mbon mengajaknya bersantai sambil berkumpul bersama di kantin kampus.

“Sya..” Suara Caca memanggilnya, kemudian ia berjalan ke arah teman-temannya yang sudah berkumpul di meja kantin kampus.

“Maaf telat, tadi gue ngumpulin tugas dulu ke Pak Rahmat.” Ucapnya seraya duduk disamping Santi.

“Iya nggak apa-apa kok Sya, kita juga baru pada nyampai.” Kata Pevita.

“Oh ya Sya, tadi lo dianterin sama Pak Vero?” Tanya Fany.

“Sama ayah Fan, Kak Vero belum pulang.” Jawabnya.

“Oh... gimana kabar keponakan gue, Rey dan juga calon dedeknya?” Ucap Fany bertanya lagi kepada Tasya.

“Rey baik kok, calon dedeknya juga baik-baik aja didalem perut mamanya.”

“Alhamdulillah deh.” Kata Fany

“Kalau Pak Vero nggak di rumah dan lo nyidam kepengen apa gitu lo bilang aja kekita.” Kata Santi kepada Tasya.

“Iya, makasih yaa.. kalian memang sahabat terbaikku.” Kata Tasya.

Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan para sahabatnya, Tasya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat dia sedang menunggu taksi di depan kampus, tiba-tiba Brian datang menghampirinya sambil mengendarai mobil kesayangannya yang dia beli ketika memasuki perguruan tinggi dulu.

“Sya, nggak bawa mobil?” Tanya Brian yang masih berada didalam mobil.

“Nggak Yan.” Jawabnya.

“Ayo masuk, gue anterin.” Tawaran Brian.

“Nggak usah Yan nanti ngerepotin lo, gue bisa naik taksi kok.” Ucap Tasya menolak.

“Nggak, gue nggak mau lo kenapa-kenapa jadi sekarang cepetan masuk gue anterin lo pulang.” Paksa Brian.

“Oke-oke, dasar pemaksa.” Gerutunya lalu masuk ke mobil Brian.

“Gitu dong, kan cantik kalau nurut.” Ucap Brian ketika Tasya sudah duduk di kursi mobil sampingnya.

“Terpaksa nih.” Ucap Tasya yang dijawabi dengan tawa oleh Brian, setelah itu Brian mengemudikan kembali mobilnya menuju rumah Tasya.

Disisi lain  Vero sedang asyik bertelefon dengan sahabatnya sambil mengendarai mobilnya menuju ke kediamannya bersama Tasya.

Setelah lama berbincang-bicang dengan sahabatnya ia kemudian mematikkan sambungan telefonnya.

Pada saat ia berhenti di rambu-rambu lalu lintas ia melihat dua orang sedang asyik bercengkrama didalam mobil sambil sesekali tertawa bahagia, “Sepertinya mereka pasangan kekasih.” Pikir Vero.

“Arggghh..... aku jadi kangen dengan Tasya. Aku sudah jahat dengannya hanya karena ada masalah di penerbangan kemarin aku jadi dingin dan menghiraukannya dan sekarang aku sendiri yang merasa bersalah dan merindukannya.” Gumannya.

Tiba-tiba dia terkejut ketika melihat dua orang yang sedang bercengkrama dimobil tadi yang ternyata adalah seseorang yang dia kenal.

“Apa benar itu Tasya?” Ucapnya.




🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆🙆

Happy Reading😘
Part berikutnya Pak Vero bakalan muncul.
Jangan lupa tinggalkan vomment setelah membaca.😙😘😚

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now