17-Penasaran (Fiya Anastasya) / Revisi

11K 522 0
                                    

Happy Reading 😘😙

Aku baru saja selesai menata makanan di meja makan bersama ibu. Aku kemudian berjalan menuju kamar tidurku untuk memanggil Reyhan namun belum sempat aku sampai di kamar, aku lebih dulu berpapasan dengan Reyhan.

“Ma.” Panggil Reyhan.

“Duh anak mama sudah tampan sekarang. Ayo ke ruang makan, nenek sama kakek sudah menunggu.” Kataku padanya.

“Ayo ma Reyhan sudah lapar.” Katanya kemudian berlari munuju ke ruang makan dan akupun ikut berjalan ke arah ruang makan.

Keadaan ruang makan kali ini terasa ramai karena celotehan Reyhan. Entah apa saja yang dia katakan, terkadang aku, ayah dan ibu tertawa ketika mendengar perkataannya. Tidak ada anak seaktif dia, Rafipun yang sangat aktif tetap saja masih aktif Reyhan. Apa dia seperti almarhumah mamanya ? Mungkin saja iya, mengingat sifat dan wajahnya yang sedikit berbeda dengan Pak Vero.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu rumahku dan ucapan salam seseorang. “Mungkin saja Pak Vero.” Batinku.

“Sya coba buka pintunya mungkin saja nak Vero yang datang.” Perintah ibu padaku.

“Iya bu.” Ucapku kemudian beranjak dari kursi yang kududuki saat ini.

Saat kubuka pintu ternyata keluarga Pak Vero yang datang. Namun calon suamiku tidak ada, “Kemana dia?” Tanyaku dalam hati.

“Oh ibu, kakak silahkan masuk” kataku menyuruh mereka masuk.

“Kita mau pamit Sya, kakakmu ada kerjaan yang harus segera diselesaikan jadi ibu dan kakak-kakakmu akan pulang dulu. Vero dan Reyhan tetap disini kok, awal bulan nanti ibu akan datang untuk melihat persiapan pernikahan kalian.” Ujarnya memberitahuku.

“Kenapa ibu tidak menginap disini saja untuk menemani Reyhan disini.” Ucapku.

“Ibu tidak enak meninggalkan rumah lama-lama. Oh iya, mana ibu dan ayah kamu. Ibu mau pamit sama mereka.” Katanya.

“Diruang makan bu, sedang sarapan dengan Reyhan. Ibu dan kakak-kakak tidak sarapan dulu disini.?” Tanyaku kepada mereka.

“Tidak usah Sya, nanti keburu ketinggalan pesawat kami. Mengingat jalan di Jakarta yang begitu padat itu membuat kami takut ketinggalan pesawat kalau tidak buru-buru sampai dibandara, lagian kami juga sudah sarapan dihotel tadi.” Tutur Kak Dani.

“Oh kalau begitu tunggu sebentar, Tasya panggilkan ayah dan ibu dulu.” Ucapku.

“Iya.” Jawab calon ibu mertuaku.
Setelah keluarga Pak Vero berpamitan dengan ayah dan ibu. Aku, ayah, ibu dan Reyhan mengantarkannya sampai kedepan rumah. Saat sampai didepan rumah tiba-tiba Kak Meira membisikkan sesuatu padaku. Perkataan Kak Meira membuat pipiku saat ini seperti kepiting rebus, bagaimana bisa Kak Meira tau jika aku mencari keberadaan Pak Vero.

Hingga tidak lama setelah itu , Pak Vero datang. Entah mengapa ketika melihatnya sekarang jantungku bekerja lebih cepat dari biasanya. Seperti ada energi tambahan yang membuatku selalu ingin senyum-senyum sendiri.

“Assalamu’alaikum.” Ucapnya.

“Wassalamu’alaikum.” Jawab semua orang yang ada disini termasuk juga aku.

“Kamu lama banget sih Ver, calon istrimu sudah kelihatan panik ketika melihatmu tidak datang bersama kami tadi Ver.” Kata Kak Meira. Duh saudara Pak Vero yang satu ini sungguh menyebalkan. Aku jadi malu kan.

“Jangan menggoda calon adik iparmu Meira.” Kata calon ibu mertuaku.

“Aku tidak menggodanya Bu, tapi memang benar Tasya terlihat bingung tadi.” Jawab Kak Meira.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now