6-Semua Karena Reyhan (Yusuf Alvero Abraham) / Revisi

15.2K 735 9
                                    

Happy Reading 😊


Sesampai dihotel pikiranku dibingungkan dengan ajakan anak Pak Rasyi tadi. Apa aku harus datang? Ataukah tidak saja? Sebaiknya memang tidak agar aku juga dapat menghindari hal yang tidak-tidak nanti.

Tapi kalau tidak datang aku juga merasa tidak enak dengan Pak Rasyi yang sudah sangat baik denganku. Mungkin aku harus memikirkan alasan kenapa aku tidak bisa datang nanti. Lebih baik mencegah bukan sebelum mengobati. Aku tak mau dipusingkan dengan pikiranku yang terus saja tertuju kepada anak Pak Rasyi.

Aku pun membaringkan kembali tubuhku diatas ranjang. Rasanya memang benar hari ini aku ingin bermalas-malasan dan bergelung dibawah selimut. Hingga tiba-tiba aku mendengar handphoneku berdering. Ternyata Reyhan yang menelfon.

"Assalamu'allaikum anak kesayangan Papa.” Sapaku padanya yang ada diseberang sana.

"Wa'allaikumsalam Pa, Papa kenapa tidak mengabari Reyhan? Rey sama nenek khawatir sama Papa." Ucapnya.

"Maaf sayang Papa lupa, kemarin Papa sampai di Jakarta dan ketiduran seharian sampai tidak sempat mengabarimu.” Jawabku.

"O....." Jawabnya.

"Sudah kangen dengan Papa ya sayang?" Tanyaku menggodanya.

"Siapa yang kangen Papa, aku kangennya sama Mama tau. Kapan mama pulang pa?" Tanyanya.

Selalu dan selalu pertanyaan itu yang dilontarkan oleh Reyhan. Dan karena pertanyaan itu aku juga harus pandai-pandai menjawabnya dan semakin Reyhan dewasa semakin pula Reyhan terus merengek ingin bertemu mamanya. Entah berapa kebohongan yang telah kukatakan hingga kadang aku merasa sedih ketika harus berbohong kepada anakku sendiri.

"Nanti Mama pasti pulang sayang, Mama masih pergi jauh." Jawabku.

“...dan tidak akan pernah pulang.” tambahku dalam hati.

"Selalu itu saja kata-kata Papa." Ucapnya sedikit kesal.

"Maaf sayang, begini saja Rey minta oleh-oleh apa dari Papa hmm?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan agar ia lupa dengan Mamanya.

"Aku tidak minta oleh-oleh Pa, aku hanya minta Mama pulang." Jawabnya, beginilah Reyhan keras kepala.

"Oke-oke, nanti malam hubungi Papa lagi ya, Papa nanti bertemu Mama." Ucapku pada akhirnya.

"Benarkah Pa?" Tanyanya tidak yakin.

"Iya sayang." Jawabku.

"Yeyyy, ya sudah kalau begitu Pa, bye bye." Ucapnya.

"Ya sayang. Assalamu'allaikum." Ucapku.

"Wa'allaikumsalam Pa." jawabnya.

"Gila jawabanku tadi sama saja dengan memasukkan anak Pak Rasyi kedalam masalah kehidupanku. Arrgggh, sudahlah daripada aku pusing memikirkannya lebih baik aku tidur saja" Batinku.

Sungguh aku semakin gila, bagaimana jika nanti Reyhan benar-benar menelfonku? Apa aku harus berbohong lagi padanya? Sanggupkah aku melihat Reyhan kecewa? Dan bagaimana caraku berbicara pada anak Pak Rasyi?

***

Pada akhirnya aku pun memilih untuk datang kerumah Pak Rasyi dan menerima ajakan anaknya untuk ikut jalan-jalan bersamanya. Aku sudah mempertimbangkannya sedari tadi dan alasan utamaku datang karena aku takut jika nanti Rey benar-benar kembali menelfonku nanti.

Setelah 6 tahun tidak pernah jalan-jalan bersama perempuan kecuali makan bersama dengan rekan pramugari di pesawat yang kukendarai dan kini aku kembali jalan-jalan dengan seorang perempuan yang sama sekali tidak pernah kukenal sebelumnya.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now