21-Kenyataan yang Menyakitkan

13K 583 18
                                    

Hari demi hari telah berganti, Vero juga sudah kembali bekerja tetapi dia masih belum juga berbaikan dengan Tasya.

Saat ini Tasya seperti lebih memilih bungkam daripada menceritakan masalahnya kepada sahabat-sahabatnya.

Tasya juga seperti ingin menjauh dari Brian, dia menjauhi Brian bukan karena dia menyalahkan Brian tetapi dia merasa takut semuanya akan bertambah rumit jika dia masih dekat dengan Brian.

Setiap hari Tasya juga nampak murung, kata maaf sudah beribu kali dia ucapkan kepada Vero tetapi hasilnya tetap sama. Penjelasan apapun juga tidak dapat mempengaruhi Vero.

Sekarang Tasya lebih memilih untuk mengikuti alur dalam kehidupan rumah tangganya, bukan berarti dia putus asa tetapi dia lebih memilih menyerahkan semuanya kepada Tuhan, karena apapun yang terjadi Tuhan pasti memberikan yang terbaik nantinya.

***

Siang ini, setelah jam kuliahnya selesai Tasya berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di taman kampus. Seperti akhir-akhir ini, dia masih nampak murung walaupun canda tawa sahabat-sahabatnya sedari tadi terus menggema disekitarnya.

“Sya, lo kenapa?” Tanya Pevita padanya.

“Iya Sya, lo kenapa? Untuk kedua kalinya gue lihat muka lo murung, lo ada masalah?” Sambung Vivi.

“Gue nggak ada apa-apa kok.” Jawabnya.

“Nggak mungkin lo murung kalau lo nggak ada apa-apa.” Ucap Pevita.

“Gue capek, tapi keadaan dan hati gue menyuruh untuk tetap bertahan.” Ucapnya.

“Maksud lo?” Tanya Santi bingung.

Tasya kemudian menceritakan semuanya, dia tak lagi dapat menyembunyikan semua yang terjadi  dari sahabat-sahabatnya. Dia lelah jika harus menyimpan semua masalahnya sendiri.

Mendengar masalah yang dialami Tasya membuat para sahabat Tasya geram. Mereka mengira jika Vero adalah laki-laki yang baik tapi kenyataannya dia sama saja dengan laki-laki lain yang tidak berperasaan dan dengan seenaknya menyakiti hati perempuan.

“Sya, kita selalu ada disamping lo, selalu dukung apapun yang terbaik buat lo, jadi lo yang sabar. Apapun keputusan yang lo ambil nantinya gue yakin itu adalah yang terbaik, gue juga yakin kalau lo bisa lewati ini semua dengan tetap bertahan disamping Pak Vero dan anak-anak lo.” Ucap Pevita.

“Makasih ya.” Ucapnya.

“Tidak perlu berterima kasih, melihat senyuman manis tercetak dibibir lo itu udah cukup bagi kita semua.” Ucap Vivi.

Tasya tersenyum setelah mendengar ucapan sahabat-sahabatnya, dia sangat bersyukur memiliki sahabat yang selalu berada disampingnya.

“Sya, ponsel lo dari tadi nyala terus.” Ucap Fany memberitahunya, kemudian Tasya melihat ponsel yang dia letakkan dimeja taman tadi.

“Reyhan! Gue duluan ya, Rey sama sopir ayah perjalanan kesini mau jemput gue.” Ucapnya kemudian pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya.

“Hati-hati Tasya lo lagi hamil.” Ucap Caca mengingatkan.

“Iya.” Teriak Tasya.

Tasya berjalan keluar dari kampus menuju kedepan gerbang pintu masuk. Sesampai didepan gerbang dia melihat Reyhan melambaikan tangan sambil memanggilnya, kemudian Tasya berjalan menghampiri Reyhan.

“Rey ikut menjemput mama.” Ucap Tasya sambil mengusap lembut pipi Reyhan.

“Rey ingin mengajak mama kebandara, Rey tadi menghubungi papa, katanya papa lagi istirahat dibandara.” Ucap Reyhan.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now