5-Mama (Fiya Anastasya) / Revisi

16.9K 780 20
                                    

Happy Reading💕



Tanpa kusadari ternyata hari telah berganti malam. Entah mengapa jantungku terus berdebar sejak tadi. Aku bahkan tidak keluar kamar sejak tadi, biasanya aku akan menghabiskan waktu dengan membantu Ibu atau berbenah rumah tapi kali ini aku hanya mengurung diri didalam kamar.

Aku sungguh gugup tak hanya itu aku bingung. Bagaimana aku berhadapan dengan pilot itu nanti? Tak hanya itu, apa yang akan kulakukan nanti? Mengajaknya ngobrol atau membisu saja ataukah aku mengajak ngobrol Rafi saja?

Kepalaku penuh dengan kerisauan bahkan aku tidak bisa fokus dengan cerita yang ada didalam novel yang buca sedari tadi. Karena kerisauan itu aku pun akhirnya menghentikan kegiatan membaca novelku, sungguh kenapa juga aku harus bingung dan risau memikirkan nanti malam.

Waktu magrib juga sudah berlalu, selepas magrib sampai sekarang kegiatanku hanyalah mengamati jam dinding yang terus berjalan. Detik demi detik kuhabiskan dengan melamun atau memikirkan apa saja didalam kamar. Hingga tiba-tiba teriakan Rafi membuyarkan lamunanku.

"Kak Sya, buka pintunya." Teriaknya namun kuhiraukan.

"Kak Syaaa...." Teriakannya semakin keras, aku pun kemudian membuka pintu kamarku sebelum dia marah padaku.

"Ada apa?" Tanyaku lembut kemudian aku berjongkok untuk menyetarakan dengan tinggi badannya.

"Nanti jadikan Kak, aku juga sudah belajar tadi." Tanyanya.

"Sudah izin dengan Mamamu?" Tanyaku balik.

"Sudah Kak, jadi ya nanti" Katanya memohon kepadaku dan kujawabi dengan anggukan. Kemudian dia bersorak dan memelukku. Tak lama adzan isya'pun menggema.

"Tuh sudah adzan. Rafi mau sholat sama Kakak apa dirumah?" Tanyaku padanya.

"Dirumah saja Kak biar nanti langsung siap-siap." Jawabnya.

"Oh ya sudah kalau begitu." Ucapku.

"Oke Kak, tunggu aku ya." Katanya kemudian mengecup pipiku lalu ia meninggalkanku.

Bahkan kenapa juga sudah terdengar adzan isya' sih, kan jadi semakin dekat waktunya untuk bertemu pilot itu. Lebih baik aku sholat dulu dan berdoa agar dia tidak datang. Aku pun bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan sholat.

Doaku malam ini hanya dua, yang pertama adalah berdoa agar pilot itu tidak datang dan yang kedua jika pilot itu datang maka aku ingin waktu cepat berlalu dan cepat larut malam agar nanti aku hanya sebentar dengan dia. Sungguh aku bingung harus bagaimana jika bersamanya nanti walaupun ada Rafi pun aku tetap resah.

Selesai sholat aku kemudian berganti baju dan memakai sedikit polesan bedak serta lipstik yang warnanya senada dengan bibirku karena jujur aku tidak suka dengan warna yang terlalu mencolok. Aku juga tidak suka berlebihan memakai make up karena hal itu akan membuatku semakin tua.

Malam ini aku memakai jaket merah hati dan celana jeans hitam karena aku bukanlah wanita yang akan keluar menggunakan dress seperti Fany, Caca atau Vivi. Aku bukan wanita seanggun itu, meskipun begitu aku lebih ada sifat perempuannya dibanding dengan Pevita.

Meskipun aku dan teman-temanku memiliki sifat yang berbeda-beda tapi kita sangatlah saling menyayangi. Bagi kami, setiap manusia pasti akan memiliki sifat yang berbeda-beda. Namun didalam pertemanan kita harus saling ada disaat senang maupun sedih.

Aku juga menyisir rambutku agar terlihat sedikit rapi dan baru saja aku menyisir rambutku suara teriakan Rafi sudah menggelegar dibalik pintuku. Anak itu memang tidak bisa jika sehari saja dia tidak berteriak. Padahal, jika aku dipanggil dengan suara normal aku juga akan membukakan pintu untuknya. Ya, walaupun dengan durasi yang lumayan lama baru kubuka.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now