23-Kembalilah

13.7K 538 5
                                    

Hari ini aku menjemput Reyhan pulang dari sekolahnya. Dua bulan terakhir ini aku meminta cuti agar bisa menemani Tasya dan juga Reyhan. Tetapi dua atau tiga hari aku masih pergi bekerja.

"Pa, setelah ini kita bertemu mama kan?" Tanya Reyhan.

"Tentu sayang, mama pasti akan senang jika Rey datang." Jawabku kemudian aku melajukan mobilku.

Diperjalanan, sesekali aku melirik Reyhan. Dua bulan terakhir ini wajahnya selalu nampak murung dan sering melamun seperti saat ini, walaupun orang-orang disekitarnya selalu membuatnya tertawa.

"Rey, bagaimana sekolahnya tadi?" Tanyaku memecahkan lamunannya.

"Biasa saja Pa. Seperti hari-hari biasanya belajar dan bermain dengan teman-teman dan juga Rafi." Jawabnya.

"Oh.. Rey tidak ingin mampir untuk membeli es krim atau yang lain?"

"Tidak Pa, Rey ingin cepat-cepat bertemu mama saja."

"Baiklah, papa akan melajukan mobilnya lebih cepat."

***

Kini aku melihat wanitaku masih tertidur dengan damai di atas ranjang inapnya. Dua bulan berlalu tapi dia belum juga bangun dari komanya.Wajahnya selalu terlihat manis, senyumnya masih terlihat jelas terukir dibibirnya walaupun dia tertidur.

Aku mendekat kearah Reyhan yang sedari tadi mengajak Tasya berbicara. Setiap hari Reyhan selalu menceritakan hari-harinya pada Tasya, bahkan dia juga tidak pernah berhenti bertanya kepada Tasya "Kapan mama akan bangun?" meski Tasya tetap tertidur dengan tenang.

"Rey makan dulu ya. Papa sudah menyiapkan makan siang untuk Rey." Ucapku padanya, mendengar suaraku membuatnya menoleh ke arahku.

"Iya Pa." Ucapnya padaku lalu dia kembali beralih ke arah mamanya.

"Ma, Rey makan dulu ya, Rey janji akan disamping mama lagi setelah makan." Ucapnya kemudian berjalan ke arah meja tunggu yang ada di ruang inap ini.

Aku duduk di kursi yang ada disamping ranjang Tasya setelah kepergian Rey. "Assalamu'allaikum cantik." Sapaku.

"Sayang, kapan kamu bangun dari komamu? Apa kau ingin seperti putri tidur yang bangun setelah dicium pangerannya? Oke, aku akan menciummu agar kau bangun. Tapi sepertinya itu tidak memengaruhimu buktinya aku selalu menciummu tapi kau masih tetap tidur." Ucapku padanya.

"Emm.. apa karna kamu marah padaku? Aku minta maaf, aku telah salah dan menyakitimu. Tolong maafkan aku." Ucapku lagi padanya.

"Oke, setidaknya jika kamu tidak mau memaafkanku tapi bangunlah demi Reyhan." Pintaku padanya.

Kurasakan tangannya bergerak, aku kemudian beralih melihat wajahnya. Setetes air mata keluar dari mata indahnya. Hal itu membuatku dengan segera memencet tombol darurat agar dokter segera datang ke ruang inap Tasya.

Aku tak mengerti bagaimana perasaanku saat ini. Aku merasa bahagia tapi juga terselip rasa khawatir mengingat Tasya sudah cukup lama koma.

Kuyakinkan perasaanku, sambil menggenggam erat tangannya. Aku juga tidak berhenti menciumi punggung telapak tangannya. Hingga langkah kaki dokter menghentikan kegiatanku tadi.

Aku kembali mencium punggung telapak tangannya tak hanya itu aku juga membisikan ucapan "Bangunlah, aku merindukanmu." Ketelinganya sebelum pada akhirnya aku beranjak dari sampingnya.

Melihat dokter memasuki ruang inap Tasya tidak pada jam periksa membuat Reyhan tiba-tiba menghentikan makan siangnya dia juga berlari memelukku dan aku juga mendengar dia menangis.

"Pa, mama kenapa? Mama baik-baik saja kan? Kenapa tiba-tiba dokter datang memeriksa mama?" Tanyanya setelah melepas pelukannya padaku.

"Rey kenapa menangis? Hey, mama tidak apa-apa. Bukankah mama adalah wanita yang hebat, papa yakin pasti sebentar lagi mama akan bangun. Rey berdoa saja agar mama segera bangun dan kembali bermain bersama Reyhan." Ucapku menenangkannya.

"Lihatlah Sya, Rey mengawatirkanmu dia juga sangat merindukanmu. Kumohon cepatlah bangun dan berkumpul lagi bersama kami." Batinku.

***

Bibirku kembali mengukir senyuman ketika mengingat penjelasan dokter. Rasa bahagia menyelimuti hatiku, walaupun masih terdapat sedikit kekhawatiran tapi aku merasa sangat bahagia.

Tadi setelah dokter memeriksa keadaan Tasya, beliau memberiku penjelasan yang cukup melegakan. Pasalnya keadaan Tasya kini mulai membaik.

Ternyata dibalik pergerakan jari-jari Tasya dan juga air mata yang menetes dari mata indahnya itu menandakan bahwa Tasya sudah mulai merespon ucapan yang ada disekitarnya. Dia juga sudah melewati masa komanya, kita hanya perlu bersabar untuk menunggunya sadar.

Tadi dokter juga menyarankan agar aku dan juga orang-orang terdekat Tasya selalu memberinya ucapan semangat supaya dia dapat segera sadar.

***


Siang telah berganti malam, sedari tadi rasanya aku tidak ingin jauh-jauh dari Tasya. Bahkan untuk beranjak dari tempat duduk yang ada disampingnya saja enggan.

Aku berharap jika nanti ketika dia sadar, aku adalah orang yang pertama kali dilihatnya. Namun aku takut ketika dia sadar aku sedang bekerja karena aku tidak mungkin meninggalkan pekerjaanku lama-lama.

Malam ini aku sendirian menunggui Tasya di rumah sakit karena tadi aku menyuruh ayah dan ibu untuk pulang bersama Reyhan. Biasanya tiap malam sahabat-sahabat Tasya datang menjenguk, tapi tumben malam ini tidak ada yang datang. Kurasa mungkin mereka sibuk.

Bersama dengan gelapnya malam aku menemani istriku tercinta yang masih setia dengan tidur panjangnya. Sesekali aku mengajaknya mengobrol walaupun hanya aku yang berbicara sedari tadi.

"Sya, apa kamu akan membenciku ketika kamu bangun nanti? Apa kamu juga akan pergi meninggalkanku? Aku mohon jangan pernah pergi dariku Sya, tetaplah disampingku. Aku berjanji akan selalu percaya denganmu, percaya semua cintamu hanya milikku. Jadi kembalilah sayang, aku merindukanmu amat sangat merindukanmu." Ucapku padanya sebelum pada akhirnya aku tertidur disampingnya.

***


Alarm handphoneku berdering nyaring pertanda waktu sholat shubuh sudah dimulai. Aku bangun dari tidurku lalu beranjak dari tempat duduk yang ada disamping ranjang Tasya.

"Aku pergi mengambil wudhu dulu ya sayang." Pamitku padanya setelah itu aku mencium keningnya lalu aku berjalan ke kamar mandi.

Aku memilih sholat di dalam kamar inap Tasya daripada di mushola yang ada di rumah sakit karena aku tidak ingin berada jauh darinya.

Dua rokaat telah aku jalankan tidak lupa berdoa dan meminta kepada Allah agar Tasya segera sadar.

"Ya Allah, hanya kepadaMu aku meminta dan hanya kepadaMu aku memohon. Untuk kesekian kalinya aku kembali memohon padaMu, aku mohon sadarkanlah Tasya dari komanya, kembalikan dia bersamaku lagi Ya Allah. Jangan lagi ambil bidadariku, sudah cukup Kau mengambil anakku dari rahim Tasya. Jangan lagi menghukumku dengan mengambil bidadariku, kembalikan dia Ya Allah. Ampuni dosaku yang telah membuatnya tersakiti, aku berjanji tidak akan menyakitinya lagi." Doaku.

Entah halusinasi atau apa, samar-samar aku mendengar Tasya memanggilku. Aku segera beralih menatapnya.

Senyum terukir diwajahku, rasanya seperti mimpi. Perempuan yang kurindukan kini telah kembali dan kuharap ini bukan halusinasi ataupun sebuah mimpi.






💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃💃

Happy Reading, maaf lama update semoga memuaskan.😽

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now