29-Aku Pergi

11K 588 49
                                    

Teriakan Kak Vero membuat kami seketika diam namun hal itu tidak berlangsung lama karena Reyhan kembali bersuara.

"Dimana mama pa? Rey ingin bertemu mama!" Ucap Reyhan kepada Kak Vero.

"Mama kandungmu sudah meninggal Rey dan papa minta jangan lagi membentak mama. Meski dia bukan mama kandung kamu tapi dia mamamu sekarang dan selamanya." Kata Kak Vero dengan tegas.

"Dia bukan mamaku, sampai kapanpun tidak ada yang bisa menggantikan mama karena Rey hanya memiliki satu mama." Tolaknya.

"Rey jangan seperti ini, kau menyakiti hati mama jika seperti ini." Ucap Kak Vero.

"Apa kebohongan papa dan tante Tasya tidak menyakiti Rey? Apa papa mau Rey menyanyangi dia seperti Rey menyanyangi mama? Sampai kapanpun Rey tidak mau." Jawab Reyhan.

"Rey benci papa dan tante Tasya." Ucapnya lagi kemudian ia pergi meninggalkan kami berdua.

Aku masih terdiam. Hatiku lebih hancur saat ini daripada saat mengetahui anak kandungku harus diangkat dulu.

Rasanya sungguh sesak ketika mendengar ucapan Reyhan, anak kecil yang sudah kusayangi layaknya anak kandungku sendiri mengatakan bahwa dia tidak mau menerimaku, dia membenciku bahkan panggilan mama yang ia berikan untukku kini berubah menjadi tante.

"Lihat Sya, sudah kukatakan jangan memberitahunya dulu. Kenapa kamu memberitahu Reyhan? Kamu pasti memiliki alasan atau jawaban lain untuk meyakinkan Reyhan, bukan dengan memberitahu kebenarannya." Ucap Kak Vero membuyarkan keterdiamanku.

"Reyhan juga berhak mengetahui kebenarannya Kak." Jawabku.

"Tapi tidak untuk sekarang." Tolaknya tegas.

"Lalu kapan? Menunggu Rey semakin membenciku." Ucapku.

"Argghh.. terserah kamu." Ucapnya kemudian pergi meninggalkanku.

Hatiku semakin hancur, Kak Vero juga marah padaku. Salahkah aku mengatakan yang sebenarnya? Kenapa kehidupanku setelah menikah sangat menyakitkan Tuhan? Baru saja aku merasa bahagia tapi kebahagiaan itu kini telah sirna.

Aku terdiam meratapi kehidupanku. Air mataku sedari tadi tidak berhenti mengalir, hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.

Aku mengusap air mataku kemudian berjalan menuju kearah pintu depan. Setelah membuka pintu aku mendapati seorang perempuan setengah baya.

"Pasti istrinya Tuan Vero." Ucapnya padaku.

"Ah.. iya, saya Tasya istrinya Kak Vero. Siapa ya?" Ucapku.

"Saya Bi Ina Nyonya, saudaranya Pak Iyan." Jawabnya.

"Oh, silahkan masuk Bi." Ucapku seraya mempersilahkan masuk Bi Ina.

"Terimakasih Nyonya, saya juga bekerja disini untuk bersih-bersih dan memasak tapi semenjak Tuan Vero tidak tinggal disini saya hanya bertugas merawat rumah ini dengan Pak Iyan." Jelasnya.

"Panggil Tasya saja Bi, jangan Nyonya. Saya merasa kurang nyaman jika dipanggil Nyonya." Pintaku.

"Tapi Nyonya nanti.." Ucapnya.

"Tidak apa-apa Bi." Ucapku meyakinkannya.

"Baiklah Nak Tasya, kalau begitu saya permisi kedapur dulu."

"Saya ikut ya Bi, Bibi akan membuat sarapan kan?" Tanyaku.

" Iya Nak." Ucapnya.

"Saya bantu ya Bi." Ucapku.

"Apa tidak apa-apa Nak? Nanti Nak Tasya kelelahan jika membantu saya." Jawabnya.

"Saya sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah Bi. Dulu sebelum hamil, kami juga tidak memakai ART dirumah jakarta." Jawabku.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now