20-Amarah

12.6K 553 15
                                    

"Apa benar itu Tasya?" Ucapnya.

Hati yang awalnya penuh kerinduan kini mengeras, raut wajahnya berubah masam, tatapan matanya pun berubah tajam.

Dia tidak menyangka orang yang selama ini dia percaya untuk menjaga hatinya, orang yang sangat dia cintai kini sedang tertawa bahagia dengan laki-laki lain.

Vero melajukan mobilnya mengikuti arah mobil yang ditumpangi oleh dua orang yang sedang tertawa bahagia tadi. Dia sangat yakin dengan penglihatannya jika perempuan yang ada dimobil itu adalah Tasya.

Dan ternyata benar apa yang dia lihat. Mobil itu berhenti tepat didepan gerbang rumahnya. Bahkan perempuan yang baru saja keluar dari mobil itu memang benar Tasya.

Kemarahannya memuncak, rahangnya pun mengeras ketika melihat laki-laki itu dengan lancangnya mengacak-acak rambut Tasya layaknya seorang kekasih.

Namun dia tetap diam didalam mobil, kakinya terasa enggan untuk turun dari mobilnya walaupun didalam hatinya, dia ingin sekali menghajar wajah laki-laki yang bersama dengan Tasya itu.

Alasan dia tetap didalam mobil adalah karena ingin mengamati bagaimana interaksi Tasya dengan laki-laki itu.

Satu hal yang membuat hatinya terasa sangat sakit yaitu ketika melihat Tasya tertawa bahagia disamping laki-laki itu bahkan tawa itu tak pernah dia lihat ketika Tasya bersamanya.

Beberapa detik kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Tasya. Setelah itu Vero melajukan kembali mobilnya menuju ke depan gerbang rumahnya.

Tasya yang tadi sedang berjalan ingin memasuki rumah, langkahnya terhenti ketika mendengar suara mobil terhenti tepat didepan rumahnya.

Dia tersenyum ketika mengetahui mobil itu adalah mobil Vero, namun senyum itu tak bertahan lama. Wajahnya berubah terkejut ketika mendapati Vero keluar dari mobil dengan tatapan yang sangat tajam bahkan sangat terlihat jelas raut kemarahan diwajah tampannya.

"Kak Vero sudah pulang?" Tanyanya kepada Vero tetapi Vero pergi begitu saja dan menghiraukan pertanyaannya.

"Kak, Tasya salah apa sama kakak? Kenapa dari kemarin kakak diamin Tasya?" Tanyanya lagi ketika dia dan Vero sudah berada didalam rumah.

Vero berhenti melangkahkan kakinya, dia membalikkan badannya hingga kini berhadapan dengan Tasya. Tatapan tajamnya yang sedari tadi menahan amarah kini bertemu dengan tatapan mata Tasya.

"Siapa laki-laki tadi?" Ucapnya dengan rahang yang dari tadi mengeras.

Tasya terdiam, dia berfikir siapa laki-laki yang dimaksud oleh Vero. Dia baru ingat jika tadi dia pulang diantar oleh Brian. "Apa Kak Vero melihat aku pulang bersama Brian?" batinnya. Kemudian dia menjawab dengan pelan "Dia Brian kak, temanku."

"Oh laki-laki itu." Ucap Vero kemudian pergi meninggalkannya. Tasya kemudian mengejar Vero, setelah itu dia menarik tangan Vero untuk menghentikan langkah Vero.

"Kak.. Dia hanya temanku, tadi dia hanya mengantarku pulang karena aku tidak membawa mobil." Ucapnya.

"Bukankah aku sudah memberimu mobil dirumah. Oh aku tau, mungkin kamu lebih suka diantar jemput laki-laki itu." Ucapnya kemudian melepaskan cengkraman tangan Tasya.

"Ayah melarangku untuk membawa mobil dulu kak. Ayah juga yang mengantarku kekampus tadi. Kalau pulangnya memang benar aku bersama Brian, dia memaksaku tadi karena dia tidak ingin aku kenapa-napa." Penjelasan Tasya.

"Oh, jadi dia mengkhawatirkanmu." Ucap Vero sinis.

"Kak, jangan marah. Oke, aku minta maaf jika hal itu membuat kakak marah, dia khawatir juga karena aku hamil kak."

"Hamil? Kenapa kau tidak memberitahuku atau jangan-jangan itu bukan anakku tetapi anak laki-laki itu."

Perkataan itu seakan menyayat hati Tasya hingga membuatnya meneteskan air mata. Dia mengira jika Vero tau dia hamil, Vero tidak lagi marah tetapi perkiraannya salah. Perkataan Vero benar-benar diluar dugaannya. Dia tidak menyangka jika Vero akan berkata seperti itu.

"Maksud kakak? Kakak mengira aku berselingkuh?"

"Mungkin saja. Siapa tau aku sedang sibuk bekerja, kamu dirumah sedang asyik berselingkuh dengan laki-laki itu."

"Aku tidak mungkin berselingkuh kak, bagaimana bisa aku berselingkuh jika hatiku saja hanya milik kakak."

"Ah sudahlah, aku capek. Pulang kerja sudah disuguhi adegan mesra istriku sendiri bersama laki-laki lain." Ucapnya kemudian berjalan meninggalkan Tasya.

Tasya menangis sambil melihat langkah kaki suaminya yang kini berjalan pergi meninggalkannya. Dia tidak menyangka jika suaminya akan semarah itu padanya. Bahkan Vero meragukan anak dalam kandungan Tasya, yang sudah jelas itu adalah anak kandungnya, darah dagingnya.

***


Hari itu begitu menyakitkan bagi Tasya bahkan semenjak hari itu Vero mendiamkannya, ungkapan maaf yang keluar dari bibirnya saja tak pernah diperdulikan oleh Vero.

Tetapi, meskipun Vero mendiamkannya dan mengacuhkannya, Tasya tetap menjalankan tugasnya menjadi seorang istri dan juga ibu untuk Reyhan. Dia masih tetap menyiapkan baju ganti untuk Vero walaupun Vero tidak pernah memakainya. Dia juga masih menyiapkan makanan untuk Vero walaupun Vero selalu makan diluar rumah.

Tasya tidak pernah menyerah dan putus asa dengan sifat Vero karena dia percaya, sebesar apapun amarah Vero dia yakin semua pasti akan baik-baik saja karena besar cinta yang Vero miliki untuknya pasti akan mengalahkan amarah didirinya.

"Apapun yang terjadi saat ini, aku akan tetap berada disampingmu, menyanyangimu dan mencintaimu sepenuh hati. Bahkan jika suatu saat kau memilih pergi dariku aku akan tetap mencintaimu karena hatiku sepenuhnya telah menjadi milikmu." Itulah janji Tasya untuk Vero, janji yang selalu dia ucapkan disetiap gelapnya malam.

***


Selama Vero berada dirumah, setiap hari dia habiskan dengan menyibukkan diri dengan bermain bersama Reyhan selain itu dia juga lebih sering keluar rumah.

Tak hanya itu, setiap malampun Vero selalu tidur di kamar tamu. Dia seakan-akan enggan untuk bertatap muka atau berbicara dengan Tasya, meskipun Tasya sering mengucapkan maaf padanya, dia tetap saja mendiamkan Tasya.

Meskipun mereka tidak saling bicara tetapi mereka tetap bersikap baik-baik saja didepan Reyhan. Namun Reyhan mulai bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Melihat kedua orang tuanya yang tiba-tiba berubah dan saling diam membuat Reyhan khawatir apalagi ketika setiap malam dia melihat mamanya menangis.

Saat ditanya oleh Reyhan, Vero dan Tasya sama-sama menjawab "Tidak kenapa-napa". Tetapi Reyhan yakin jika mama dan papanya ada masalah dan dia percaya jika mereka berdua bisa memecahkan masalah mereka dengan baik-baik.

Reyhan juga selalu berdoa kepada Tuhan agar mama dan papanya selalu baik-baik saja, dia juga meminta kepada Tuhan agar mereka kembali seperti dulu, selalu tertawa bahagia bersamanya.


💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣

Happy Reading.😊
Tinggalkan vomment kalian, happy satnight☺

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now