38- Anniversary

10.5K 463 21
                                    

Tiga bulan telah berlalu. Semenjak kejadian hari itu kehidupan kita kembali seperti semula, baik-baik saja bahkan nampak lebih bahagia.

Canda, tawa, rindu, kesal dan entah apalagi, kembali mewarnai hari-hariku bersama keluarga kecilku. Tak lagi ada kesedihan kecuali kesedihan karena rindu yang memucak di dada seperti saat ini.

Jika mengingat rindu, aku rindu Mr Airplaneku saat ini. Sudah satu bulan lebih ia tak pulang karena padatnya jadwal penerbangan.

Bahkan memberi kabarpun kadang hanya dua hari sekali, itupun hanya lewat pesan singkat. Tak ada video call sebagai pelepas rindu, telefonpun juga tak pernah ada. Ia benar-benar sibuk akhir-akhir ini.

Sedih lagi, mengingat bahwa dua hari lagi adalah hari Anniversary pernikahan kita yang sepertinya tidak ada dinner romantis pada hari itu karena dia kemarin memberitahuku jika ada jadwal penerbangan pada hari itu dan tidak memungkinkan untuk dia pulang walaupun sejenak.

Mungkin Anniversary tahun ini adalah awal derita menjadi istri seorang pilot. Astagfirullah, harusnya aku tak boleh sesedih ini. Harusnya aku berdoa untuk keselamatannya. Tapi, tetap saja rasanya berbeda apalagi tahun-tahun sebelumnya dia selalu mengajakku dinner romantis dan menghabiskan waktu berdua.

Apa mungkin Kak Vero sudah menyiapkan kejutan untuk hari esok saat Anniversary ketiga pernikahan kita. Tapi, rasanya tidak mungkin karena kemarin lusa saat Reyhan meminta Kak Vero datang keperlombaan karatenya, Kak Veropun tidak datang padahal sebelum-sebelumnya dia selalu menyempatkan pulang walau terlambat, kurasa jadwal penerbangannya benar-benar padat.

Padahal di hari Anniversary ketiga ini aku ingin memberinya kado spesial karena pada tahun sebelum-sebelumnya Kak Verolah yang selalu memberiku kado tapi aku tidak pernah memberinya kado.

Mungkin kadonya harus kusimpan dulu hingga nanti saat dia pulang. Tapi, apa iya Kak Vero tidak pulang bahkan hari Anniversary pernikahan kita bertepatan denga hari ulang tahun Reyhan.

“Mama.. Mama..” Teriak Reyhan membuyarkan lamunanku.

“Ya?” Jawabku.

Aku sedang berada di dapur untuk membuat puding coklat kesukaan Reyhan, sedangkan Reyhan sedang bermain game sambil menonton TV di ruang keluarga yang berada di lantai atas .

“Ada telefon dari tante Pevita.” Ucapnya memberitahuku seraya berlari menuruni tangga sambil membawa handphoneku yang berdering.

“Angkat dulu sayang, mama mau nyimpan pudingnya kekulkas dulu.” Ucapku padanya.

“Rey loudspeaker ya Ma.” Ucapnya kemudian mengangkat sambungan telefon Pevita

“Hallo, Assalamu’allaikum Sya.” Ucap Pevita di seberang sana.

Wa’allaikumsalam tante.” Jawab Reyhan bersamaan denganku tapi mungkin Pevita hanya mendengar suara Reyhan karena anakku itu sangat lantang menjawab salam Pevita.

“Loh Rey, Mama mana?” Tanya Pevita.

“Mama lagi masukin puding kekulkas, sebentar lagi selesai kok Te.” Jawab Reyhan.

“Wah lagi buat puding ya. Tante jadi pengen.” Ucap Pevita

“Main kesini Te mumpung masih sore.” Tawar Reyhan

“Tante mikir dulu ya Rey. Belum minta izin ommu juga.” Ucap Pevita.

“Oke Te.” Jawab Reyhan. Aku yang sedari tadi menyimak obrolan mereka, kini ikut nimbrung dengan mereka.

Assalamu’allaikum tante Pevita.” Ucapku.

Wa’allaikumsalam Tasya.” Jawabnya.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang