28. Happy Ending

19.6K 422 12
                                    

5 Tahun Kemudian

Aku tengah mengejar Arkan, sedari tadi dia terus menghindar membuatku merasa begitu kesal, kali ini tidak akan aku lepaskan Arkan harus menurut apa yang akan aku lakukan.

"Mamah Arkan bisa sendiri."
Teriak Arkan dengan begitu kesal, aku segera menggeleng.

"Tidak sayang, kalau kamu dandan sendiri nanti gak rapih." Aku terus merapihkan penampilan anakku dari mulai dia pakai baju, di sisir bahkan sekarang aku tengah memakaikannya bedak dan lipstik setipis mungkin membuat Arkan akhirnya hanya menurut pasrah di depanku.

"Selesai." Aku menepuk kedua tanganku dan membuat sisa bedak yang ada di tanganku sedikit berterbangan membuat Arkan menutup hidungnya.

"Mah Arkan ini kan laki-laki, masa harus pakai bedak sama lipstik segala."

"Lho gapapa dong, biar makin cakep."

"Tapi Arkan gak mau, temen Arkan ngatain banci."

"Siapa? Siapa yang ngatain kamu banci? Biar mamah marahi nanti."

"Ah sudahlah, ku pikir melawan mamah tak ada gunanya."

"Ada apa pagi-pagi sudah ribut."
Arsen tiba-tiba datang.

"Ayah." Arkan langsung memeluk Ayahnya.

"Mamah memperlakukan aku kaya cewe lagi." Aku menampilkan deretan gigiku membuat Arsen menggelengkan kepalanya.

"Sudah aku bilang, jangan memeperlakukanya seperti itu Kira."

"Lho kenapa? Dia anakku bebas dong lagian cuma di bedak kok kan gak di pakein rok."

"Ya tapi Arkan ini anak laki Kira." Arsen berkata dengan suara tak suka.

"Iya aku tau, emang masalah gitu di pakein bedak sama lipstik, aktor korea juga pada pake tuh lihat mereka cakep-cakep. Lagian ya aku kan udah pernah bilang kalau anakku laki-laki aku akan tetap memperlakukanya seperti perempuan." Ucapku tidak mau kalah.

"Ok kamu menang, terserah apa katamu, pagi ini aku tidak mau berdebat denganmu," Arsen malas berdebat ia menggendong Arkan mengacuhkanku "Ayo nak kita sarapan saja, kita tidak bisa menghadapi nenek lampir ini." Arsen membawa Arkan menuju meja makan, sementara aku kini  mendengus kesal karena di katakan nenek lampir lalu di tinggalkan begitu saja oleh keduannya sunguh mereka menyebalkan sangat menyebalkan, namun aku tidak mungkin hanya disini dengan langkah cepat aku menyusul suami dan Anak ku.

Arsen dan Arkan menyantap nasi goreng buatanku sementara aku hanya menatap keduannya.

"Kenapa? Gak enak ya?"
Mereka berdua mengangguk membuatku membuang nafas kecewa melihat nasinya yang lagi-lagi gak enak entah kurang apa sekarang, jika hari-hari sebelumnya kurang asin dan mungkin sekarang terlalu asin. Istri dan Ibu yang cukup buruk.

"Yasudah, kalian sarapan sama roti saja, nasi gorengnya gak usah dimakan." Ucapku jujur aku sedikit kecewa.

"Tapi kami suka." Arkan dan Arsen tersenyum jahil lalu kembali menarik piringnya dan dengan semangat mereka menyantap makananku.

"Jangan di paksakan nak." Aku menegur putraku yang raut wajahnya seperti tak suka menyantap makanannya.

"Arkan tidak terpaksa Bu."
Aku hanya menatap kedua pangeranku yang kini sedang menyantap sarapannya, aku tahu betul suami dan anakku mereka selalu berbohong untuk menggembirakan hatiku, padahal aku yakin nasi goreng itu sebenarnya tidak enak, namun tampaknya mereka sengaja berbohong lagi untuk membuat aku merasa senang.

"Kira bisa kamu ambilkan tasku." Aku mengangguk lalu dengan senang hati mengambil tas milik suamiku di dalam kamar, sesampainya disana aku malah diam merutuki diri sendiri aku merasa gagal menjadi istri sekaligus Ibu dari Arkan, aku merutuki kebodohanku karena sampai saat ini aku belum juga bisa memasak, kenapa bisa Arsen selalu sabar menghadapiku sementara aku ini terlalu bodoh dan aku rasa tidak pantas bersanding dengan suamikku yang begitu sempurna, akhhh aku kecewa sangat kecewa pada diriku sendiri.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Where stories live. Discover now