7. Dia Romantis

21.1K 638 47
                                    


Sejak malam itu hubunganku dan Arsen tidak lagi sama, aku lebih sering mengabaikanya bahkan setelah bangun aku hanya diam walau dia sempat bertanya apa alasanku menangis. Tapi aku tetap bungkam dan aku hanya menanggapinya dengan jutek, entahlah aku malas menatap wajahnya.

Aku membencinya karena dia tidak mengatakan hubunganya dengan Sany kepadaku? Istri mana yang mau di duakan aku harap sih Arsen jujur padaku dengan itu kan aku bisa bebas gak kaya sekarang istri bukan pacar bukan nah kan statusku di gantung-gantung kalau Arsen menganggapku istrinya harusnya dia menyayangiku menghargaiku ini mah malah menyakitiku. Kalau saja dia jujur tentang Sany aku juga akan berusaha menerima dengan lapang dada yaa walau sakit sih

Dan sekarang kami sedang duduk berhadapan yang terhalang oleh meja makan, Arsen dan aku tidak memulai pembicaraan, kami pokus menyantap sarapan dan sesungguhnya ini sangat canggung bagiku.

Prang...

Aku menghentikan aksi makanku saat dengan tiba-tiba Arsen meletakan sendoknya dengan kasar di atas meja. Dia menatapku dengan raut wajah tak bersahabat aku melihat kekesalan yang terlukis di wajahnya, aku tidak menanggapinya dengan segera aku melanjutkan aksi makanku.

"Kira, bisakah kau tidak mengabaikanku sekarang." Aku terdiam, Arsen memulai percakapan akhh ternyata dia orangnya paling gak bisa tahan kalau di cuekin.

Entah aku malah diam tidak menjawab, dan aku malah menyantap makanan dengan cepat, aku sudah membuat Arsen malah memegang tanganku dan melepaskan sendok yang sedang aku pegang. Aku menggerang padanya, aku kesal karena dia menggangguku yang sedang sarapan.

"Kalau aku punya salah, katakan apa kesalahanku? Jangan malah mendiamiku." Ucapnya geram, aku menepis tanganya segera berdiri posisiku kini sedang membelakanginya. Aku masih bulat dengan tekadku akan mendiaminya sampai dia menyadari apa kesalahanya.

"Jawab aku Kira, jangan membuatku prustasi."

Aku membuang nafas dengan kasar, dan aku tidak akan menjawabnya aku memilih berlalu dari sana, namun tanpa aku sangka Arsen malah menarik tanganku membuatku berbalik padanya.
Aku menatapnya sekarang.

"Tidak biasanya kamu seperti ini Kira."

"Ihh apa sih lepasin gak."

"Aku tidak akan melepaskanya sampai kamu mengatakannya padaku."

"Mengatakan apa hah?"

"Alasan kau mendiamiku." Arsen mendekatkan wajahnya ke arahku, sejenak aku terdiam saat dia mendekat aku langsung menahan nafas dia masih memegang tanganku bahkan kali ini lebih ketat, dan sejujurnya aku sudah merasa tak kuat di depanya.

"A-a-aku ha-hanya akhh aku hanya sedang malas Arsen."

"Bohong, Kamu menyembunyikan sesuatu dariku."

Ya ampun kenapa Arsen tau yaa?

"Udah lepasin tanganku sekarang." Aku menggerakan tanganku minta di lepaskan dan Arsen tidak juga melepasnya.

"Tidak!" Dia malah semakin menarik tubuhku, dia menatapku dengan bola matanya yang berbinar, aku balik menatapnya kenapa aku malah terpana melihat tatapan itu yaa? padahal tatapan itu tidak ada arti apa-apa.
Aku mendorong paksa tubuh Arsen membuat Arsen diam.

"Kemarin malam, kamu langsung pulang kan, kamu tidak mengikuti aku dengan Sany kan?"

"Aku langsung pulang ko, ngapain juga ngikutin kamu, gak ada kerjaan." Ucapku berdusta.
Arsen menatapku dalam dan aku sangat terganggu dengan tatapanya.

"Apa hah?" Tanyaku dengan galak.

"Lalu kenapa kamu menangis malam itu?"

Aku bungkam, Arsen kenapa tahu aku menangis yaa?
Apa jangan-jangan dia melihatku waktu aku menangis.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Where stories live. Discover now