25. Kecelakaan

15.8K 402 19
                                    

Aku mengerjapkan mataku di lihatnya suamiku yang kini sedang menatapku, aku mengerutkan keningku dengan bingung. Karena sedari tadi Arsen terus memborongku dengan senyumanya, dan tentu ini hal yang langka.

"Selamat pagi Tuan putri." Arsen menyunggingkan senyumanya, membuatku pada akhirnya tersenyum karena Arsen menyebutku tuan putri, Arsen mengecup bibirku sekilas, dengan segera aku memeluknya.

"Kenapa malah tidur lagi? Ini sudah pagi sayang."

"Heum satu jam lagi." Racauku.

"Ah lama."

"Ya sudah 30 menit."

"Lebih baik kamu mandi sekarang."

"Lagi gak minat."

"Ayolah sayang, kamu ingin anak perempuan kan? Biar anaknya bersih dan cantik kamu juga harus selalu bersih." Aku melepas pelukanku, di tatapnya suamiku ternyata ucapanya ada benarnya juga, Arsen sudah beranjak turun dari ranjang, membuatku tak rela di tinggalnya dengan segera aku merentangkan kedua tanganku seraya berkata.

"Gendong."

"Astaga, kamar mandi kan dekat Kira."

"Aku lagi males jalan, mau di gendong saja." Aku terus berkata manja di depanya membuat Arsen membuang nafas pada akhirnya, tanpa kata dia segera mengangkat tubuhku dengan ringanya, aku langsung mengalungkan tanganku.

"Nah kalo gini kan enak."

"Enak di kamu gak enak di aku, berat."

"Kamu ngatain aku gendut." Aku mengerucutkan bibirku.

"Memang kenyataanya." Wajahku merah padam.

"Ini bukan gendut namanya, aku berat ya karena aku sedang mengandung anakmu Arsen."

"Tetap saja kamu itu memang gendut, jelek." Ucapan Arsen malah membuatku tidak suka dengan segera aku memukul dadanya dengan kedua tanganku, membuat Arsen sedikit meringis.

"Turun kan aku, akkh sialan suami brengsek." Maki ku sudah tidak tahan lagi dengan segera Arsen menurunkanku, tidak berhenti aku terus memukul dadanya dan kali ini kedua tanganku di ikat oleh tanganya.

"Hei aku bahkan bercanda, kenapa kamu malah marah Kira."

"Bagaimana tidak marah, kamu mengatakan aku gendut dan jelek lalu siapa yang buat aku seperti ini, bukankah kamu, kenapa kamu malah seperti itu? aku..."

"Aku minta maaf, tadi itu bercanda Kira, di mataku kamu itu selalu sempurna tidak ada titik jeleknya." Arsen sudah memelukku, aku akhirnya hanya diam, apalah dayaku jika sudah di peluk seperti ini, yang ada malah luluh jadinya.

"Kamu tau kan aku ini sedang hamil, wanita hamil memang sensi jadi kamu harus bisa memahaminya."

"Iya sayang aku tau, yang tadi itu sengaja sesungguhnya aku senang sekali jika melihatmu kesal padaku." Aku mendengus dasar aneh masa dia lebih suka melihatku kesal.

"Ya sudah cepat gendong lagi."
Pintaku pada Arsen.

"Tadi minta di turunin, kenapa sekarang mau di gendong lagi?"

"Yang tadi itu karena aku memang lagi marah."

"Terus sekarang?"

"Enggak."

"Baiklah aku akan menggendongmu." Dengan segera Arsen kembali mnggendongku membuatku tersenyum bahagia, begitulah kami setiap harinya selalu di bumbui dengan perdebatan karena masalah kecil tapi berujung romantis.

***

Aku mengerucutkan bibir dengan kesal, sudah aku bilang aku ingin ikut denganya, tapi Arsen malah memarahiku karena katanya jika aku mengikutinya ke dalam kantor yang ada nanti aku malah membuatnya tidak konsen dalam pekerjaanya.
Padahal niatku hanya ingin menemaninya kerja bukan untuk mengganggunya.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Where stories live. Discover now