14. Tahun Baru

16.4K 469 19
                                    


Kira's Pov

Sejak malam itu aku selalu menghindari Arsen, bagaimana tidak, ucapanya dua hari yang lalu membuatku benar-benar tidak tenang Arsen dengan mudahnya mengatakan bahwa kami harus melakukan hubungan intim dan ah apa kalian berfikir kami melakukanya? Tentu saja tidak malam itu aku langsung memukulnya dengan bantal bahkan aku mengusir Arsen dari kamar dan membiarkan dia tidur di luar.
Aku hanya belum siap dan jujur aku masih trauma aku takut saat malam dimana Arsen menciumku dengan brutal dan itu saja sudah membuatku takut apalagi harus melakukan lebih dari itu, entah aku benar-benar tidak siap.

Hari ini aku pergi ke tempat Liza, sepertinya aku harus menceritakannya pada Liza siapa tau dia bisa memberikan solusi yang lebih baik dari pada apa kata Arsen.

"Apa? Ya ampun Kira, kebegoanmu dari dulu gak rubah ya."

Baru saja cerita sedikit Liza sudah mengomeliku membuatku hanya mengerucutkan bibirku.

"Begitulah, makanya sekarang aku bingung nanti suatu saat perutku pasti harus besar, terus ada saat dimana aku harus melahirkan terus bagaimana dong."

"Ya itu resiko, situ yang mulai terus gua bisa apa Ra."

"Ya kasih solusi gitu."

"Kalau solusi dariku sih mending kamu hamil beneran aja deh, nah suruh Arsen nanem binih di rahim lho nah beres kan."

Aku membelalakan mataku aku pikir Liza akan memberi solusi yang baik lah ternyata Arsen dan Liza sama saja tidak ada bedanya semuanya menuju kesitu dan ahh sudah aku bilang aku tidak mau melakukanya.

Aku memukul bahunya pelan membuatnya malah tertawa ah dan sungguh aku tidak sedang ingin bercanda sekarang ini.
Aku menyambar tasku lalu berlalu dari hadapan Liza, Liza meneriaki namaku.

"Loh ko pergi Kira, ngambek nih ceritanya."

"Kamu sama Arsen itu sama aja, malah bikin aku tambah pusing gak bisa apa kasih solusi yang ringan." teriakku segera aku berlalu dari hadapanya.

Berjalan dengan hati buruk di temani cuaca dengan terik matahari yang begitu panas, membuat aku semakin kepanasan dari tadi mau mikir ini otak masih loading gak ada sedikitpun yang terlintas di pikiran ahh aku menghentakan kakiku dengan kasar, sejenak aku memutar pandanganku, entah sesaat moodku jadi sedikit baik aku langkahkan kakiku ke dalam, rasanya sudah lama tidak kemari setelah aku menikah aku memang jarang pergi keluar rumah, karena Arsen selalu mengurungku dan sekarang aku bisa merasakan nikmatnya juice.

Aku duduk dengan tenang, karena siang ini begitu panas, ahh dan entah aku malah ingin meminum juice yang begitu dingin semakin nikmat meminum juice dan sejenak merefresh otaku hingga aku sedikit melupakan pikiran yang sedang aku cari solusinya.

"Sendirian saja."

Aku menatap ke arah suara itu, aku sedikit terkejut namun sebisa mungkin aku bersikap tenang.

"Kamu udah jelasin semuanya kan sama suamimu." Dia mulai duduk di depanku.

"Iya, oh yah aku minta maaf atas suamiku yang sudah memukulmu."

"Tidak apa."
Ardhi menatapku dan aku mulai terpengaruh dengan tatapanya

"Kira boleh aku menanyakan sesuatu padamu."

Jantungku mulai dag dig dug tak karuan aku takut Apa yang akan di katakanya.

"Boleh, katakanlah."
Aku harus berusaha untuk tenang.

"Apa kamu masih mencintaiku?"

Deg, aku terpaku mulutku masih terkatup, sejujurnya aku memang belum bisa melupakanya namun, rasa sakit karena ia menolaku membuatku ragu apa cinta itu masih ada, atau telah hilang untuk selamanya.
Di tengah kediamanku Ardhi malah kembali menggenggam tanganku ini percis malam itu saat Arsen salah paham padaku.
Aku sedikit tak suka dia menggenggam tanganku.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang