21. Nyata

18K 491 24
                                    

Aku menatap perutku lalu mengelusnya dengan sayang, tidak menyangka jika aku bisa mengandung anaknya Arsen, senang rasanya.

Malam ini aku masih menunggu Arsen yang masih di jalan, katanya dia mau pulang cepat hari ini membuatku begitu merasa semakin senang.

"Sebentar ya nak, Ayahmu sebentar lagi sampai." Ujarku kepada perutku.

Cklek
Tuh udah dateng, akhirnya aku menatap Pintu yang kini terbuka menampilkan wajah tampan suamiku, ku sambut dengan pelukan erat membuatnya diam sesaat.

"Ngaret berapa menit ini? Katanya mau pulang cepet." Ujarku manja.

"Ya maaf jalanan macet Kira."

"Harusnya hubungin aku dulu dong, tega banget membuat aku nunggu."

"Iya maaf." Aku melepas pelukanku, tatapanku mulai serius lalu menatapnya.

"Kamu mau tau gak, berita apa yang akan aku kasih tahu sekarang?"

"Berita apa? tapi sekarang Aku harus mandi dulu." Ucap Arsen berlalu dari hadapanku.

"Ih Arsen tunggu dulu, dengerin beritanya dulu napa." Aku menarik tanganya yang hendak berlalu.

"Ya sudah cepatan jangan lama-lama." Aku melihat wajahnya yang terlihat kesal, bodo lah yang terpenting sekarang aku harus mengatakanya bahwa.

"Aku hamil."

"Owh."

"Hah hanya Owh." Protesku.

"Terus harus bilang apa lagi?"
Seketika aku merasa begitu kecewa aku sudah bersusah payah dan setelah mendapatkan hasil Arsen hanya berkata Owh apa itu tidak keterlaluan. Ini benar-benar mengusik hatiku ahh dadaku rasanya sakit sekali sekarang.

"Kamu ko malah nangis?"
Tanya Arsen, aku menatapnya acuh.

"Aku tidak mengerti denganmu, aku pikir kamu akan bahagia, ternyata kenyataanya tidak, kamu bahkan biasa saja mendengar kabar yang menurutku mengembirakan ini."

"Untuk apa aku bahagia Kira? Sedangkan kita akan bercerai nantinya."

"Bercerai, bagaimana bisa kamu ceraikan aku saat aku sudah mengandung anakmu?" Kataku nafasku tak beraturam Air mataku juga sudah tidak bisa di bendung lagi aku manangis ya bahkan begitu terisak di depanya, karena Arsen tidak berkata lagi dan dengan teganya dia malah mendiamiku, dengan segera aku berlalu dari hadapanya.

"Mau kmana kamu?" Ucapnya.

"Pulangkan aku pada orangtuaku."
Ujarku tanpa ingin menatapnya.
Aku sudah terlalu sakit hati Arsen seperti itu, aku benar-benar tidak kuat aku ingin menangis lebih keras sekarang dan berharap Arsen akan peduli padaku namun nyatanya.

"Kira... sayang bangunlah."
Aku mengerjapkan mata sedikit terperanjat aku melihat ke sekeliling melihat keluargaku yang sudah berkumpul sekarang, dan kenapa aku ada di kamar, apa maksudnya ini? Mereka memancarkan dengan ekspresi bingung aku menatap mereka, apa yang terjadi padaku bukanya tadi aku mau pulang lah kenapa di sini malah kumpul-kumpul.

"Apa kamu baik-baik saja?" Satu kata dari Arsen membuat lamunanku langsung buyar.

"Eh aku kenapa memangnya?" Tanyaku balik.

"Kamu pingsan Kira." Sejenak aku terdiam mencoba menerawang dan ahh ya sedikit bayangan terakhir kali aku ingat saat perutku mual dan kepala pusing tapi aku tidak ingat saat aku pingsan.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Where stories live. Discover now