26. Mendebarkan

16K 426 19
                                    


Jika hari kemarin adalah hari celaka, maka hari ini hari bahagia, musibah yang di berikan semua itu adalah takdir yang telah di gariskan oleh Tuhan, aku hanya makhluknya yang hanya bisa menerima semuanya, jika hari kemarin penuh dengan kesedihan dan luka maka hari ini penuh canda dan tawa.
Tidak ada lagi kata yang membuat hati terluka, aku Arsen dan semua keluargaku penuh dengan kebahagiaan menunggu si kecil lahir kedunia nyata.

"Jangan nakal ya sayang." Arsen mengecup perutku yang memang sudah semakin membesar, dan memang tidak terasa setelah menunggu sekian lama dan kini saatnya telah tiba.

"Kamu gak cium aku juga." Aku mengerucutkan bibirku. Membuat Arsen merasa gemas padaku.

"Kamu sudah sering aku cium Kira, bahkan setiap malam, apa masih belum puas?"

"Ciuman itu sesaat, yang meninggalkan sebuah rasa yang dinamakan kecanduan, sebanyak apapun kamu menciumku tidak pernah ada rasa piuas yang ada mau lagi dan lagi." Jawabku dengan nada menggoda.

"Wah sejak kapan istriku berkata seperti itu? ternyata ciumanku ini membuatmu candu juga ya." Arsen mencekal daguku lalu tersenyum menatapku, dan ternyata dia hanya mencekal daguku bukan untuk menciumku, Aku memutar bola mataku, Arsen malah terlihat senang meledekku, aku merapihkan dasinya dengan perlahan membuat Arsen akhirnya hanya diam.

"Selesai, lebih baik kamu berangkat kerja deh ya."

"Kamu marah."

"Kalau aku marah mana mungkin aku mau benerin dasi kamu."

"Terus tadi minta di cium, nah sekarang ko malah nyuruh aku berangkat."

"Takut berkepanjangan." Ujarku seadanya.

"Apanya?"

"Pikir saja sendiri." Ujarku pada akhirnya merasa kesal, suamiku mencubit pipiku dengan gemas membuatku sedikit meringis ya padahal tidak sakit, tapi tak apalah carper dikit gapapa dong sama suami.
Arsen mengelus rambutku dengan sayang membuat hatiku merasa begitu tenang perlahan wajahnya mendekat mencium keningku lama membuat aura negatif beredar di sekitarku ahh rasanya aku ingin segera melepasnya dan meminta lebih dari ini tapi aku sadar ini bukan waktu yang pas dan Arsen harus pergi bekerja, tak lama Arsenpun menjauhkan wajahnya dariku.

"Aku berangkat, janji sebelum petang aku sudah pulang." Kata itu menjadi kata terakhir di pagi ini, membuatku sedikit merasa sedih karena nyatanya aku di tinggal kerja lagi, ya tapi aku senang juga sih ternyata Arsen bertanggung jawab atas perkataanya saat di rumah sakit itu, dan ia memang bisa membagi waktu membuatku sedikit merasa senang.

Bukan hanya itu aku juga merasa tenang, karena sekarang kami tidak lagi di ganggu dengan Ardhi, entah dimana pria itu sekarang, jujur aku mengkhawatirkanya, karena terakhir kali kami bertemu seminggu setelah kecelakaan itu Ardhi datang bukan untuk mencelakai anakku melainkan meminta maaf dan mengakui kesalahanya, dia berjanji akan menghilang dari kehidupanku, entah benar atau tidak yang jelas saat Ardhi ingin berkata lebih jauh, Arsen menghampiri kami dan dia hampir memukul Ardhi kembali, tapi aku segera memisahkanya kala itu Arsen marah besar dan dia mengancam jika dia bahkan akan kembali menarik kata-katanya jika Ardhi berani menemuiku lagi Arsen akan menjebloskanya ke penjara, dan setelah ancaman itu Ardhi memilih pergi dan berjanji tidak akan menggangu kami lagi.
Aku tidak tau kenapa Ardhi berubah dan dia berkata pasrah seolah bukan dirinya, aku tidak tau ada angin apa saat itu yang jelas itulah pertemuan terakhirku dengan Ardhi.

Hidup penuh musuh itu tidak enak, tapi jika hidup tanpa musuh tentu tidak akan terlihat betah, karena pasti terlihat datar-datar saja, setidaknya aku bersyukur kepada orang-orang yang telah masuk kedalam kehidupanku seperti Sany karena ia hadir dan membuat aku akhirnya menyadari perasaanku pada Arsen yang sempat tak ku sadari namun karena adanya Sany aku bisa merasakan cemburu lalu mencintainya, begitu juga kehadiran Ardhi yang membuat Arsen sadar bahwa dia juga mencintaiku dan tidak ingin Ardhi kembali merebutku, sehingga membuat kami berdua sadar jika sesuatu yang berharaga bagi kita, harus kita jaga jangan sampai orang lain malah masuk hanya untuk merampasnya. Sekarang aku merasa hidupku sedikit tenang dan berharap Tuhan akan terus membawa kebahagian untuk aku dan Arsen.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang