13. Bodoh

16.7K 497 18
                                    

Kira's Pov

Aku menekuk wajah seraya memijat pelipis yang sedikit terasa pusing akhh baru saja aku membohongi Ibuku, dan reaksinya begitu tampak bahagia membuat aku benar-benar tak tega harus apa.

Sekarang bahkan aku masih setia mengikuti Ibuku, setelah dia mendengar bahwa aku sedang hamil anaknya Arsen dia begitu bahagia sangking bahagianya bahkan ia langsung mengajaku membeli susu untuk Ibu hamil, ahh ya ampun sungguh aku benar-benar tidak tega sekarang dosa gak ya bohongin Ibu mertua kata itu selalu ingin aku tanyakan ahh tapi mau bagaimana lagi toh aku gak punya keberanian buat tarik perkataanku lagian ini sudah terlanjur mau tak mau aku harus mengikuti dan menuruti apa yang Ibu inginkan.

"Nah ini nak, susu buat Ibu hamil pemula sepertimu."

Ibu memberikan satu buah Susu Ibu hamil untuku, aku menatap susu itu ahh bahkan melihatnya saja aku sudah muak jujur aku tidak terlalu menyukai susu, dan pasti aku langsung muntah kalau minum itu susu, aku menerima dengan senyum terpaksa.

"Bu, Apa harus ya Kira minum ini?"

"Haruslah nak, supaya cucu Ibu hidup sehat di dalamnya."
Ucapnya seraya mengelus perutku, membuatku sedikit geli.

"Oh begitu ya hehe maklum bu, aku baru tau soalnya maklumlah Kira kan baru rasain hamil."

"Iya Ibu mengerti ko nak, oh yah kita periksa kandunganmu yuk nak, Ibu mau tau."

aku membelalakan mataku, ini gawat binti darurat kalau Ibu membawaku ke dokter kandungan yang ada nanti aku ketahuan bohong dong ahh ya ampun bagaimana ini. Help me ah bisa mampus deh aku.

"Kira ko malah diam."

"Ahh Bu, lain kali aja deh yah periksanya."

Aku tersenyum sebisa mungkin di depan Ibuku, padahal jantungku masih berdetak ketakutan.

"Kenapa? Bukanya lebih cepat lebih baik dong sayang." Ibu malah tersenyum membuatku benar-benar semakin bingung.
Akhh bagaimana ini? Oh iya Arsen ya aku harus hubungi dia sekarang.
Siapa tau dia bisa memberikan solusi padaku.

"Aduh Bu." Aku meringis seraya memegang perutku.

"Kenapa? Perut kamu sakit nak?"
Ibu terlihat begitu khawatir saat melihat aku meringis.

"Gak sakit cuma mau pipis aja Bu, udah di ujung tandu gak tahan, Kira cari toilet dulu ya." Ujarku segera berlalu dari hadapan Ibu mertuaku.
Tidak peduli dengan Ibu yang sempat meneriaki namaku.
Aku panik sekarang, aku berada di luar di samping supermarket, kalian mungkin berfikir aku ini benar-benar kebelet pipis tapi kebenaranya itu cuma aktingku karena aku tidak tau harus bagaimana lagi, aku mengigit pelan Ibu jariku begitulah aku jika sedang panik, aku masih mencoba menghubungi Arsen namun tidak ia angkat juga, aku yakin jam segini dia pasti sedang sibuk. Makanya gak di angkat, ah terus bagaimana?

Aku terpaksa kembali menuju Ibu yang kini sudah berada di hadapan kasir tampaknya ia tengah membayar hasil belanjaan kami.
Aku segera mendekat.

"Ya ampun Ibu, biar Kira aja yang bayar." Aku melihat Ibu yang sedang memberikan beberapa helai uang kepada kasir, kebetulan kami tidak hanya belanja susu melainkan belanja macam-macam sayuran untuku. Dan itu semua Ibu yang belikan bukan aku padahal aku ini gak suka sayuran, namun kata Ibu aku harus sering makan sayuran biar bayinya sehat ahh padahal di perut ini kan gak ada bayi.

"Gapapa nak, udah mending kita pulang sekarang."

Aku bisa apa? Sedangkan Ibu sudah selesai membayar dan ia langsung menarik tanganku.

Setelah keluar dari mobil, aku hanya berjalan di belakang Ibu entah aku takut kalau Ibu malah akan membahas untuk memeriksa kandungan ke dokter, kalau terjadi bisa mati aku.
Semua terbongkar dan Ibu pasti akan kecewa padaku.

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang