18. Yang Terungkap

17.3K 503 49
                                    

Vote dan coment dapat next part, ok penuhi dulu yaa.

*Happy Reading*

***
Kira's Pov

Sedari tadi yang aku lakukan hanya diam tak jelas, ingin pulang tapi hati tak tenang, kalau diam malah jadi semakin tak tenang, Arsen juga belum keluar dan rasanya aku sudah pegal berada di dalam mobil hari ini. Apalagi cuaca yang sangat terik membuatku benar-benar kehausan, awalnya aku ingin pulang, tapi aku mengurungkan niatku dan memilih menunggu Arsen kembali, siapa tau dia akan menyesal lalu mencariku dan meminta maaf. Namun sejauh ini dia belum juga memunculkan batang hidungnya.

Aku bersandar di bangku mobil, seraya membuang nafas dengan kasar, aku bahkan rela menunggunya seperti ini, padahal bisa saja aku ke ruanganya, tapi mengingat Arsen yang seperti itu malah membuat aku semakin kecewa. Dari pada lihat dengan kepala mata sendiri dan itu menyakitkan lebih baik diam dan menunggu biarlah nanti ku tanyakan setelah ia keluar.

Aku melihat Sany yang keluar dari kantor Arsen, terlihat dengan raut wajah seperti baju kusut, dengan segera aku keluar dari mobil.

"Puas kamu, apa yang kalian bicarakan di dalam?" Tanyaku langsung nyembur ke padanya.

"Bukan urusanmu."
Sany terlihat begitu kesal dia kembali melangkah meleokan tubuhnya. Membuatku merasa jijik dan muak.

"Gak bisa move on ya, sampai segitunya bisanya rebut suami orang."

"Heh yang duluan kenal Arsen itu saya bukan kamu." Sany menghentikan langkahnya lalu meninggikan volume suaranya.

"Suruh siapa di tinggalin, makanya kalau udah ada yang baik jangan di abaikan mbak, kalau sudah kehilangan baru kerasa kan."

Plaaaak

Aku terdiam, baru saja Sany menamparku sampai terasa begitu panas, aku menatap Sany dan wanita itu terlihat begitu rapuh, air matanya terjatuh seketika.
Entah membuatku malah penasaran kenapa dengannya.
Yang harusnya nangis bukanya aku ya, kan aku yang di tampar ko malah Sany yang nangis.

"Aku tidak tau jika akan seperti ini, andai saja waktu bisa aku putar kala itu aku tak akan meninggalkanya, sayangnya semua sudah terjadi dan aku harus rela orang yang ku cinta bersama orang lain."

Aku masih terdiam, Sany berubah menjadi menyedihkan membuatku malah merasa Iba.

"Seharusnya aku tidak seperti ini, aku yang meninggalkanya dan tidak seharusnya aku mengejarnya lagi, bagi Arsen kamu segalanya kamu yang di cintainya bukan aku, jadi aku hanya harus merelakanya sekarang."

Sany semakin terisak, entah jika melihatnya seperti itu malah membuatku merasa semakin kasihan aku hendak menyentuhnya dengan segera Sany menepis tanganku.

"Aku tidak percaya dari sekian banyaknya wanita cantik di dunia ini, kenapa kamu yang harus di pilihnya? Aku rasa kamu memang wanita beruntung, lebih beruntung dari pada aku. Dan kamu memang pantas dia tepat mendapatkan yang lebih baik dari pada aku."

Sany melangkah pergi dari hadapanku, dia berjalan menuju mobilnya belum sempat aku memanggilnya Sany sudah berlalu dengan mobilnya.
Sejenak aku terdiam, banyak perkataan yang masih tidak aku mengerti darinya, perkataan Sany seolah pertanda bahwa ia sudah menerima semuanya dan menyadari jika Arsen tak lagi untuknya.

"Kamu baik-baik saja?"
Aku sempat terkejut saat sebuah tangan menyentuh bahuku.

"Ya."

"Kamu di tampar?"

"Iya."

"Makanya jangan suka ikut campur, udah tau Sany lagi marah besar malah di siram air garam pantaslah dia nampar kamu."

Marriage With Mr.Arsenio (Completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt