▶️Mampir

390 54 8
                                    

April 2016

"Kamu nanti mampir dulu aja ke rumah Bapak,"

"Iya,"

Satu hari menjelang Study Tour bukan berarti hari itu kalian dapat bersantai. Hingga detik ini, Haknyeon masih ada di sekolah. Masih berkutat dengan tugas remedial PPKn yang tak kunjung selesai. Bagaimana tidak, ia sering melakukan kesalahan tulis karena mengerjakan di ruang yang sama dengan Jihoon dan Woojin—dua orang yang mengerjakan remedial sambil menyanyikan lagu Pick Me. Untung saja ia membawa hampir sepak kertas HVS A4.

Ia pun harus menerima kenyataan bahwa mengerjakan remedial sambil mengobrol dengan Bapak Jaehwan menyebabkan tumpahnya es teh ke salah satu kertasnya.

Lelaki itu menghela napas. Besok Study Tour dan ia belum mengepak barang bawaan. Ia juga belum selesai mengerjakan remedial yang deadline-nya hari Jumat—padahal mereka sedang di perjalanan. Belum lagi Bapak Jaehwan yang mengajaknya untuk mampir ke rumah yang penuh dengan pernak-pernik lele itu. Kalau begini ceritanya, kapan Haknyeon packing?

Demi kelancaran hidup, Haknyeon memutuskan untuk melanjutkan pengerjaan remedial di luar kelas. Setengah jam berlalu, ia kembali ke kelas dan mengajak dua temannya itu untuk mengumpulkan remedial. Sebelum masuk ke ruang guru, mereka berfoto bersama kertas remedial untuk menandakan bahwa ketiganya telah melengkapi tugas merepotkan itu.

"Abis ini lo mau ke mana?" tanya Woojin usai mereka menaruh tugas remedial di meja guru yang bersangkutan.

"Mampir ke rumah saudara," jawab Haknyeon. Ia merapikan barang-barangnya, kemudian pamit dengan Jihoon dan Woojin yang sudah siap untuk meninggalkan sekolah.

Haknyeon melirik jam tangannya. Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore. Ia langsung naik ke motor bebek kesayangannya, bersiap melaju ke rumah Bapak Jaehwan yang letaknya tidak jauh dari sekolah.

Tetapi jauh dari rumahnya.

"Akhirnya kamu datang juga, Nak." Bapak Jaehwan membuka pagar rumah, menyambut keponakannya itu dengan suka cita. Begitu Haknyeon turun dari motornya, ia langsung merangkul keponakannya itu. "Ayo, Nak,"

Tanpa mengetahui tujuan Bapak Jaehwan mengundang dirinya, Haknyeon masuk ke rumah. Ah, paling nitipin lele buat bule, pikirnya ketika melihat rak buku milik pamannya.

Mereka berhenti di meja makan. Haknyeon dipersilakan untuk duduk, sementara Bapak Jaehwan pergi sebentar. Diam-diam ia bersyukur dengan kenyataan bahwa pamannya itu tidak ikut Study Tour kelas sebelas, sebab ia menduga kalau Bapak Jaehwan akan mempromosikan lele-lele kebanggaannya itu jika bertemu dengan orang asing.

"Makan dulu, Nak." Bapak Jaehwan kembali dengan sebuah piring berisi, membuat mata Haknyeon berbinar-binar. Senang karena mendapat asupan usai mengerjakan tugas remedial yang menyita tenaga dan kesabaran.

Tetapi, ia hanya dapat menunjukkan wajah datarnya ketika Bapak Jaehwan kembali berbicara.

"Ini lele kualitas bagus, lho, Nak. Bagus untuk mengisi tenaga kamu sebelum Study Tour besok,"

Untunglah Haknyeon sudah maklum dengan kelakuan pamannya yang satu itu. Yang penting gue makan gratis.

momenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang