"Pulangnya jangan kemaleman, ya,"
"Kalau ada apa-apa kabarin, ya,"
Donghan mengetuk-ngetukkan sepatunya ke aspal. Sesekali ia melirik jam tangan, menghitung berapa menit yang telah dihabiskan Jaemin. Entah sejak kapan bocah itu datang dan meminjam pasangan prom-nya. Oke, Donghan paham bahwa Jaemin berhak mengkhawatirkan pacarnya, tapi—
—bagaimana caranya mengendarai motor ke tempat acara dalam waktu tujuh menit?
Tanpa ngebut.
Tempatnya pun jauh.
"Lama amat lo," Donghan menghampiri Jaemin yang masih berurusan dengan Eunseo—pasangan prom-nya. "Tinggal tujuh menit lagi."
"Demi apa?" Mata Eunseo membulat. Gadis itu mengecek ponselnya yang sudah dipenuhi notifikasi Line dari teman-teman dekatnya. "Duh, Jaemin, aku berangkat, ya."
"Peluk dulu bisa kali," Jaemin mengangkat alis, kemudian memeluk sang pacar. "Kalau udah sampai rumah kabarin, ya."
Eunseo mengangguk. Gadis itu melambaikan tangannya, melangkah menjauhi Jaemin. Sosoknya menghilang seiring dengan Jaemin yang membalas lambaiannya. Siapa pula yang tahu bahwa itu adalah pelukan terakhir mereka sekaligus saat terakhir Jaemin melihat Eunseo.
Sebab hingga dua hari setelah prom, Jaemin tidak mendapat notifikasi Line dari Eunseo.
⏸
ŞİMDİ OKUDUĞUN
momen
Hayran KurguSegudang cerita tentang apa yang terselip dalam kehidupan sehari-hari.