▶️The Moment When (4)

684 76 12
                                    

baca bismillah dulu yak

⏸️

April 2017

Angkatan 2015 harus bersyukur karena perjalanan mereka tidak sekacau tahun sebelumnya. Tidak ada acara terlambat berangkat hingga satu jam lebih lima belas menit. Tidak ada kecelakaan yang dialami salah satu bus. Tidak ada acara syukuran di tengah jalan yang membuat macet hingga berjam-jam. Semoga saja mereka hanya menghabiskan satu malam di bus sehingga dapat sampai ke tempat tujuan pada hari kedua.

Malam pertama, belum ada insiden besar yang menghambat perjalanan. Murid yang tertinggal bus sudah ditampung di bus lainnya. Sebut saja bus 1, yang berangkat dari sekolah paling awal dan berangkat paling akhir dari rumah makan. Malam itu pula, Sanha memberikan kursinya untuk murid yang dititipkan ke bus mereka. Dengan membawa selimut gratis, ia pindah ke kursi kedua dari belakang—yang tepat di samping pintu bus.

Kalau ditanya bagaimana rasanya duduk sendirian, mungkin jawabannya adalah nikmat. Kapan lagi Sanha bisa menguasai dua kursi sendirian?

Masalahnya, di malam yang entah kini sudah jam berapa, Sanha kehausan. Masalahnya lagi, ia terlalu malas untuk mengambil air mineral di kursi paling depan. Ia pun terpikir untuk membangunkan orang yang duduk di depannya.

"Ambilin air, dong,"

"Yah, baru gue mau minta," Terdengar suara dari seorang gadis yang menempati kursi di depannya. Adalah Heejin, gadis yang sejak kelas sepuluh kejar-kejaran peringkat dengan Bae Jinyoung.

"Ya udah, gue ambilin," Gadis itu bangkit dari kursi setelah melihat Sanha yang hampir mati kehausan + kedinginan.

Suasana dalam bus 1 tidak jauh berbeda dengan bus lainnya. Tidak ada lampu yang menyala. Tidak ada keramaian yang dibuat oleh para murid karena guru pendamping telah memaksa mereka untuk beristirahat. Hanya terdengar deru bus dan lagu-lagu dari daftar putar yang dibuat oleh sopir bus. Jangan tanya lagu apa yang dimainkan—lagu-lagu lawas dan dangdut.

Heejin melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Ia tahu kalau bermacam-macam barang berserakan di lantai bus. Sebut saja tas ransel, sepatu, sandal, dan plastik sampah yang dengan santainya menutupi jalan. Belum lagi ia harus berjalan tanpa suara, sebab jika Bu Kahi memergokinya, banjir omelan akan datang keesokan harinya.

Berkat Swallow hijau—entah milik siapa—yang malam itu dapat diajak kompromi, dua gelas air mineral sudah ada di tangannya.

Entah ini karena banyaknya barang yang menutupi jalan atau jarak, kembali ke kursinya saja terasa sangat lama. Padahal bus melaju dengan cepat—seharusnya ia juga. Gadis itu merutuk dalam diam sambil meneruskan langkahnya. Padahal gue cuma jalan ke belakang, tapi kenapa lama banget, ya?

Hingga sebuah mimpi buruk terjadi.

Rem mendadak.

Sesungguhnya Heejin dapat membayangkan bahwa kini ia tengah terduduk di lantai bus, membuat Bu Kahi terbangun, dan sudah siap dengan banjir omelan. Namun, apa yang terjadi membuat gadis itu terkejut. Ketika kedua matanya terbuka, ia mendapati dirinya dalam keadaan berdiri. Lebih tepatnya, dalam pelukan seorang lelaki yang ia tidak tahu siapa.

Oh, bahkan embusan napas dari lelaki itu dapat ia rasakan. Begitu pula dengan aroma parfum yang mengusik penciumannya.

Detik demi detik berlalu, tetapi tidak ada dari mereka yang berniat mengakhiri insiden ini. Mereka tahu ini hal yang salah, namun nikmatnya pelukan membuat dua anak manusia itu enggan mengakhirinya. Hingga rasa penasaran si gadis menuntunnya untuk mengangkat wajah, saat itu pula si lelaki melepaskan pelukannya. Tangan kanannya terpanggil untuk membelai rambut si gadis dan membisikkan salam perpisahan.

"Hati-hati jalannya,"

Suara itu mengantar Heejin untuk kembali ke tempatnya, sekaligus melepas insiden yang membuat dunia terasa hanya milik mereka berdua.

⏸️

coming soon

⏸️

sebenernya mau ngasih tebak tebakan siapa cowok yang meluk ...

... tapi percuma juga wkwk soalnya jawabannya di buku lain

oke ini spoiler

tapi apakah ada yang udah punya tebakan siapa cowok yang meluk? wkwkwk

((btw aku jadi kangen study tour))

momenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang