"Dih ogah. Sono lu pulang gue mau tidur lagi." Ucap Nadia langsung menutup pintu.

Fariz langsung bengong melihat seseorang di depannya tadi yang langsung menutup pintunya dengan kasar. Seumur hidupnya tidak ada cewe yang menolaknya, baru kali ini ia ditolak mentah mentah. Namun, beberapa detik kemudian Nadia kembali membuka pintunya dengan kekehan.

"Gue bercanda. Ayo masuk" Ucapnya dengan membuka pintu lebar.

"Kambing! kesel banget si gue. Udahlah gue balik aja mager gue mau baper." Ucap Fariz dengan memajukan bibirnya.

"Dih yauda sono balik. Ga jadi gue buka pintu lebar buat lo sono sono." Fariz langsung menahan pergelangan tangan Nadia saat ingin berbalik.

"Gue bercanda. Jadi, udah mau buka pintu buat gue? Kalo pintu hati di buka buat gue juga seneng banget kali ya gue." Ucap Fariz dengan menatap Nadia dalam.

"Dihh Kepedean lo. Gece, mau masuk ga nih?"Tanya-nya lagi. Fariz hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun ia berjalan ke dalam rumah Nadia yang sebagian memperlihatkan foto keluarganya serta beberapa piala yang bertender di beberapa lemari.

Fariz memperhatikan foto khusus Nadia yang berada di tengah ruangan dari Nadia masih kecil sampai sebesar ini. Beberapa ada yang ia foto untuk ia simpan jika sedang kangen dengan cewe satu itu. Tetapi, memang benar akhir akhir ini ia sering kangen dengan cewe itu. Padahal kemarin sore sudah bertemu.

"Ngapain lo liat foto foto gue." Teriak Nadia saat melihat Fariz sedang memperhatikan foto khususnya di ruang tengah.

"Gapapa kepo aja. Emang ga boleh?

"Enggak."

"Kenapa?"

"Gapapa si. Tapi--- yaudalah gapapa."

Tangan Fariz tiba tiba saja mengusap kepala Nadia lembut. Nadia hanya diam menatap mata Fariz yang juga sedang menatap mata-Nya. Jadi, teringat saat pergi ke pasar malam waktu itu.

Tiba tiba saja dahi Nadia tersentil membuatnya tersadar dari lamunannya. Kenapa ia jadi ngelamun sih?!

"Ngapain lo bengong aja?" Tanya Fariz yang melihat Nadia diam saja.

"Apaansi ga bengong juga." Ucap Nadia mendelik.

"Yeu boong aja. Dari tadi gue panggilin juga. Jangan jangan lu terpesona ya ngeliatin muka gue. Ya kan????" Ucap Fariz membuat dahi-Nya berkerut. Kenapa dia Ke-PD-an banget si kesel jadinya.

"Cie cie terpesona sama gue." Ucap Fariz yang masih betah meledek Nadia.

"Bodo." Ucap Nadia sebal. Tangannya bergerak untuk mencubit kencang laki laki yang berada di depannya.

"Aaww. Na lu beneran sakit apa? Gue ga percaya kalo lu sakit." Ucap Fariz sambil meringis pelan. Lalu,mengusap perutnya yang tadi di cubit Nadia dengan tangan kecilnya.

"Perut gue merah nih dicubit sama lo." Ucapnya lagi, menunjukan perut-Nya yang merah.

Nadia pun ikut memerah melihat Fariz yang mengangkat seragamnya naik memperlihatkan perut kotak kotaknya yang ada bekas merahnya karena ulahnya tadi. Kak Fikri aja tidak pernah memperlihatkan badannya yang sudah kotak kotak itu didepannya ya walaupun dia tidak melepas bajunya perutnya kadang suka terbentuk saat ia habis olahraga.

"Ish ga sopan buka buka."

Nadia langsung menutup wajahnya yang memerah. Fariz terkekeh melihat Nadia yang memerah. Gemesh.

"Iya iya udah gue tutup kok. Gapernah liat perut kotak kotak gini yaa." Ucap Fariz yang masih terkekeh.

Sementara Nadia dan Fariz masih saling melempar guyonan satu sama lain. Berbeda dengan Fikri yang sedang meniup asapnya di rooftop. Hatinya berdenyut sakit merelakan Nadia dengan laki laki lain. Tapi, apa dia berhak melarang Nadia dekat dengan siapapun? Sudah cukup ia melarang Nadia ini itu, ia sadar Nadia butuh kebebasan untuk memilih. Apakah hatinya sanggup melepas Nadia begitu saja?

My BadBoy Only One [slow Update]Where stories live. Discover now