Part 4 - Side A

692 60 21
                                    

-There's only two requirements-

Amber POV

"Aku harus bagaimana?" Kugigit ibu jariku sembari berjalan mondar-mandir dari dapur, ruang tamu, kamar, dan kembali ke dapur. Kemarin malam sekitar jam delapan Shawn menciumku, dan sekarang tepat 24 jam kami sudah berciuman, tapi aku masih tidak bisa berpikiran jernih.

"Datangi apartemennya, katakan kau ingin bercinta dengannya." Sahut Demi dari ujung sana.

"Kau gila?"

"Kau yang lebih dulu gila karena berciuman dengan orang asing tanpa alkohol setetes pun."

Baiklah kali ini Demi benar, tapi aku tidak bisa melakukan sarannya meskipun aku memang menginginkannya. "Cari saran lain." Pada akhirnya aku menyerah berjalan mondar-mandir dan memilih untuk duduk di sofa.

"Oke biar kulihat pilihan apa yang kupunya," terjadi sedikit jeda. "Datangi dia dan tanyakan apa maksudnya karena telah menciummu."

"Haruskah aku melakukannya?"

"Yeah, cepat pergi dan jangan telepon aku sampai besok." Kemudian sambungan telepon terputus.

Kusugar rambutku, mengehirup dan menghembuskan napas beberapa kali. Aku bangkit lalu keluar dari apartemenn. Oke, hitung sampai sepuluh dan pergi sebelum dia membukakan pintu. Tanganku terkepal di depan pintu milik Shawn, tapi seketika pintu tersebut berayun terbuka bahkan sebelum hitungan pertama.

Super awkward.

Aku berdehem beberapa kali untuk menetralkan suaraku. "Apa kau sibuk?" Tanyaku. Sepertinya saat ini kami berganti peran. Sabtu pagi kemarin Shawn yang berada di posisiku, dan aku yang berada di posisinya. Semua ini semakin terasa canggung ketika aku menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang Shawn ajukan kemarin.

Super duper awkward.

Shawn tertawa renyah, matanya menatapku dengan pandangan geli. Sedangkan aku seperti idiot hanya karena tawa seseorang. "Rasanya sangat canggung kan?"

"Eh? Ah, yah begitulah." Kugaruk belakang kepalaku yang tidak terasa gatal lalu menggigit ujung bibirku untuk menghilangkan senyum konyol. "Jadi kau sibuk?"

Shawn melebarkan pintunya lalu menyentakkan kepala ke belakang. Dia lebih dulu masuk ke dalam dan aku mengekor. Shawn bersandar di konter dapur, menatapku dengan tatapan menawan itu lagi. Sedangkan aku berdiri di tengah-tengah apartemen tanpa tahu harus berbuat apa.

"Aku hanya ingin bertanya mengenai.. Kejadian kemarin." Aku bersedekap, berusaha tetap tenang. Meskipun hatiku nyaris goyah oleh tatapannya. "Apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya setelah kejadian kemarin?"

Shawn menyilangkan kakinya lalu bersedekap, berusaha membangun tembok agar dia tidak mengatakan hal yang tidak seharusnya kudengar.  "Aku tidak bisa mencintai seseorang atau mau mencintai seseorang." Jawabnya dengan wajah lempeng.

"Apa tertarik tidak masuk ke dalam kategori mencintai?" Tanyaku sedikit ragu.

"Aku tertarik padamu bukan berarti aku ingin menjadi kekasihmu, karena aku tidak bisa." Terjadi jeda yang cukup panjang sebelum akhirnya Shawn melanjutkan. "Aku menginginkanmu tapi aku tidak mau hal lain menyertai."

Dia baru saja mengatakan secara gamblang bahwa dia menginginkan seks, tanpa perasaan lainnya. Aku juga ingin bercinta dengannya tapi.. Apa aku bisa bila kami hanya sekedar seks?

"Apa selama empat tahun kau seperti ini? Maksudku dengan wanita one night stand?"

Shawn menggelengkan kepalanya. "Tidak dengan siapa pun, karena aku tidak menginginkan siapa pun."

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now