Part 13 - Side A

461 52 1
                                    

[A/n; sebelum kalian lanjut baca cerita ini, gue sebagai author mau minta maaf atas keterlambatannya upload cerita ini. Jujur aja gue lg bener-bener sibuk kegiatan kampus + baru banget beres uts. DAN GUE LAGI JATUH CINTA OMG. Susah bgt untuk fokus nulis ketika masalah percintaan gue sendiri masih blm jelas:( serius deh sekarang gue ngerasain gmn sakitnya si Amber (tanpa sex lohyaa) because sifat cowo yg lg deket sama gue mirip kaya tokoh shawn di cerita ini:( pokonya maafya cinta cintaan ini ngebuat acu pucink]

"So this is the end?"

Amber POV

Sabtu ini Holly menikah. Gaunnya sangatlah cantik meskipun gaun itu pernah membuat kepalaku nyaris pecah, tapi bagaimana pun juga aku berusaha untuk bahagia melihatnya di atas altar, mengucapkan janji suci bersama pasangannya. Senyum mereka tidak pernah hilang dari awal acara sampai saat ini -ketika mereka saling berciuman sebagai tanda cinta satu sama lain-

Mereka memperlihatkan cincin yang melingkar di jemari mereka dengan wajah puas. Semua anggota keluarga dan teman-temannya bersorak untuk mereka. Semua yang hadir di tempat ini nampak bahagia, kecuali satu orang.

Satu orang itu adalah aku.

Kutundukan kepalaku untuk mengusap air mata yang tanpa disadari menetes. Aku memutar badan dan segera beranjak dari tempat pernikahan. Pekerjaanku di sini sudah bisa dikatakan selesai. Semuanya berjalan lancar. Sekarang aku hanya perlu membereskan suasana hatiku yang kacau balau bagaikan korban terpaan badai.

Aku masuk ke dalam mobil, lalu membenamkan wajahku di antara tangan yang berada di atas stir, menangis sejadi-jadinya. Tubuhku berguncang, tidak peduli sekuat apapun aku berusaha untuk tenang, air mataku tetap saja mengalir.

Suasana hatiku satu minggu ini bisa dikatakan fantastis. Sayangnya, bukan dalam artian positive. Nyaris setiap malam aku melamun sembari memasukan ratusan lemak ke dalam perut dari manisan yang selalu menemaniku. Sedangkan di siang hari aku bekerja layaknya mayat hidup. Tanpa gairah, dan sedikit bicara. Bahkan aku nyaris tidak bicara sama sekali.

Dan anehnya semacam ada suatu keajaiban, semua rekanku di kantor memaklumi sikapku. Jika aku harus bertemu dengan klien, mereka akan mencarikan back up untukku. Jika aku ingin sendiri, mereka akan memberiku ruang.

Tapi kali ini aku merasakan seperti jantungku ibarat bom granat, dan saat melihat jalannya pernikahan Holly, kunci granat tersebut tertarik lalu meledak di detik setelahnya. Aku hancur. Hancur berantakan.

Itu yang aku inginkan. Menikahi seseorang yang mencintaiku, yang mampu menciumku dengan perkataan manis, yang mampu memberiku masa depan. Aku ingin seperti mereka. Bahagia dan saling memiliki.

Tapi nyatanya apa yang aku miliki? Bahkan perkataan maaf yang seharusnya menjadi milikku pun tidak pernah terucap olehnya. Dia membanting pintu, membuatku benar-benar terlihat seperti pelacur, lalu menghilang tanpa memberiku kata maaf.

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now