Part 1 - Side B

732 71 12
                                    

Shawn POV

Flashback - 11 tahun sebelumnya..

Kedua tanganku mencengkram tali ransel. Aku terus menunduk selama berjalan memasuki ruang kelas. Sebenarnya tidak ada yang salah di sekolah ini, tapi aku hanya kurang beruntung karena penampilan fisikku kurang memadai.

Sekolah hanya memiliki satu prinsip: kau tampan atau cantik dan memiliki postur badan yang memadai, maka kau akan menjadi anak populer.

Sayang sekali aku tidak termasuk dalam kriteria anak populer. Aku hanya memiliki otak yang cerdas, kelebihan lemak, dan gigi berpagar. Kupikir behel bisa membuat perutku menciut tapi ternyata aku salah besar. Maka dari itu aku selalu sensitive setiap kali ada orang yang menyinggung behelku.

"Hey gendut!" Teriak Jonas yang membuat kakiku berhenti melangkah. Dengan perlahan aku menoleh padanya. Jonas mengibas-ngibaskan buku catatanya dengan kedua kaki yang berada di atas meja. "Tolong kerjakan tugasku. Kau pasti sudah menyelesaikannya kan?"

Kugigit pipi dalamku untuk menahan luapan rasa benci, karena jika aku marah, aku akan kalah. Bagaimana pun semua anak laki-laki disini pasti akan mendukung Jonas dan anak perempuan akan berteriak dan memanggil guru. Aku tidak mau membuat keributan, aku tidak mau Mom datang kemari karena aku membuat masalah.

"Kemarikan bukumu." Aku mengalah karena hanya itu keahlianku. Jonas melempar bukunya tepat mengenai wajahku. Dia tertawa lalu bangkit dan minggat dari kelas seorang diri.

Kupungut buku catatan miliknya, berjalan menuju mejaku dan bersiap mengerjakan tugasnya. Linda berbalik, menatapku dengan kening berkerut. "Seharusnya kau berbohong saja dan mengatakan pada mereka kalau kau belum mengerjakannya." Kata Linda.

"Lalu apa? Dipukuli olehnya? Atau mungkin makan siangku diambil seperti dua hari lalu." Sahutku acuh tak acuh.

"Tapi jika kau terus menerus diam seperti ini, kau akan terus ditindas olehnya."

"Oh ayolah Linda, hanya ini yang kubisa. Aku tidak mau membuat keributan." Kutatap wajahnya yang juga menatapku dengan penuh iba.

Linda adalah temanku sejak sekolah dasar. Dia selalu merasa kasihan setiap kali melihat Jonas menindasku, bahkan terkadang Jonas akan membawa teman-temannya untuk memuaskan hasrat membullynya. Dan bagaikan seorang wonder woman kesiangan, Linda selalu datang ketika Jonas sudah pergi.

Seperti saat ini.

"Andai aku bisa membantumu." Bisiknya sembari memocel cat yang mengelupas di punggung bangkunya. "Seharusnya aku bisa melindungimu." Lanjut Linda seperti sedang berbicara pada cat-cat kayu ketimbang diriku.

"Harga diriku akan semakin terinjak jika kau datang dan membantu. Aku tidak perlu siapapun, aku hanya perlu menunggu kelulusan."

"Apa yang akan kau lakukan setelah lulus?" Tanyanya.

"Masuk SMA." Jawabku acuh tak acuh.

"Lalu?"

Kuhela napasku kemudian menyangga kepala dengan tangan kiri. Kutatap Linda yang terlihat penasaran dengan jawabanku. "Entahlah."

"Kapan behel gigimu dicabut?"

Aku mengerang, membenamkan wajah di atas meja. "Bisakah kau lebih sedikit bertanya dan lebih banyak membantuku?"

Kudengar Linda tertawa, dia menekan-nekan tanganku yang berlemak. "Kau selalu benci jika ditanya. Dasar aneh."

Aku mendongak, kembali menatap Linda. "Berbalik sana, lebih baik aku mengerjakannya sendirian."

Linda menarik buku catatan milik Jonas. "Biar aku saja yang mengerjakannya, sebagai permintaan maaf." Katanya lalu berbalik dan mulai mengerjakan tugas milik Jonas.

Kukedikkan bahu acuh tak acuh, lalu kembali membenamkan wajah di atas tangan.

•••

"Tidak becus!" Teriak Jonas. Pipiku masih terasa panas karena dia menampar wajahku dengan buku catatan miliknya. "Karena kau aku terkena detensi selama tiga hari."

"Maaf." Kataku tanpa rasa menyesal. Sebenarnya aku bisa saja mengaku bahwa yang mengerjakan tugas miliknya bukan aku, melainkan Linda. Tapi jika aku melakukannya, Linda akan mendapatkan masalah. Bukannya aku mau sok jadi pahlawan, hanya saja aku tidak mau dia terluka.

"Habisi dia." Gumam Jonas lalu pergi meninggalkan halaman belakang sekolah.

Kupejamkan mataku dengan rapat, memilih agar aku tidak tahu siapa orang yang sudah memukuliku supaya bila Mom atau guru bertanya, aku tidak perlu berbohong karena aku benar-benar tidak tahu siapa mereka.

Tubuhku berguling di atas rerumputan, kugigit bibirku agar tidak berteriak. Dalam hati berjanji kalau aku sudah tumbuh dewasa, aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan padaku.

Aku akan berusaha untuk mengubah bentuk tubuhku dan mencari lebih banyak teman. Akan kupergunakan otakku untuk mencari sekolah terbaik, universitas terbaik, dan juga pekerjaan terbaik. Setelah itu membuktikan kepada semua orang bahwa korban bully tidak selamanya gagal.

•••

"Luka di perutmu akan berbekas. Kau benar tidak mau berbicara siapa yang melakukannya? Ini sudah cukup keterlaluan." Kata Mom sembari memeriksa obat yang baru diberikan oleh dokter.

Yah, karena aku menutup mata ketika dipukuli, aku jadi tidak bisa mengantisipasi benda apa yang mereka gunakan disaat memukuliku. Dan sepertinya ada benda tajam yang tanpa sengaja merobek bagian torso kananku. Tidak panjang sih, hanya saja cukup dalam.

"Aku tidak tahu siapa mereka, Mom. Lagipula aku baik-baik saja dengan bekas luka di perut. Mungkin akan terlihat keren." Sahutku acuh tak acuh. Mataku terus menatap langit-langit kamar, memetakan segala macam rencana yang sudah kupikirkan sebelumnya.

"Shawn," Mom mengelus pipiku yang tidak memar dengan lembut. "Jika kau ingin pindah sekolah katakan saja, oke?"

Aku bergumam sebagai jawaban, lalu membalikan tubuh dan menutup mata, berpura-pura tertidur. Untuk beberapa saat Mom terus mengelus pipiku, terkadang tangannya berpindah ke puncak kepalaku. Setelah itu dia bangkit dan keluar dari kamar. Setelah Mom tidak ada, aku segera bangkit dan berjalan menuju meja belajar.

"Masuk SMA lalu membuat member gym." Tulisku di sebuah kertas kecil lalu kutempel di permukaan mejaku. Kuhembuskan napas perlahan, mengambil beberapa buku dan mulai belajar.

Untuk saat ini aku sama sekali tidak peduli dengan semua luka yang berdenyut di setiap kulit tubuhku juga efek kantuk yang mulai terasa dari obat yang kuminum, aku hanya ingin tujuanku tercapai.

-TBC-

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now