Part 1 - Side A

1.2K 79 8
                                    

-How they meet-

Amber POV

"Ayo pergi."

"Tidak."

"Kau sudah mengatakannya sebanyak sebelas kali untuk hari ini."

"Itu karena kau mengajakku selama sebelas kali untuk hari ini."

Kudengar Demi menghela napasnya jengah. Aku merasa seperti orang bodoh karena sudah memberitahunya bahwa hari ini aku resmi pindah. Dia bersikukuh untuk merayakan kepindahanku, tapi dia lupa detail kecil tentang kepindahan; yaitu kau akan lelah selama dua hari penuh mengepak dan membongkar barang-barang dari apartemen lama menuju apartemen baru.

Jika dia memang sahabatku seharusnya dia datang kemari dan bantu aku untuk mengangkat semua kotak sialan dari dalam mobil ke apartemenku, bukannya mengajakku untuk pergi ke bar.

"Amber dengar, kau sangat sering pindah apartemen dan kupikir kau sudah terbiasa dengan rasa lelah itu tapi kali ini kau ada di San Francisco! Ya Tuhan! Aku selalu berdoa agar kau tidak betah tinggal di Los Angeles dan segera pindah kemari, maka dari itu kita harus merayakannya."

Kupicingkan mataku lalu berbelok memasuki parkiran gedung apartemen. "Terimakasih sudah berdoa, karena kau aku memiliki tetangga gila sehingga aku tidak tahan untuk tinggal lebih lama di sana." Sahutku sarkastik. Kumatikan mesin mobil lalu keluar setelah kurang lebih berkendara selama tujuh jam tanpa henti. Tulangku seketika berubah menjadi buntalan busa dan aku tidak bisa lagi merasakannya.

"Tidak sepenuhnya berkat doaku sih, kau sudah tiga kali berpindah-pindah tempat tinggal, dan kurasa kau tidak akan lama berada di San Francisco."

Demi benar. Aku mulai tinggal seorang diri ketika umurku 19 tahun dan sekarang umurku 22. Selama empat tahun aku tidak pernah bisa tinggal di suatu tempat untuk waktu yang lama. Entahlah, aku selalu mendapatkan kesialan dalam hal bertetangga.

"Aku sibuk, akan kutelepon kau setelah kotak-kotak sialan ini bertemu dengan lantai apartemenku." Segera kututup sambungan telepon sebelum mendengar apa yang akan diucapkan oleh Demi, lalu mulai membuka bagasi mobilku.

"Aku harap tidak akan pernah pindah lagi selama-lamanya. Ini sangat menyebalkan." Gumamku perahan sembari menatap kotak-kotak kardus secara bergantian, dalam hati memilih kardus mana yang harus kubawa terlebih dahulu.

Kuangkat bingkai kacamataku lalu memijit atas hidungku perlahan sebelum akhirnya mulai mengangkat kardus berisi pakaian dan alat mandi sekaligus.

"Kau butuh bantuan, nona?" Aku memutar badan ke kiri agar aku dapat menatap pria yang bertanya padaku. Dia terlihat seperti petugas keamanan, mungkin tidak masalah bila aku meminta bantuannya.

Kubuka mulutku lalu menutupnya kembali, tapi lebih baik tidak membawa orang asing ke dalam apartemen meskipun hanya menawarkan bantuan. Rasanya sedikit canggung. "Aku baik-baik saja, tapi bisakah kau menekankan tombol lift untukku.." Kulirik name tagnya sekilas. "Josh?"

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now