Part 12 - Side A

583 49 7
                                    

"You go and leave me in the dirt"

Amber POV

Tidak biasanya aku memiliki waktu di minggu pagi untuk berolahraga meskipun yang kulakukan semacam olahraga otak. Tapi semalaman suntuk aku berusaha untuk tidur dan hasilnya tetap saja mataku terbuka dan pikiranku terbang kesana kemari. Aku terus berusaha untuk menganalisis kejadian kemarin malam saat Martin menciumku.

Sejujurnya aku tidak kepingin mengingat hal tersebut tapi jika aku berusaha meneliti ekspresi dan semua ucapan Shawn, sudah pasti aku akan mengingat kejadian sialan itu terlebih dahulu.

Shawn berkata dia tidak peduli tapi dia membanting pintu. Shawn mencoba untuk tetap tenang tapi tangannya mengepal terlalu kencang. Shawn keluar dari apartemen untuk mengecek keadaanku, meskipun pada akhirnya dia melihat kejadian yang kami sama-sama tidak menginginkan hal tersebut terjadi.

Dari semua analisis konyol yang kubuat, bisa kusimpulkan bahwa Shawn sedikitnya menaruh hati untukku. Hanya saja dia terlalu keras kepala untuk menunjukkannya. Memangnya apa sih sulitnya berkata "aku mencintaimu"? Aku bersumpah akan mengucapkan hal tersebut sebanyak yang kubisa bila keadaan kami lebih normal daripada sekedar seks.

Aku ingin lebih.
Aku butuh lebih dari ini.

Olahraga pagi ini bukanlah ototku yang terasa panas, melainkan kepalaku yang terasa mendidih. Kuputuskan untuk pergi ke dapur mengambil air es botolan dari kulkas dan meneguknya dalam tempo yang berlebihan.

Setelah dahagaku terpuaskan, aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selama di kamar mandi aku berusaha untuk tidak memikirkan apapun, aku lebih memilih untuk membaca tulisan yang berada di botol sampo ketimbang memikirkan kejadian kemarin malam.

Tubuhku sudah bersih, tenggorokanku tidak lagi merasa haus, kulitku terasa dingin akibat terlalu lama berada di kamar mandi, tapi kepalaku masih terasa panas berikut hatiku. Hanya ada satu cara untuk mendinginkannya, meskipun aku tidak tahu apakah hasil akhirnya aku akan merasa lega atau merasa lebih jengkel.

Kuambil ponselku yang berada di atas ranjang, hendak mengirimkan pesan kepada Shawn sebelum aku pergi menemuinya.

Aku: Kau di rumah?

Shawn mengetik pesannya lalu berhenti, kemudian kembali mengetik, dan berhenti. Aku menduga dia akan memberikan pesan yang panjang atau penting karena bisa saja Shawn sedang menyusun kata-kata dengan perilakunya yang ketik-hapus-ketik-hapus. Tapi ternyata dugaanku salah ketika pesan yang kuterima hanya "Yeah."

Aku: Ada waktu? Aku ingin bicara.

Shawn: Yeah, pintuku selalu terbuka bila kedatangan tamu. Kau sudah makan? Akan kubuatkan sesuatu.

Aku: Ide bagus. Kupikir aku memang lapar.

Lalu kuhapus pesan tersebut.

Aku: Oke, tamumu akan segera tiba.

Aku hapus kembali pesan tersebut. Aku ingin terlihat lebih santai. Maka pesan yang kukirim adalah "Yeah." Aku merasa bodoh karena aku tidak ada bedanya dengan manusia yang tinggal disebrang jika seperti ini.

Kugelengkan kepalaku perlahan kemudian bangkit dari ranjang dan mulai mengambil langkah menuju satu-satunya tetangga yang memiliki masa lalu misterius.

Back To You [S•M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang