Part 6 - Side A

614 53 7
                                    

-What are we fighting for?
Seems like we do it just for fun
In this, this stupid war
We play hard with our plastic guns-

Amber POV

"Apa jumlah salmonnya sudah benar?" Tanyaku pada petugas catering sembari mengipas-ngipas wajahku dengan papan dada yang sedang kupegang.

"Jumlahnya kami tambah beberapa sebagai cadangan." Balas pria dengan celemek putih melilit di perut buncitnya.

Aku tersenyum berterima kasih lalu kembali berlari ke dalam gedung untuk melihat perkembangan orang tua Linda, tadi pagi sang ibu tidak bisa berhenti menangis karena anaknya hendak "melepas" masa lajangnya, dan entah kenapa hal itu membuatnya sedih. Lagipula aku yakin Linda pasti sudah keluar dari rumah sejak umur delapan belas.

"Hey, Mrs. Collins. Kau sudah merasa lebih baik?" Tanyaku sambil mengelus pundaknya perlahan.

Mrs. Collins mendongak lalu mengelap ujung matanya dengan tissue. "Yeah," bisiknya. "Kurasa aku sudah lebih baik."

"Kau sudah siap untuk make up?" Tanyaku lagi masih dengan suara yang lembut.

Mrs. Collins mengangguk pasrah. Aku tidak membuang-buang waktu dan langsung memanggil penata rias untuk segera mendandani Mrs. Collins sebelum beliau berubah pikiran dan kembali menangis.

Setelah orang tua pengantin teratasi, kini saatnya melihat sang pengantin. Aku masuk ke ruangan sebelah, membuka pintunya sedikit karena aku tahu di sini tidak akan ada masalah apapun. "Semua baik-baik saja?" Tanyaku dari ambang pintu.

Semua orang yang berada di ruangan menoleh padaku. Linda terlihat sangat cantik ketika berbalik dengan gaun putihnya. Dia tersenyum lembut kemudian mengangguk. "Semuanya baik-baik saja, aku tahu kau memang yang terbaik." Pujinya.

Aku tersenyum lega lalu mengangguk. Saat aku hendak keluar, seorang penata rias memanggilku. "Amber?" Katanya. "Wajahmu berbintik, kau butuh sedikit polesan bedak?"

Kuhela napas perlahan lalu menggeleng. Lagipula bedak tidak akan berguna bila cuaca di luar tetap terang benderang. Linda memilih garden party sebagai tema pernikahannya dan lagi-lagi aku lupa menggunakan tabir surya. Terlalu banyak pekerjaan membuatku lupa akan hal-hal kecil.

"Lebih baik kau cek mempelai pria. Aku harus melihat venue." Pintaku lalu menutup pintu.

Aku kembali keluar dari gedung untuk memeriksa venue meskipun aku tahu kalau venue sudah ditangani oleh Martin. Yah, aku sudah bisa menebak kalau dia membantukku supaya dia berada dalam lingkungan yang sama denganku selain di kantor. Modusnya sangat mudah ditebak.

"Hey, semuanya baik-baik saja di sini." Ucap Martin ketika aku berhenti di sampingnya. Dia tersenyum lalu mengedip padaku. Aku sangat bosan melihatnya melakukan hal itu karena dia nyaris melakukannya setiap hari.

Kuedarkan pandangan, menatap para crew yang sedang melakukan finishing pada pita-pita berwarna putih tapi seketika tatapanku bertemu dengan tatapan Shawn. Dia menggunakan kaos putih polos dengan jaket hitam ditambah topi bisbol yang senada dengan warna jaketnya. Dia tampan dan selalu tampan meskipun dia hanya tersenyum malas padaku.

Sial aku tidak ingat kalau Linda sahabatnya. Dia sudah pasti diundang ke pernikahan wanita itu.

"Bagus." Gumamku pada Martin lalu segera pergi untuk mencari minuman. Keberadaan Shawn seketika membuat tenggorokanku kering.

"Anggur sebelum pesta dimulai?" Tanya Rick. Dia adalah orang yang paling kuandalkan setiap kali para calon pengantin menginginkan anggur terbaik untuk pesta pernikahan mereka. Rick jagonya soal anggur berkualitas.

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now