Part 7 - Side A

564 56 3
                                    

-You hate me now and I feel the same way
You love me now and I feel the same way
We scream and we shout
And make up the same day, same day-

Amber POV

Pintukku diketuk. Demi tidak pernah mengetuk pintu, dia biasanya menggedor pintu dengan brutal. Sekarang hari minggu, aku tidak berniat melakukan apapun karena kejadian kemarin saat aku membentak Shawn.

Aku hanya ingin berbaring malas di atas sofa, membaca novel yang sudah ribuan kali kubaca. Aku benar-benar tidak mau membukakan pintu karena entah mengapa aku tahu siapa yang mengetuk pintu tersebut.

Pintu kembali diketuk dan ini sudah yang kelima menitnya dia mengetuk pintu. Dia seorang prajurit yang gigih, dan aku seorang prajurit lemah yang terus terbawa arus. Dengan malas aku bangkit dari sofa lalu berjalan menuju pintu depan.

Shawn berdiri tepat di hadapanku saat ini. Dia berusaha menunjukan rasa penyesalannya padaku dengan mimik wajah tanpa kata-kata seperti biasa. Dan kali ini aku akan mengikuti segala hal yang menjadi kebiasaannya yang satu ini; yaitu diam.

Kami terus saling menatap, dia menatapku dengan rasa penyesalan tapi aku menatapnya dengan tatapan siap menyerang. Shawn gentar, dia menghela napasnya lalu menyentakkan kepala ke samping. Dia ingin aku pergi ke suatu tempat bersamanya.

Pft, aku mulai mengerti dengan semua jalan pikirannya.

Kuambil kunci apartemenku di atas meja kecil di dekat rak sepatu lalu keluar dan mengunci pintu. Setelah itu pergi mendahului Shawn menuju lift. Selama di lift aku menolak untuk membalas tatapannya tapi aku bisa melihat Shawn menatapku dari pantulan pintu lift.

Aku menjadi orang yang pertama keluar dari lift lalu berjalan menuju mobilnya. Shawn membukakan pintu untukku, ketika aku hendak masuk ke dalam mobilnya langkahku terhenti. Shawn menyentuh punggung bawahku, sentuhan kecil yang mampu membuat tubuhku seperti tersengat listrik.

Jadilah prajurit yang tangguh. Bisikku dalam hati lalu melanjutkan langkahku masuk ke dalam mobil.

•••

Tidak bisa kupercaya kalau Shawn membawaku ke Pinkberry, bahkan dia membelikanku yogurt tanpa toping seperti yang biasanya kubeli. Sebenarnya apa yang ingin dia katakan padaku? Jika dia ingin meminta maaf sebaiknya lakukan dengan cepat karena aku semakin lemah bila terus berada di dekatnya.

Aku bersedekap dan terus menatapnya tajam, menolak untuk memakan yogurtku sebelum Shawn berbicara sedangkan pria di hadapanku terus memakan yogurtnya dengan lahap. Atau mungkin pura-pura lahap.

Shawn yang menyadari sikapku segera berhenti menyendokkan yogurtnya. Dia menghela napas panjang lalu duduk dengan tegak. Shawn berdehem beberapa kali sebelum akhirnya berbicara.

"Maafkan aku," katanya. "Aku tidak bermaksud untuk menarik juga membentakmu kemarin. Aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku dan aku pun tidak bermaksud membuatmu berpikir bahwa aku menganggapmu sebagai wanita murahan."

Aku masih tidak berbicara apapun tapi sekarang tanganku mengambil sendok dan mulai memakan yogurtku dalam satu suapan besar. Aku menatap yogurtku bagaikan gumpalan putih itu adalah Shawn. Kusendok gumpalan putih itu lalu kembali memasukannya ke dalam mulut. Terus seperti itu sampai otakku sakit karena brain freeze.

"Amber, tatap aku," Shawn menahan tanganku. "Aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal."

Otakku membeku tapi air mataku meleleh. Tangan Shawn menangkup kedua pipiku, menghapus air mataku dengan perlahan. "Namaku Shawn Peter Raul Mendes. Apa itu cukup untukmu? Apa dengan itu kau tidak lagi beranggapan bahwa aku menganggapmu sebagai wanita murahan?"

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now