Part 8

640 54 24
                                    

"I love you even though you don't realize it."

Author POV

Selasa malam memang bukan waktu yang tepat bagi Amber untuk pergi ke bar, tapi hanya hari ini ia memiliki waktu senggang untuk menghibur diri sendiri dan yang jelas Shawn tidak akan ada di hari selasa, atau rabu, atau kamis, atau jumat. Entah mengapa hal tersebut membuatnya senang sekaligus merindukan pria itu di waktu yang bersamaan.

"Apa kau ingat kapan terakhir kali kau memiliki kekasih?" Tanya Amber pada Demi. Sebenarnya Demi menolak untuk pergi ke bar karena besok dia harus menghadiri rapat tapi karena Amber memeluknya dan mengancam tidak akan pernah pergi sebelum dia setuju, akhirnya Demi menyerah dan setuju untuk pergi bersama wanita yang sedang dirundung masalah itu.

"Yap, mungkin satu tahun yang lalu." Sahut Demi sembari memakan cemilan yang dia pesan. Meskipun Demi setuju untuk menemani Amber, tapi ternyata dia masih cukup waras untuk tidak ikut mabuk-mabukan.

"Apa kau tahu kapan terakhir kali aku memiliki kekasih?" Tanya Amber lagi lalu menegak gelas vodka ketiga untuk malam ini.

"Apa aku harus tahu seluruh sejarah kehidupanmu?" Demi mendengus, dia mengalihkan tatapannya ke arah lain. Memperhatikan betapa sepinya pengunjung bar di hari selasa. "Hentikan, tubuhmu tidak akan sanggup dengan semua cairan cairan alkohol itu." Lanjut Demi sembari menahan tangan Amber.

Amber menghempaskan tangan Demi perlahan. "Kenapa rasanya aku baru saja putus tiga hari yang lalu? Dan sepertinya hari sabtu nanti aku akan kembali bersama pacarku."

Demi menertawakan ucapan Amber, dia mengangkat botol vodka yang berada di atas meja lalu menggoyangkannya tepat di hadapan wajah Amber. "Kau mabuk, apa yang kau katakan hanyalah omong kosong."

Amber merebut botol tersebut lalu kembali menuangkan cairan bening tersebut ke dalam gelas. "Setiap kali aku putus dengan pacarku rasanya sakit," wanita mabuk itu mengangkat gelas lalu meneguk isinya dalam sekali teguk tidak peduli dengan peringatan Demi sebelumnya. "Tapi aku terus ingin bersamanya," Dia menghela napas berat, tangannya menepuk-nepuk dadanya. "Rasanya sangat sakit." Lanjut Amber kemudian kembali menuangkan vodka untuk yang kesekian kalinya.

"Aku tidak mengerti dengan yang kau katakan." Demi menatap Amber tajam, seperti ingin mencari tahu apakah wanita di hadapannya tengah menyembunyikan sesuatu atau hanya bergurau karena cairan alkohol.

Amber yang tahu arti tatapan Demi segera tertawa. Dia lupa kalau dia tidak mau menceritakan apapun pada sahabatnya itu, untunglah dia tidak terlalu mabuk untuk sadar mengenai detail kecil tersebut. Amber tertawa sembari menepuk-nepuk pundak Demi. "Kau benar, sepertinya aku mabuk dan sangat membutuhkan pria yang mampu mencintaiku jadinya aku sedikit meracau."

"Tidak biasanya kau butuh seseorang," Demi memicingkan matanya. "Apa ibumu memaksamu untuk menikah lagi?"

Lagi dan lagi Amber menegak vodkanya lalu mendesah karena tenggorokannya mulai terasa nyeri. "Tidak, dia baik-baik saja." Sahut Amber dan kembali menuangkan minuman keras ke dalam gelas.

"Lalu kenapa malam ini kau mabuk-mabukan?"

"Masalah pekerjaan." Amber menatap gelas yang berada dalam genggamannya tapi yang ada di pikirannya hanya Shawn. Dia mencoba menatap ke arah lantai dansa, dan hanya memikirkan bagaimana rasanya bila dia dan Shawn bisa berdansa bersama. Amber melirik sepasang kekasih yang sedang bercengkrama lalu tertawa bersama, pria itu merangkul kekasihnya lalu mengecup sisi kepala wanita tersebut, dan kepala Amber kembali memikirkan Shawn. Bahkan bila Amber menutup mata pun rasanya Shawn masih ada di mana-mana.

Segalanya Amber saat ini adalah Shawn. Pria itu bagaikan udara yang mampu menelusup bahkan pada celah kecil. Seberapa pun kuatnya Amber untuk menyingkirkan bayang Shawn, tapi tetap saja nama tersebut mampu menyusup ke dalam kepalanya.

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now