Part 10 - Side A

540 60 10
                                    

"I want you more than this"

Author POV

"Tolong wine satu gelas lagi." Ucap Amber kepada pria sebrangnya. Bartender yang sedari tadi melayani Amber nampak takjub dengan wanita di hadapannya, dia tidak bisa membayangkan masalah apa yang sedang dihadapi oleh tamunya karena wanita ini datang ke bar seorang diri dan dia sudah memesan gelas yang kesembilan.

Yang lebih membuat bartender tersebut takjub adalah Amber datang di siang hari.

Amber menerima gelas kesepuluhnya lalu menegak isi gelas dengan sekali teguk. Kali ini dia tidak mau meminta Demi untuk menemaninya, dia hanya ingin sendiri karena dia berencana untuk minum sampai dia benar-benar tidak menyadari apapun dan dia tentu saja takut terpeleset mengatakan hal yang tidak seharusnya Demi tahu.

"Satu lagi." Gumamnya. Amber mencengkram meja bar kuat-kuat, menahan gejolak mual di dalam perutnya.

"Kau baik-baik saja, nona?" Tanya bartender yang bernama Isak. Pria ini mulai merasa khawatir karena wajah Amber benar-benar terlihat pucat pasi.

Amber merapatkan bibirnya lalu mengangguk, kemudian menggeleng, detik berikutnya kembali mengangguk. Amber bahkan tidak tahu apa yang sedang dia rasakan saat ini. Kepalanya benar-benar pening dan juga perutnya terasa perih sekaligus mual. Tangannya terus mencengkram meja bar agar dia tidak tiba-tiba terjatuh lalu pingsan.

"Kurasa anda tidak baik-baik saja." Isak berjalan keluar meja bar lalu mendekati Amber. Dia mengelus punggung Amber sambil sesekali meminta Amber untuk menarik dan menghembuskan napas.

Air mata Amber kembali menetes, kali ini bukan karena dia merasa kesal dengan perlakuan Shawn tetapi dia tidak kuat lagi menahan nyeri di perutnya. Amber ingat dengan pesan yang ditulis oleh Shawn ketika terakhir kali dia mabuk. Dia harus menelepon pria itu jika dia membutuhkan sesuatu tapi jika keadaannya seperti ini apakah Shawn akan peduli?

"Shawn." Bisik Amber perlahan sebelum akhirnya dia ambruk ke dalam pelukan Isak.

"Oh shit." Umpat pria berambut pirang tersebut. Dia benar-benar merasa sial karena hari masih cerah tapi pelanggannya sudah membuat dia kesulitan. Mau tak mau Isak segera membopong Amber dan menidurkannya di sofa khusus tamu VVIP. Dia mengambil tas kecil milik Amber lalu mengeluarkan ponsel wanita tersebut.

"Thanks god," Gumam Isak, karena ponsel Amber tidak menggunakan kata sandi apapun. "Siapa yang harus kuhubungi?" Isak menghentak-hentakkan kakinya lalu ucapan Amber sebelum dia jatuh pingsan terbesit di kepalanya.

Isak mencari kontak yang diawali dengan huruf S lalu mendekatkan ponsel ke samping telinga ketika dia sudah menemukan kontak yang dicari.

Di tempat lain Shawn tidak bisa berhenti mondar-mandir di ruang tamu. Dia sedang menunggu suara pintu apartemen Amber terbuka. Dia sadar apa yang dilakukannya sangat keterlaluan, tapi saat di Target Shawn benar-benar kehilangan kewarasannya dan pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan Amber.

Maka dari itu saat ini dia tidak bisa duduk dengan tenang. Dia harus segera meminta maaf kepada Amber sebelum semuanya terlambat.

Shawn berhenti berjalan ketika ponsel di saku jeansnya bergetar. Dia memicingkan mata ketika melihat unknown number di layar ponselnya. Dia mengira kalau yang menelepon salah satu rekan kerjanya maka dari itu dia menerimanya dengan sopan santun.

"Apa kau benar Shawn?" Tanya seorang pria di ujung sana, pria itu terdengar cukup kalut.

"Yeah." Gumam Shawn heran. Rekan kerjanya tidak mungkin ada yang terdengar seperti itu.

Back To You [S•M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang