Part 11 - Side A

576 64 2
                                    

"What's wrong with you?"

Amber POV

"Amber?" Tubuhku terlonjak lalu segera bangkit dari kursiku. "Apa kau sudah bertemu dengan Rachel?"

"Mm.." Kutatap langit-langit ruangan, berusaha mengingat apa hubunganku dengan wanita bernama Rachel, aku juga berusaha mengingat apakah aku memiliki jadwal bertemu dengan klien minggu ini? Sial, masalahku dengan Shawn membuatku lupa dengan semua pekerjaanku padahal kami sudah tidak bertemu selama lima hari.

Setelah kejadian aku terdampar di rumah sakit dan Shawn mengembalikan kartu nama milik Dean, kami tidak bertemu lagi. Dia bagaikan bintang yang seketika menghilang disaat matahari mulai merekah.

Mr. Kyle bersedekap, dia terlihat tidak sabaran. "Biar kutebak diammu adalah jawaban tidak," dia menaikan kedua alisnya. "Apa aku benar?"

Pundakku merosot, helaan napas keluar dari bibirku. "Yeah," bisiku lirih. "Saya minta maaf, Sir." Kutundukan kepalaku lalu memelintir ujung keliman kemeja. Untuk saat seperti ini aku lebih memilih memutus pandangan dengan Mr. Kyle daripada melihat wajahnya yang murka.

Kudengar dia mengerang. Aku yakin saat ini dia sedang membalikan badannya untuk mengumpulkan emosinya sebelum dia berbalik dan menyemprotkan segala macam hal kepadaku.

"Bagaimana bisa kau melupakannya?" Bentak Mr. Kyle. Yah, aku tahu kebiasaannya karena belakangan ini aku cukup sering terkena semprotnya. Entahlah, mungkin aku harus mulai melupakan semua masalahku yang bersangkutan dengan Shawn ketika aku berada di kantor.

"Maaf, Sir." Gumamku tanpa benar-benar merasa bersalah. Gila, satu minggu ini kepalaku penuh dengan segala macam masalah dan jujur saja aku lelah. Lagipula Mr. Kyle sudah pasti jenuh mendengar kata maaf dariku, jadinya mau aku benar-benar merasa bersalah ataupun tidak, dia tidak akan peduli. Dia hanya ingin hasil.

Mr. Kyle menghembuskan napasnya berat. "Itu adalah kata maafmu yang kesekian kalinya. Apa kau tidak bosan mengucapkannya?" Aku tidak menjawab karena jika aku menjawabnya, dia akan lebih murka.

"Jika malam ini kau tidak bertemu dengan Rachel, aku akan dengan senang hati membuatkan surat pengunduran diri untukmu. Ini peringatan final mengingat kau tidak pernah fokus dengan pekerjaanmu beberapa minggu ini." Lanjut Mr. Kyle lalu pergi sembari melonggarkan dasinya. Jika dia sudah melonggarkan dasinya, itu berarti dia tidak main-main.

Aku sudah diberi peringatan tak tertulis yang menyatakan bahwa aku akan diberhentikan bila tidak bertemu dengan Rachel malam ini, seharusnya aku merasa panik dan resah, tapi yang aku lakukan hanyalah menatap pintu ruanganku yang masih terbuka dengan tatapan kosong sembari mengingat-ingat siapa sebenarnya Rachel yang Mr. Kyle maksud.

Aku memang dungu, tapi setidaknya aku masih memiliki secuil otak untuk kugunakan berpikir. Aku bangkit lalu berjalan menuju rak yang menyimpan banyak map warna-warni. Aku memilah satu per satu dan menarik map berwarna biru muda dengan nama Rachel Picout dan juga nama pasangannya. Sial, ternyata dia memanglah klienku.

Kuambil map sialan tersebut lalu kembali duduk di kursi. Kubuka map dan mencari nomor Rachel, setelah menemukannya aku segera mengambil ponselku untuk meneleponnya.

Kuketukkan jemariku di atas meja dengan penuh harap Rachle bukanlah tipe wanita yang mudah stress jika ada seseorang yang menanyakan tentang pernikahannya, karena sebenarnya banyak sekali klien yang saat pertama kali bicara mereka akan nampak sangat jinak namun seiring berjalannya waktu, wanita tersebut berubah menjadi ganas dan diluar kontrol, semakin memerintah dan banyak sekali hal kecil yang bisa memicu amarahnya.

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now