Part 9 - Side A

620 59 22
                                    

-Hands down I've lost this fight-

Amber POV

Aku terlonjak dari sofa sembari mengepalkan tangan ke udara bagaikan para pria yang kegirangan saat klub sepak bola favorite mereka mampu mencetak angka, tapi saat ini aku sedang tidak menonton acara apapun dan konyolnya aku bisa sebahagia itu hanya karena suara ketukan di pintu.

Aku membekap mulutku untuk meredam suara tawa juga teriakan gembira setelah itu berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Hey." Sapaku kelewat girang.

"Wajahmu merah, apa yang sedang kau lakukan sebelumnya?" Pertanyaan dari Shawn membuatku tersenyum kikuk. Kenapa sih aku tidak bisa berpura-pura biasa saja setiap kali dia datang agar aku tidak perlu malu seperti ini?

"Tadi aku melakukan peregangan, yahh kau tahu kan agar otot kita tidak tegang karena terlalu banyak bekerja."

Shawn tertawa dan jantungku kembali berdetak tidak karuan. "Bagaimana bila kita melakukan peregangan di Target?" Tanyanya.

"Target? Kau mau pergi belanja?"

"Yup, kupikir aku perlu sedikit mendekorasi apartemenku dan aku butuh bantuanmu jika kau tidak keberatan." Shawn bersedekap, menungguku untuk menjawab.

Aku ingin jawabanku terkesan santai, padahal sebenarnya aku benar-benar excited dengan ajakannya. Shawn mau mendekor apartemen? Sungguh keajaiban. "Yah, kebetulan aku tidak memiliki jadwal apapun hari ini," Jawabku sambil mengedikkan bahu. "Kurasa kau datang pada orang yang tepat."

Shawn tersenyum lebar, dia memintaku untuk bersiap-siap. Kami masuk ke dalam apartemen masing-masing, aku kelabakan mencari pakaian yang tepat padahal kami hanya pergi ke Target. Kugelung rambutku dan memastikan gigi-gigiku bersih. Setelah semuanya siap, aku kembali menunggu Shawn di ruang depan.

Senyumku mengembang ketika kudengar pintu diketuk perlahan. Aku sengaja menghitung dari satu sampai dua puluh sebelum akhirnya bangkit dan membuka pintu. "Hey, maaf membuatmu menunggu." Kataku sembari menggunakan sepatu converse berwarna biru.

"Bukan masalah." Shawn melangkah mundur untuk memberiku ruang. Kukunci pintu apartemen lalu menoleh padanya. "Kau cantik, Amber." Puji Shawn. Selama beberapa detik jantungku berhenti berdetak. Aku ingin membalikan badan dan tersenyum seperti idiot, tapi hal tersebut akan membuatku terlihat konyol. Maka dari itu aku hanya tersenyum tipis dan menggumamkan terimakasih padanya.

•••

"Biru atau hijau?" Tanyaku sembari mengangkat dua jenis bantal yang berbeda. Shawn bilang dia ingin menghias seluruh apartemennya, maka dari itu kupikir dia perlu bantal sofa dan juga beberapa tanaman hias untuk mejanya.

Shawn mengerutkan kening lalu meringis. "Terlalu cerah, bagaimana jika abu-abu? Atau biru dongker mungkin?"

"Shawn, kau kan-" aku mendesah pelan sembari mengibaskan telapak tangan. "Baiklah aku setuju dengan abu-abu." Kusimpan kembali bantal yang berada di tanganku lalu mengambil dua bantal berwarna abu-abu dengan corak geometris berwarna putih dan hitam. Shawn tersenyum, dia mengelus rambutku ketika aku menghampirinya lalu menyimpan bantal-bantal tersebut ke dalam trolley.

"Apa lagi yang kubutuhkan?" Shawn mengaduk-aduk isi trolley, melihat setumpuk barang belanjaannya. Aku tidak tahu apa pekerjaannya dan hari bukanlah awal bulan, tapi dia berbelanja seperti orang yang baru saja mendapatkan gaji dan bonus di waktu yang bersamaan. Aku sangat berharap bisa berbelanja sepertinya.

"Tanaman hias untuk mejamu mungkin," Jawabku acuh tak acuh. "Atau pajangan kecil. Hal apa yang kau suka untuk dijadikan pajangan?"

Senyum Shawn merekah, pipinya sedikit memerah lalu setelah berdehem dia berkata "kau."

Back To You [S•M]Where stories live. Discover now