1. Pertemuan

1.1K 13 0
                                    

"Ara, banguuuunnnnn!!! Arrrraaaaaaaaa," panggilan Mami memaksanya sadar dari alam mimpi. Dengan terpaksa dia pun membuang jauh selimutnya dan keluar kamar dengan kantuk yang masih menderanya.

"Aduh kamu itu ya Ra, perawan kok bangun jam segini. Lihat tuh jam, udah jam sepuluh. Anak gadis tuh ga baik bangun siang, nanti cowoknya direbut orang lho," ucapan Mami membuat mekar senyuman Ara, Mami pun memperhatikan senyum nakal putrinya itu.

"Dikasih tahu orang tua kok malah senyum-senyum ga jelas gitu," nada suara Mami sedikit meninggi, Ara pun merasakan perubahan yang terjadi pada suara Maminya itu.

"Ara kan ga punya cowok Mi, jadi ga mungkin ada yang ngerebut."

"Heh kamu ya dikasih tahu, ada aja jawabannya," Mami meletakkan kedua tangannya di pinggang, siap memberikan sarapan pagi alias nasehat untuk putri semata wayangnya itu. Tapi Mami terlambat sepersekian detik karena Ara telah start lebih dulu, lari menuju kamar mandi dan bersembunyi disana selama beberapa menit.

Ara keluar kamar mandi sambil menyanyi-nyanyi dengan suara sumbang yang dibanggakannya. Dia pun berjalan ke meja makan menuju tempat Maminya yang sedang sarapan.

"Kirain pingsan di kamar mandi, lama amat," sindir Mami ketika Ara baru saja terduduk di kursi makan. "Mi, maaf," ucap Ara sambil memasang senyum semanis-manisnya di hadapan Maminya, nyengir kuda. Mami tidak merespon, Mami malah asyik dengan sarapannya. Ara beranjak dari duduknya. "Eeeeehhhh, mau kemana?," ucap Mami spontan.

"Ara mau ke kamar lagi akh, abis dicuekin sih disini," ucapnya manyun. Mami luluh.

"Iya, dimaafin kok tapi...,"

"Ah mami, ada tapinya segala nih."

"Ya iya dong, tapi lain kali ga boleh bangun siang lagi. Kamu itu udah mau 22 tahun Ara sayang." Ara kembali duduk di kursinya sambil mengambil nasi dan mengunyahnya tak karuan, bak orang belum makan satu bulan, rakus dan berceceran. Mami hanya geleng kepala melihat tingkah laku putrinya itu. Mami sangat sangat sangat menyayangi Ara.

Mami selalu mengingatkan jam makan dimanapun Ara berada karena Ara mempunyai sakit maag kronis, telat makan sedikit saja, maag Ara bisa langsung kambuh dan kalau maag-nya kambuh, Ara hanya bisa terbaring di tempat tidur. Mami sedih melihat itu semua sehingga Mami selalu mengalah asalkan Ara mau makan. Lagipula, Ara orangnya tidak suka pada peraturan jadi dia juga suka makan semaunya dia tapi setiap Mami mengingatkannya untuk makan, Ara langsung mengikuti perintah itu karena Ara tidak mau melihat ibunya sedih. Ara sangat menyayangi Mami, ibu yang sudah seperti ibunya sendiri, yang membesarkannya sendiri, yang rela menjadi single parent untuk dirinya.

Orang tua kandung Ara meninggal dalam kecelakaan mobil ketika umur Ara baru 6 bulan, Ara adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan itu. Mami yang tidak lain kakak kandung dari ibu kandung Ara, merawat Ara semenjak itu. Mami membesarkan Ara sendirian karena satu tahun sebelum Ara lahir, Mami bercerai dengan suaminya. Penyebab perceraian itu karena Mami tidak bisa memberi keturunan. Rahim Mami harus diangkat karena terdapat miom di rahim Mami dengan ukuran yang besar dan untuk kesehatan Mami, rahim Mami harus diangkat dan semenjak saat itu sampai sekarang Mami memutuskan untuk tidak menikah.

                                                                  .^_^.           .^_^.

Ara melangkah ke luar rumah, duduk di teras, memandangi anak-anak kecil yang bermain tanpa beban, mengingatkannya pada masa kecilnya dulu. Senyum-senyum lepas, teriakan-teriakan manja, gurauan-gurauan nakal dan sedikit perkelahian kecil yang diakhiri tangis dan laporan ke orang tua. Hhhh, semua itu seperti cepat sekali berlalu.

Sepotong Hati PrincessWhere stories live. Discover now