5 (REVISI)

136 4 0
                                    

Hai readers :)
Mohon di baca ya revisi dari part 5😋 Isi cerita gak sama dengan yang 5, sudah di ubah hehehe😁

-----

Karena hari ini hari libur nasional, Cathrine tidak pergi ke sekolah.

Cathrine senang karena sekarang ada orang yang bisa diajaknya bicara. Tidak seperti hari libur yang di alami Cathrine beberapa tahun belakangan ini.

Cathrine berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan badannya.

Setelah itu Cathrine berjalan ke bawah dan duduk di dapur. Cathrine tidak melihat seorang pun disana.

Cathrine mengira John, Teresa, dan mamanya sudah pergi dari tadi pagi, karena biasanya Teresa selalu mengajak keluarganya untuk lari pagi jika ada waktu luang seperti hari libur.

Cathrine menonton tv di ruang tamu sambil memakan makanan ringan yang dibelikan oleh John semalam.

Cathrine mendengar deru mobil yang biasanya di pakai oleh John. Ia pun berlari ke arah pintu untuk membukakan pintu dan menyambut mereka.

Saat ia membuka pintu dan tersenyum manis, Cathrine malah mendapati John dan Teresa yang melihatnya sinis.

Cathrine bingung karena biasanya ia tidak melihat tatapan sinis di muka kedua kakak beradiknya.

"Kak.. Kakak kenapa? Kakak marah ya? Aku ada salah apa?" tanya Cathrine saat John melewatinya.

"Pikir saja sendiri kau salah apa," ucap John lalu berjalan melewati Cathrine.

Cathrine semakin bingung dengan sikap John yang terlihat cuek dan marah sekaligus. Padahal Cathrine merasa ia tidak berbuat salah.

Cathrine mencoba bertanya kepada Teresa.

"Teresa. Aku ada salah ya?" tanya Cathrine sambil memegang bahu Teresa.

"Tidak usah pegang-pegang! Pikir aja sendiri. Kenapa malah bertanya denganku!?" ucap Teresa dengan sinis dan berlalu dari hadapan Cathrine.

Cathrine kesal dengan mereka berdua, sehingga ia memutuskan untuk ke taman belakang menghibur diri.

Cathrine menghentak-hentakkan kakinya ke rumput taman belakang. Ia duduk di salah satu kursi disana.

Tiba-tiba Jenich datang ke arah taman belakang dan mendapati beberapa rumput rusak akibat Cathrine menghentak-hentakkan kakinya.

"CATHRINE! SINI KAMU!" teriak Jenich dengan nada tinggi.

Cathrine melihat ke arah mamanya yang sedang marah dan langsung bergerak kearahnya.

"Sudah hebat kamu, hah? Masuk kamu ke dalam kamar sekarang juga!" ucap Jenich.

Cathrine menunduk hampir mengeluarkan air matanya.

"Tidak usah cengeng! Sana masuk! CEPAT!" teriak Jenich di depan muka Cathrine.

Cathrine langsung cepat-cepat berlari ke arah kamar. Cathrine tidak menutup pintu kamarnya, namun tiba-tiba Jenich datang dan langsung mengunci pintu itu dari luar.

"Ma.. Ma.. Kok di kunci sih?" tanya Cathrine.

Tidak ada jawaban dari luar yang dapat di dengar Cathrine.

Cathrine pun berhenti memanggil dan mengeluarkan HP-nya. Ia juga membuka televisi yang ada dikamarnya.

Beberapa menit berlalu, Cathrine bosan dengan kegiatannya.

Cathrine pun berdiri dan melihat ke arah John dan Teresa dari jendela. Mereka sedang bermain di taman. Begitu bahagianya wajah mereka. Sedangkan dia hanya bisa berada di dalam kamar seperti dikucilkan.

Dan tanpa ia sadari, air matanya menetes mengingat kejadian dulu saat ia masih kecil.

Waktu itu Cathrine tidak mau makan siang karena ia tidak sedang dalam mood yang bagus. Dan parahnya, ketika ia mau berdiri, ia tidak sengaja menjatuhkan piring makanannya.

Jenich sangat marah pada Cathrine pada waktu itu sehingga ia di kurung di dalam kamar sendirian. Tetapi papa datang ke kamar dan menemani Cathrine disana. Ia juga bercerita dan mengajak Cathrine bermain.

Karena itulah Cathrine menangis.

Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamar Cathrine.

"Tinggalkan aku sendiri," kata Cathrine lemas.

Masih juga ada yang mengetok pintu kamarnya.

"Mama, tinggalkan aku sendiri," ucap Cathrine sambil menghapus air matanya.

Lalu ada sebuah surat masuk dari bawah lobang pintu kamarnya. Cathrine berdiri dan menatap ke arah kertas itu. Ia mengerutkan keningnya dan mengambil kertas itu dari lantai.

Buka pintunya Rin. Pintu ini sudah kubuka.

Cathrine membuka pintu kamarnya dan betapa terkejutnya dia. Disana berdirilah sesosok pria yang sangat dirindukannya.

Pria itu berdiri dengan tegap sambil membawa sebuah kue tart. Papa.

"Happy Birthday Cathrine," ucap papa di depan Cathrine sambil tersenyum dengan polosnya.

Cathrine pun sampai lupa dengan hari ulang tahunnya. Ia mengusap matanya yang berair.

Hari ini, hari ulang tahunnya, ia melihat papanya berdiri didepannya. Ia menangis tersedu-sedu karena rindu.

Cathrine melihat senyuman khas papanya yang sangat manis sekaligus macho.

"Tuhan.. Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik yang pernah ada," ucap Cathrine dalam hati.

Cathrine pun memeluk papanya dengan erat, seakan tidak ingin melepaskan papanya untuk pergi lagi.

"Cathrine rindu, pa. Aku tidak menyangka papa akan pulang hari ini, di hari ulang tahunku," ucap Cathrine sambil terisak di pelukan papanya.

"Papa juga merindukanmu, Cathrine," ucap papanya dengan lantang.

"Aku mimpi ya, pa?" tanya Cathrine sambil melerai pelukan mereka.

"Gak. Kamu gak sedang bermimpi. Ini nyata. Papa ada disini, sayang. Jangan menangis dong, nanti jelek," ucap papa sambil bercanda.

Cathrine mengusap matanya dan menatap papanya lama.

"Aku nangis karena papa selalu sibuk kalau di telepon," ucap Cathrine kesal. Papanya tertawa kecil.

"Maaf. Papa memang sibuk," ucap papanya menyesal.

"Ya sudah, gakpapa," ucap Cathrine sambil tersenyum.

Papanya mengusap kepala putri kesayangannya.

"Terima kasih sudah datang di hari ulang tahunku," ucap Cathrine terharu.

Tiba-tiba dari balik pintu, datanglah John, Teresa, dan mamanya.

"Maaf ya tadi kakak sengaja mengerjaimu," ucap John sambil tertawa kecil.

"Aku juga minta maaf ya kak," ucap Teresa.

Cathrine mengangguk dan tersenyum senang.

Setelah itu, Papa Cathrine mengajak mereka sekeluarga untuk jalan-jalan ke suatu tempat.

Cathrine senang sekali dan berlari untuk mengganti bajunya.

Saat semuanya sudah siap berangkat, tiba-tiba saja...

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now